Bab. 19 Melampiaskan Emosi

Shaka terus memacu kuda besi hitam miliknya. Otaknya dipenuhi bayangan pertemuan dengan tante Anita tadi sore. Setelah sekian lama wanita itu muncul kembali di hadapannya.

Apakah ini sebuah kebetulan, atau ada sesuatu yang lain?

Shaka tidak mampu mengendalikan emosi yang bergelut dalam batin. Banyak hal yang ia pikirkan tentang tante Anita dan tujuan wanita itu kembali muncul di kota ini.

Semakin kacau pikirannya semakin kuat juga Shaka memacu motornya. Tujuannya hanya satu. Arena balap liar. Ia butuh pelampiasan.

Hanya tempat itu yang seakan mengerti Shaka. Begitu sampai, ia langsung disambut beberapa orang teman satu gengnya.

Semua menyapa Shaka sebagai ketua geng motor Bullent Ant. Rasa hormat mereka tunjukkan pada pria itu.

"Siapa yang main?" tanya Shaka pada Farel. Ia memperhatikan line start. Beberapa orang sudah stand by di atas motor.

"Biasa bos, Mario sama David," jawab Farel.

"Berapaan?"

"Serebu, Bos."

"Gue ikut," ujar Shaka.

Sontak membuat Farel tercengang. Bukannya kemarin bosnya ini menolak adu race dengan Mario dan David, lantas kenapa hari ini mendadak ingin ikut tantangan receh dua anak buah Arjuna itu.

Shaka mengambil dompet dari saku celananya. Mengeluarkan lembaran uang dari sana dan menyerahkannya pada Farel.

"Serius ini, bos?" tanya Farel memastikan.

Shaka tidak menjawab tapi geberan motor Shaka menuju line start sudah menjadi jawaban.

Semua mata kontan tertuju pada ketua geng motor Bullent Ant itu. Tentu dengan pandangan heran. Tidak biasanya Shaka ikut balapan kalau lawannya tidak seimbang.

Mereka yang suka nongkrong di arena balap ini pasti tahu kemampuan seorang Arshaka Mahendra. Hal itu juga yang kemudian membuat mereka beralih mendukung Shaka untuk main pinggiran.

Dari semua yang menatap heran pada Shaka, ada Mario dan David yang justru menyunggingkan senyum miring. Keduanya saling melempar pandang. Terlihat begitu senang Shaka bergabung dalam race kali ini.

Baik David maupun Mario saling menganggukkan kepala. Seolah membuat kesepakatan tanpa kata.

Semua rider sudah siap. Gadis pemberi aba-aba pun sudah berdiri di line start. Gadis muda berpakaian serba minim itu mulai mengangkat tangan ke atas. Pertanda permainan akan dimulai.

Begitu tangan si gadis turun, semua motor melaju dengan kecepatan penuh. Dari pembalapnya sendiri pastilah berharap menang.

Mulanya Shaka menikmati permainan ini. Dengan mudah ia menyalip satu per satu lawan. Namun begitu garis finish hampir terlihat, Mario dan David secara tiba-tiba memepet motor Shaka. Berusaha menghalangi pria itu untuk menang.

Bukan Shaka namanya kalau mau takluk pada dua orang lawannya. Justru kehadiran Mario dan David yang menghalanginya semakin memacu adrenalin Shaka.

Hasrat untuk mengalahkan mereka berdua muncul begitu kuat. Dengan tehnik balap yang ia kuasai, juga manuver yang Shaka lakukan pada akhirnya Shaka berhasil keluar sebagai pemenang.

Senyum bangga dan puas tersungging di bibirnya. Terlebih ketika ia melihat betapa marahnya Mario dan David.

Farel segera meminta uang taruhan yang dimenangkan Shaka. Pemuda itu begitu bersemangat karena pasti akan kecipratan hasilnya juga. Shaka memang tidak pernah pelit.

Akan tetapi apa yang sebelumnya sudah Farel bayangkan sirna seketika. Ia kembali dengan raut ditekuk sembari marah-marah. Umpatan demi umpatan keluar dari mulut pemuda itu.

Tidan ada semangat lagi dalam kalimatnya ketika ia menghampiri Shaka. "David dan Mario tidak mau bayar taruhannya bos. Mereka mau adu track lagi. Seribu melar katanya. Baru mereka akan bayar semua."

Shaka hanya tersenyum sinis. Ia tahu semua hanya trik dua manusia licik itu. Mereka berdua sudah dipastikan tidak akan pernah mau membayar taruhan sebab itu mencari banyak alasan.

"Lo bawa aja Bimo buat nagih duitnya. Gue mau pulang," ujar Shaka kemudian pergi meninggalkan arena balap liar.

