Zivana tidak tahu ke mana Shaka pergi semalam. Pria itu tidak pulang sampai pagi menjelang.
Hal itu tentu merepotkan Zivana ketika papa mertuanya bertanya.
"Mas Shaka sudah berangkat duluan, Pa. Ada kuliah pagi, sementara Ziva masuk agak siangan," jawab Zivana berbohong.
Semua Zivana lakukan demi menutupi kelakuan minus suaminya. Entah apa yang Zivana pikirkan sampai ia harus berbohong demi pria itu. Untung saja Bagas percaya akan ucapan Zivana.
Dalam hati ia masih bertanya-tanya ke mana gerangan suaminya itu pergi.
"Ngapain sih, Ziva, lo mikirin cowok berandal itu." Batin Zivana bersuara. "Lo nggak mulai jatuh cinta, 'kan, sama Shaka?"
"Enggak!" Zivana berteriak. Menyangkal semua yang dituduhkan oleh suara hatinya sendiri.
Kalau nggak jatuh cinta, ngapain lo peduli. Biar aja berandal itu pergi. Ke mana kek, bukan urusan lo!
Banyak lagi suara-suara yang mendadak berteriak memenuhi otak Zivana. Menuduhnya yang bukan-bukan.
Zivana menggeleng pelan. Tidak terima dengan segala tuduhan itu. Ia bahkan menatap dirinya di cermin.
"Nggak mungkin kan karena gue mikirin dia ke mana, itu artinya gue perhatian. Gue cuma kepo," sangkal Zivana.
Ia tatap kembali bayangan wajahnya dalam cermin. Seketika bahunya menurun.
Ya ampun, Ziva. Kusut banget sih, lo. Gimana Shaka mau suka sama lo kalau penampilan lo aja burik.
"Ini lagi! Suara apa, sih! Gue nggak lagi cari perhatian Shaka. Gue juga nggak peduli sama dia. Jadi stop, jangan bikin gue gila!" Zivana menggeram marah.
"Pergi, lo! Pergi yang jauh!" Pekik Zivana di depan cermin.
"Siapa yang disuruh pergi, Mbak?" tanya Eni. Asisten rumah tangga itu berdiri di ambang pintu.
Sontak Zivana menoleh. "Mbak Eni, ada apa?" Tanya Zivana panik.
Tentu Zivana panik. Dia baru saja terlihat bicara sendiri seperti orang gila. Bagaimana jika Mbak Eni salah sangka dan menganggapnya tidak waras.
"Itu, supir Bapak sudah nunggu di depan. Kata Bapak nggak usah naik taksi, biar diantar sama Mas Yudi saja."
Zivana lega. Eni tak memperpanjang pertanyaan tentang ia yang tadi berteriak-teriak. "Suruh tunggu sebentar ya, Mbak. Aku siap-siap dulu."
"Baik, Mbak." Eni pamit untuk memberitahu supir Bagas.
Segera Zivana membenarkan rambutnya. Menatanya kembali agar rapi. Masih dengan style yang sama, Zivana mengenakan kemeja flanel dipadu dengan jeans waran biru, rambut ekor kuda yang menjadi andalannya, dan kaca mata yang selalu bertengger di hidung mbangirnya.
Ia ambil tas ransel yang ada di bangku belajar dan menggantungnya di pundak. Sebelum keluar ia kembali bercermin untu memastikan semua siap.
Diantar oleh supir papa mertuanya, Zivana tak perlu berjalan kaki menuju kampus. Tidak seperti Shaka yang selalu menurunkannya di depan mini market. Di mana letak mini market itu lumayan jauh dari kampus. Semua demi menghindari terbongkarnya status mereka.
"Terima kasih, Pak," ujar Zivana pada Pak Yudi ketik turun dari mobil.
Tidak disangka jika ada dua orang yang melihat Zivana dan memperhatikan gadis itu ketika tadi turun dari mobil mewah Bagas. Dua orang itu tak lain adalah Dinda dan Kania.
"Wuih, ternyata lo anak orang kaya?" Ekspresi Dinda terlihat berlebihan.
"Iya, gue nggak nyangka kalau lo anak orang kaya. Abis penampilan lo nggak meyakinkan, sih," imbuh Kania.
"Maksud kalian apa?" tanya Zivana.
"Itu tadi dianter sama supir," jawab Dinda.
Zivana menoleh. Melihat ke arah perginya mobil yang tadi membawanya ke kampus.
"Oh, itu tadi mobil mer ...." Zivana berhenti. Urung melanjutkan kalimatnya. Padahal di depannya ada Dinda dan Kania yang menunggu jawaban Zivana.
"Mer ...." Kania mengulang kata terakhir Zivana yang terputus.
"Mercy ... iya, mobil mercy temen bokap gue," lanjut Zivana cepat.
Jantungnya hampir lepas dari tempatnya gara-gara keseleo lidah. Kalau tadi sedikit saja salah bicara, habis sudah nasibnya.
"Jadi tadi dia ke rumah, terus pas gue mau berangkat ke kampus diajak bareng sekalian karena kita satu arah. Begitu. Iya begitu," lanjut Zivana memberi penjelasan.
Kedua teman barunya itu hanya bisa membuka mulut dan mengeluarkan kata. "Oh ...."
"Eh, udah jam nih. Buruan, yuk. Entar kelas keburu dimulai," ajak Zivana agar teman mereka tak lagi mengurusi soal mobil yang mengantarnya.
