Zivana masih menyimpan kesal pada Shaka. Lebih tepatnya pada kelakuan pria itu tadi malam. Bisa-bisanya Shaka membuatnya histeris dengan berada tepat di atas tubuhnya.
Padahal dia cuma mau bilang selamat malam saja. Sungguh terlalu memang.
Zivana memilih mendiamkan pria itu sejak kejadian semalam. Pagi hari ketika berangkat ke kampus dari rumah ayahnya, Zivana tetap tidak mau bicara. Bahkan sampai pulang dari kampus pun Zivana masih saja diam seribu bahasa. Enggan bicara dengan suaminya.
"Culun," panggil Shaka ketika mereka berada di atas motor.
"Ziva," ulangnya lagi. Tetap sama, Zivana tak menanggapi.
"Ciye, istri gue ngambek beneran," goda Shaka.
"Udah dong ngambeknya, entar gue cium lo."
Semua bujukan Shaka tak mempan. Zivana tetap saja bungkam.
"Sayang," Shaka masih saja berusaha.
Dari semua kata yang Shaka ucapkan tak ada satu pun yang ampuh dan mampu membuat Zivana berbicara.
Akhirnya Shaka menyerah. Mungkin bukan saat yang tepat untuk membujuk gadis itu sekarang. Ia pun diam dan kembali fokus pada motornya yang melaju.
Tak ada kata yang keluar dari bibir keduanya. Hanya deru angin yang berhembus serta bising kendaraan lain yang mengisi perjalanan mereka.
Hingga ketika Shaka menghentikan laju motornya secara tiba-tiba, Zivana menjerit keras karena kaget.
"Shaka!" Dikiranya pria itu kembali berulah. Sengaja menarik rem mendadak hingga reflek Zivana memeluk pria itu erat agar tak jatuh.
Namun, apa yang Zivana sangka ternyata keliru. Shaka melepas pelan tangan Zivana yang melingkar di pinggangnya. Kemudian bergegas turun diikuti Zivana.
Barulah ketika pria itu berlari dan berteriak, Zivana paham dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Woy!" Shaka berlari kencang. Menuju dua orang yang sedang berusaha merampas tas seorang wanita.
Melihat kedatangan Shaka, dua pria perampok tak tinggal diam. Mereka dengan berani menantang Shaka.
"Mau apa, lo? Jadi pahlawan?" ujar salah satu dari perampok.
"Yang pasti mau kasih lo pelajaran," jawab Shaka. Bersamaan dengan itu satu pukulan ia arahkan pada pria yang menantangnya.
Terjadilah baku hantam di antara Shaka dan dua perampok. Bukan hal sulit bagi Shaka menaklukkan dua perampok jalanan itu. Pukulan-pukulannya mampu membuat perampok kalang kabut dan memilih kabur.
Zivana mengambil tas yang sempat dirampas oleh perampok, tapi terjatuh ketika dua perampok itu melawan Shaka.
"Ini Tante." Zivana menyerahkan pada pemiliknya. "Tante nggak apa-apa, 'kan?"
Wanita itu mengambil tas dari Zivana tanpa melihat wajah Zivana. Tatapannya justru pada Shaka yang berjalan ke arahnya. Ia bahkan mengabaikan pertanyaan Zivana.
"Tante Anita?" ujar Shaka lirih begitu menyadari siapa yang ia tolong dari perampok.
Bukannya menjawab Shaka, wanita yang Shaka sebut namanya itu justru berlari pergi.
"Tante," panggil Shaka. Namun wanita itu lebih mempercepat langkahnya. Bahkan segera menghentikan taksi yang lewat.
"Tante." Shaka berusaha mengejar, tapi sayang wanita itu sudah lebih dulu pergi.
Dari tempatnya berdiri, Zivana hanya mampu memperhatikan suaminya. Ia tidak kenal siapa wanita itu.
Wajah Shaka terlihat lesu begitu kembali. Tidak memberi penjelasan apa pun, dan Zivana juga tidak bertanya.
Rasanya dunia keduanya menjadi bisu. Baik Zivana maupun Shaka sama-sama tak bicara. Suara berisik Shaka sebelumnya tak lagi terdengar.
Sampai di rumah juga demikian. Bahkan ketika makan malam bersama. Saat Bagas membicarakan rumah untuk mereka berdua, Shaka masih saja bungkam.
"Papa sudah dapat rumah buat kalian. Lumayan dekat dari kampus, sekitar sepuluh sampai lima belas menit dengan motor. Tapi belum bisa kalian tempati, karena sekarang masih mau di bersihkan sekaligus direnovasi bagian yang sudah tidak layak. Mungkin satu atau dua minggu ke depan kalian baru bisa pindah," tutur Bagas menjelaskan.
Zivana melirik Shaka yang duduk tepat di sampingnya. Tak ada reaksi apa pun dari pria itu. Tidak seperti biasanya yang begitu antusias mendengar prihal rumah untuk mereka.
Kali ini tatapan Shaka terfokus pada piring di depannya tapi Zivana tidak yakin jika pikirannya berada di tempat yang sama. Sebab jelas sekali Shaka seperti melamun. Memikirkan sesuatu yang Zivana tidak tahu.
Akankah masih tentang wanita tadi sore yang mereka tolong dari perampok?
Entahlah, Zivana tak bisa menebak isi otak pria itu.
"Tidak apa kan Ziva menunggu seminggu lagi?" tanya Bagas.
"Enggak apa, Pa," jawab Zivana singkat. Ekor matanya masih melirik Shaka yang terus terdiam.
"Oh, ya ... bagaimana kabar ayah kamu. Katanya kemarin kurang enak badan?" tanya Winda.
Zivana jadi ikut tak fokus karena Shaka. Pertanyaan Winda sampai tidak didengarnya.
"Ziva," panggil Winda halus.
"Eh ... iya, Ma, kenapa?"
Bagas dan Winda memperhatikan Zivana bersamaan. Membuat Zivana canggung oleh tatapan mereka.
"Bagaimana kabar ayah kamu, apa sudah lebih baik?" ulang Winda.
"Oh, itu ... iya, sudah lebih baik. Hanya asam lambungnya saja yang kembali kambuh," jawab Zivana.
"Syukurlah, kalau begitu."
Semua kembali menekuri piring mereka masing-masing. Tidak ada obrolan setelah tadi membicarakan soal rumah.
Dalam hening suasana makan, Bagas, Winda juga Zivana, dikejutkan dengan sikap Shaka. Shaka tiba-tiba berdiri meninggalkan meja makan. Tanpa pamit atau bicara sepatah kata pada semua orang.
Shaka langsung berlari mengambil jaket kemudian keluar. Bagas dan Winda hanya menatap penuh tanya, tidak menegur sama sekali.
Sementara Zivana mulai berpikir ke mana suaminya itu akan pergi. Juga untuk apa malam-malam begini meninggalkan rumah. Apa masih tentang si tante Anita tadi sore?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Erni Fitriana
apa mungkin tante anita...camer yg gak jadi???...kita harus baca terus nih...biar kita tau siapa Tante anita sesungguhnya
2023-11-07
2
Maysuri
ada apa ya am ta te anita....
2023-08-17
1
iyel
penasaran ya ziv, sma aku juga 😁
2023-08-17
1