Farel yang ditinggal begitu saja sedikit bingung. Memang pemuda itu agak lambat berpikir. Barulah setelah ia paham maksud ucapan Shaka agar mengajak Bimo. Ia segera mencari salah satu anggota bernama Bimo.

Sebab di antara semua anggota hanya Bimo yang bisa diandalkan dan ditakuti setelah Shaka.

Senyum di bibir Farel mulai mengembang. Harapan untuk mendapatkan cipratan rejeki kembali tumbuh.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri. Kesambet, lo?" tanya Rendy yang tiba-tiba menghampiri.

Tidak menjawab pertanyaan Rendy, Farel justru merangkul pundak temannya itu. "Udah, ikut gue aja cari Bimo. Entar lo gue kasih duit."

"Beneran?"

Farel mengangguk yakin. Mereka pun mencari Bimo di basecamp mereka. Bayangan uang yang tidak sedikit berkelebatan di otak Farel. Malam ini mereka bisa berpesta dari hasil balap ketua mereka.

******

Mata Zivana baru saja terbuka ketika ia menangkap bayangan Shaka yang meringkuk di atas ranjang. Entah jam berapa pria itu semalam pulang, karena datangnya tak mengusik tidur Zivana sama sekali.

Tak ingin mengganggu tidur suaminya, Zivana segera merapikan alas tidur yang ia pakai. Segera ke kamar mandi dan bersiap ke rumah ayahnya lagi.

Hari ini hari Sabtu. Hari yang sudah dijanjikan oleh Dinda dan Kania yang ingin main ke rumahnya sendiri.

Sampai Zivana selesai bersiap, Shaka belum juga bangun. Posisinya bahkan masih sama seperti tadi Zivana lihat.

Zivana pun tak berniat membangunkan Shaka. Ia memilih untuk berpamitan pada mertuanya saja.

"Tapi nanti kamu pulang, kan?" tanya Winda mengantar Zivana ke depan pintu.

"Iya, Ma. Nanti sore pulang kok. Mau lihat kondisi ayah saja, sudah lebih baik atau belum."

Usai berpamitan. Zivana pergi bersama papa mertuanya. Sekalian Bagas mau menjenguk teman sekaligus besannya itu sebelum bermain badminton. Iya, hobi papa mertua Zivana memang badminton. Hampir setiap Sabtu pria setengah abad itu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama komunitas pecinta badminton.

Menyalurkan hobi sekalian ikhtiar agar tetap sehat.

Hanya sebentar Bagas mampir ke rumah Zivana. Sekadar melihat kondisi besan. Setelahnya langsung pamit dan meninggalkan Zivana.

"Ayah sudah baik-baik saja. Kamu kan bisa tanya kabar Ayah lewat telepon," ujar Yusuf usai Bagas pergi.

"Ziva mau lihat sendiri kondisi Ayah, sekalian temen Ziva mau main ke sini. Jadi Ziva mau bersih-bersih dulu."

"Kenapa nggak disuruh main ke rumah mertuamu."

"Mereka pengennya main ke rumah Ziva sendiri."

"Ya sudah, siap-siap sana."

Sesuai janji Dinda dan Kania, mereka berdua tiba sekitar jam sepuluh. Tepat ketika Yusuf hendak berangkat ke toko. Sengaja Yusuf berangkat agak siang untuk menunggu teman putrinya itu.

Selesai berkenalan Yusuf langsung pamit ke toko. Di sana sudah ada Hesti yang berangkat sejak pagi untuk membuka toko lebih dulu. Yusuf sudah mengabari wanita itu tadi kalau akan datang terlambat.

"Rumah lo adem banget, Zi," ujar Dinda mengamati sekeliling.

"Namanya juga rumah di kampung," jawab Zivana.

"Bener, gue suka sama suasananya. Bikin betah," imbuh Kania.

"By the way ... toko kelontong milik bokap lo jauh nggak dari sini?" tanya Dinda.

"Enggak, cuma ada di jalan besar yang tadi lo lewati."

Dinda mengangguk paham. "Oh ...."

"Udah sarapan belum kalian?"

"Belum, sih, kita mau sarapan di rumah lo aja. Entar makan siang kita bikin seblak. Tuh, kita udah bawa bahan-bahannya. Kita bikin seblak dower." Kania menunjuk mobil yang terparkir di luar.

"Lah, kok nggak lo turunin, sih?" protes Dinda.

"Gue kira masaknya entar dulu, ini masih jam segini woy, masak mau bikin seblak. Mana dipakai sarapan pula."

Dinda mencebik. "Tujuan kita ke sinu emang mau bikin seblak, Dodol. Salah lo sendiri kenapa nggak sarapan dulu dari rumah."