Bertiga mereka berjalan menuju kelas. Sialnya ketika sampai kelas dosen belum datang jadi Dinda dan Kania masih sempat mengajak ngobrol. Topiknya masih tidak jauh dari latar belakang Zivana.
Mereka bertanya tentang apa pekerjaan ayah Zivana juga tentang keluarganya. Zivana sendiri jadi sedikit malas menanggapi. Sejujurnya ia tidak pernah ingin banyak bercerita tentang dirinya pada siapa pun.
Pertanyaan Dinda dan Kania berhenti ketika dosen datang dan memulai mata kuliah. Zivana mulai bernapas lega.
Namun sayangnya itu hanya selama mata kuliah berlangsung, karena setelah usai mereka kembali mengulik tentang diri Zivana. Pertanyaan mereka bahkan dibawa sampai ke kantin kampus.
"Kapan-kapan kita ke rumah lo, ya?" ujar Dinda.
"Hmm ...." Saking malasnya Zivana menjawab ia hanya menggumam saja.
"Tapi nanti aja kalau libur," sambung Kania.
"Gimana kalau sabtu ini?" usul Dinda.
"Boleh." Kania setuju.
"Gimana, Ziva. Hari Sabtu, ya?" tanya Dinda.
"Hmm ...."
Dinda dan Kania saling tatap, sepertinya teman mereka satu ini tidak sedang fokus pada apa yang tengah mereka bicarakan.
"Ziva, lo dengerin kita ngomong, nggak?" Dinda menepuk bahu Zivana.
"Eh ... iya, kenapa?"
"Nah, kan, lo nggak dengerin kita."Dinda mencebik kesal.
Tentu saja Zivana tidak fokus pada dua temannya ini. Lagi pula sejak awal ia memang malas membicarakan topik yang Dinda maupun Kania tanyakan.
Zivana lebih memilih memperhatikan Shaka yang sedang duduk bersama teman-temannya. Dari tempatnya sekarang, Zivana bisa melihat dengan jelas pria itu. Bahkan luka di wajah Shaka terlihat olehnya dengan sangat jelas.
Shaka pun menyadari bahwa Zivana memperhatikan dirinya, tapi pura-pura tidak tahu. Pria itu terus bersikap biasa saja tanpa peduli dengan tatapan Zivana.
"Dengerin, kok," jawab Zivana.
"Mana ada lo denger. Coba, apa tadi yang kita bilang."
Zivana bingung. "Em ... kalian tanya di mana rumah gue, kan?"
"Kayaknya gue tau deh apa yang bikin Zivana nggak fokus," seloroh Kania.
"Tuh lihat." Kania menunjuk dengan dagu.
Sontak Dinda mengikuti arah dagu Kania. Dilihatnya Shaka dan teman-temannya yang lagi bercanda.
"Wah ... nggak beres, lo!" ujar Dinda. "Beneran naksir lo sama Kak Shaka?"
"Apaan?" elak Zivana.
Ia tak mau melanjutkan pembicaraan soal Shaka ini. Takutnya akan jadi panjang seperti pertanyaan sebelumnya.
"Gue nggak ngeliatin dia, ya. Gue cuma ...." Zivana bingung mau berbohong apa lagi.
Di saat itulah, ia melihat Arjuna yang duduk tepat di meja yang berada di samping Shaka.
"Gue cuma lihat cowok di meja sebelahnya itu. Arjuna bukan, sih?" cetus Zivana.
Dinda dan Kania pun memastikan.
"Bener, dari mana lo tahu?"
"Yang kemaren ngantar gue ke fakultas ekonomi kan dia," jawab Zivana.
"Eh, lo perhatikan nggak sih kalau muka Kak Arjuna kayak luka gitu?" ujar Kania.
"Mana?" tanya Dinda. Dinda melihat ke arah Arjuna untuk membuktikan kebenaran ucapan Kania.
Zivana yang penasaran pun jadi ikut-ikutan melihat ke arah pria itu. Dan Arjuna menyadari ketika Zivana menatapnya.
Sejurus kemudian ia memilih kembali menekuri minuman yang ia pesan. Dan mengajak kedua temannya untuk menyudahi topik soal Arjuna dan Shaka.
Baru juga mulut Zivana menutup, tiba- tiba Arjuna datang menghampiri.
"Hai," sapa Arjuna.
Dinda dan Kania menjawab cepat sapaan Arjuna. Tidak mungkin mereka melewatkan kesempatan disapa oleh salah satu cowok idola kampus.
"Boleh duduk?"
"Boleh, Kak," jawab Dinda dan Kania kompak.
Tanpa malu Arjuna duduk di samping Zivana. Pria itu bahkan tersenyum pada Zivana. Membuat Dinda dan Kania yang jadi salah tingkah.
Dari tempat duduknya Shaka terus memperhatikan Zivana. Tentu sejak ada seorang pria yang mendekati istrinya.
Ketika Zivana melirik ke arah Shaka, saat itulah mata mereka saling bertemu. Tatapan Shaka terlihat sangat aneh.
"Apa-apaan, sih, ngeliatin gue kayak gitu?" batin Zivana ketika Shaka terus menatapnya dari jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Aish
gantian ya Shaka, jangan panas'
2023-11-10
1
Erni Fitriana
bikin cemburu ziiiiiii
2023-11-07
1
Fatma Kodja
lanjut thor 🤗🤗🤗
2023-08-08
1