"Zi, lo ada sarapan dulu nggak. Bisa-bisa gue sakit perut kalau harus sarapan seblak?" Kania memegangi perutnya yang tidak sakit.

Zivana menggeleng. "Nggak ada."

"Lha terus kenapa tadi lo nanya?"

"Cuma basa-basi," jawab Zivana jujur.

Kania mendengkus kesal. "Terus di kulkas lo ada apa aja yang bisa buat sarapan?"

Zivana menggeleng lagi. "Nggak ada juga. Semua bahan udah habis. Gue belum belanja lagi."

Memang benar yang Zivana bilang. Sejak ia menikah, Yusuf jarang sekali masak. Pria itu hanya makan kalau beli atau kadang-kadang dibawakan sekalian oleh Hesti pegawai toko.

"Lo nggak semiskin itu, kan. Masak tamu minta sarapan aja lo nggak punya." Wajah Kania begitu menyebalkan ketika mengatakan itu.

Bukannya marah Zivana justru tertawa. "Gue emang miskin makanya kalau ke rumah gue kalian yang bawa makanan. Sekalian bawain kebutuhan dapur gue buat sebulan. Lagian tamu pake ngelunjak minta sarapan segala."

Tawa pun pecah di antara mereka bertiga.

"Ya udah, kita belanja lagi sekalian jalan-jalan lihat kampung lo. Siapa tahu kan ada cowok cakep di kampung lo ini," celetuk Kania.

"Boleh tuh, kali aja kan nemu juragan empang di sini," timpan Dinda diiringi tawa.

"Di sini, lo nggak cuma bakal nemu juragan empang. CEO juga ada," sahut Zivana.

"Serius?" Mata Kania membeliak.

"Hemm." Zivana mengangguk.

"CEO apaan?" tanya Dinda.

"CEO warteg," jawab Zivana asal.

Muka dua sahabatnya langsung bingung. Sedetik kemudian tertawa karena sadar Zivana hanya bicara ngawur.

"Udah buruan kita cari sarapan dulu," ajak Kania.

"Gue ambil tas dulu." Zivana segera mengambil tas yang ada di kamar. Tak lupa mengunci pintu rumah sebelum mereka pergi.

Episodes
1 Bab. 1 Arshaka
2 Bab. 2 Kecelakaan
3 Bab. 3 Calon Suami
4 Bab.4 Pernikahan
5 Bab. 5 Malam Pengantin
6 Bab. 6 Hari Sial
7 Bab.7 Culun!
8 Bab. 8 Ditinggal
9 Bab. 9 Cegukan
10 Bab. 10 Pindah Kampus
11 Bab. 11 Janda Muda
12 Bab. 12 Berbohong Demi Shaka
13 Bab. 13 Pelanggaran!
14 Bab. 14 Pelanggaran Berat!
15 Bab. 15 Garangan!
16 Bab. 16 Ayah
17 Bab. 17 Shaka!
18 Bab.18 Ngambek
19 Bab. 19 Melampiaskan Emosi
20 Bab. 20 Bini Galak
21 Bab. 21 Cewek Murahan
22 Bab. 22 Cari Kerja
23 Bab.23 Diterima Kerja
24 Bab.24 Hari Pertama Kerja
25 Bab. 25 Diawasi
26 Bab. 26 Lepasin!
27 Bab. 27 Dasar Gila!
28 Bab. 28 Kencan
29 Bab. 29 Tawuran
30 Bab. 30 Kantor Polisi
31 Bab. 31 Ketinggalan Jaman
32 Bab. 32 Ayah
33 Bab. 33 Mengingat Masa Lalu
34 Bab. 34 Siapa itu Zivana?
35 Bab. 35 Menutupi Status
36 Bab. 36 Nggak Mau Hamil
37 Bab. 37 Kelahi
38 Bab. 38 Adu Balas
39 Bab. 39 Berakhir Di Rumah Sakit
40 Bab. Sembunyi
41 Bab. 41 Takut Ketahuan
42 Bab. 42 Suami Gila
43 Bab. 43 Ingin Jadi Suami Beneran
44 Bab. 44 Mengaku
45 PENGUMUMAN!
46 Bab. 45 Masa Lalu Winda
47 Bab. 46 Foto Mesra
48 Bab. 47 Kekalahan Giska
49 Bab. 48 Ayah!
50 Bab. 49 Kehilangan
51 Bab. 50 Hidup Harus Berlanjut
52 Bab. 51 Kembalinya Maura
53 Bab. 52 Kesepian
54 Bab. 53 Jadi Masalah
55 Bab. 54 Akting
56 Bab. 55 Katanya Bulan Madu
57 Bab. 56 Malam Pertama
58 Bab. 57 Gagal Unboxing
59 Bab. 58 Arjuna
60 Bab. 59 Serba Salah
61 Bab. 60 Anak Durhaka
62 Bab. 61 Salah Kira
63 Bab. 62 Anak Durhaka; Arjuna
64 Bab. 63 Menjenguk Arjuna
65 Bab. 64 Masa Lalu Arjuna
66 Bab. 65 Sah Jadi Menantu
67 Bab. 66 Sah Jadi Istri
68 Bab. 67 Kerokan
69 Bab. 68 Kerbau Yang Dicucuk Hidungnya
70 Bab. 69 Double Date
71 Bab. 70 Bullent Ant Bubar
72 Bab. 71 Penyusup
73 Bab. 72 Tertangkap basah
74 Bab. 73 Sidang RT
75 Bab. 74 Pelaku
76 Bab. 75 Wedding Anniversary
77 Bab. 76 Akhir Pesta
78 Bab. 77 Tujuan Arjuna
79 Bab. 78 Fakta Kasus Shaka
80 Bab. 79 Kemarahan Winda
81 Bab. 80 Kebebasan Shaka
82 Ucapan Terima kasih
83 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab. 1 Arshaka
2
Bab. 2 Kecelakaan
3
Bab. 3 Calon Suami
4
Bab.4 Pernikahan
5
Bab. 5 Malam Pengantin
6
Bab. 6 Hari Sial
7
Bab.7 Culun!
8
Bab. 8 Ditinggal
9
Bab. 9 Cegukan
10
Bab. 10 Pindah Kampus
11
Bab. 11 Janda Muda
12
Bab. 12 Berbohong Demi Shaka
13
Bab. 13 Pelanggaran!
14
Bab. 14 Pelanggaran Berat!
15
Bab. 15 Garangan!
16
Bab. 16 Ayah
17
Bab. 17 Shaka!
18
Bab.18 Ngambek
19
Bab. 19 Melampiaskan Emosi
20
Bab. 20 Bini Galak
21
Bab. 21 Cewek Murahan
22
Bab. 22 Cari Kerja
23
Bab.23 Diterima Kerja
24
Bab.24 Hari Pertama Kerja
25
Bab. 25 Diawasi
26
Bab. 26 Lepasin!
27
Bab. 27 Dasar Gila!
28
Bab. 28 Kencan
29
Bab. 29 Tawuran
30
Bab. 30 Kantor Polisi
31
Bab. 31 Ketinggalan Jaman
32
Bab. 32 Ayah
33
Bab. 33 Mengingat Masa Lalu
34
Bab. 34 Siapa itu Zivana?
35
Bab. 35 Menutupi Status
36
Bab. 36 Nggak Mau Hamil
37
Bab. 37 Kelahi
38
Bab. 38 Adu Balas
39
Bab. 39 Berakhir Di Rumah Sakit
40
Bab. Sembunyi
41
Bab. 41 Takut Ketahuan
42
Bab. 42 Suami Gila
43
Bab. 43 Ingin Jadi Suami Beneran
44
Bab. 44 Mengaku
45
PENGUMUMAN!
46
Bab. 45 Masa Lalu Winda
47
Bab. 46 Foto Mesra
48
Bab. 47 Kekalahan Giska
49
Bab. 48 Ayah!
50
Bab. 49 Kehilangan
51
Bab. 50 Hidup Harus Berlanjut
52
Bab. 51 Kembalinya Maura
53
Bab. 52 Kesepian
54
Bab. 53 Jadi Masalah
55
Bab. 54 Akting
56
Bab. 55 Katanya Bulan Madu
57
Bab. 56 Malam Pertama
58
Bab. 57 Gagal Unboxing
59
Bab. 58 Arjuna
60
Bab. 59 Serba Salah
61
Bab. 60 Anak Durhaka
62
Bab. 61 Salah Kira
63
Bab. 62 Anak Durhaka; Arjuna
64
Bab. 63 Menjenguk Arjuna
65
Bab. 64 Masa Lalu Arjuna
66
Bab. 65 Sah Jadi Menantu
67
Bab. 66 Sah Jadi Istri
68
Bab. 67 Kerokan
69
Bab. 68 Kerbau Yang Dicucuk Hidungnya
70
Bab. 69 Double Date
71
Bab. 70 Bullent Ant Bubar
72
Bab. 71 Penyusup
73
Bab. 72 Tertangkap basah
74
Bab. 73 Sidang RT
75
Bab. 74 Pelaku
76
Bab. 75 Wedding Anniversary
77
Bab. 76 Akhir Pesta
78
Bab. 77 Tujuan Arjuna
79
Bab. 78 Fakta Kasus Shaka
80
Bab. 79 Kemarahan Winda
81
Bab. 80 Kebebasan Shaka
82
Ucapan Terima kasih
83
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!