Nampaknya Shaka jadi penasaran dengan Zivana. Bagaimana mungkin ia bisa tergoda hanya karena melihat dan menyentuh kaki gadis itu.
Kalau diperhatikan, Zivana memang tidak punya daya tarik. Wajahnya biasa saja meski kulitnya bersih. Gadis itu bahkan terlihat tak pernah memakai riasan. Gaya berpakaian pun cenderung standar lebih ke kuno.
Satu hal lagi, gaya rambut yang tak pernah berubah sejak pertama kali ia bertemu. Sekali saja, Shaka belum pernah melihat rambut gadis itu terurai. Kalau tidak di kuncir ekor kuda sudah pasti dicepol ke atas. Khas gaya emak-emak berdaster.
"Ngapain lo lihat-lihat, gue?" tanya Zivana yang berdiri di depan cermin. Sejak tadi ia sadar benar jika Shaka terus memperhatikan dirinya dari atas ranjang.
"Awas, ya, kalau lo punya pikiran kotor ke gue!" ancam Zivana. Ia segera meraih tas ransel miliknya dan pergi keluar.
Shaka tak menjawab sedikit pun omelan istrinya. Ia letakkan rubik yang sedari tadi ia mainkan selagi menunggu Zivana mematut diri di depan cermin. Lalu menyusul Zivana turun.
Berjalan di belakang Zivana masih membuat Shaka berpikir keras alasan semalam ia tergoda. Sampai di meja makan, pikiran Shaka masih tak berubah. Bisa-bisa Shaka jadi gila karena tak mendapat jawaban.
"Papa dengar semalam kamu pulang terlambat?" pertanyaan Bagas sedikit mendistrak apa yang sedang bergelut di batinnya.
Ia ingat kalau kemarin ia tidak jadi pulang bersama dengan Zivana. Membuat Zivana menunggu dan pulang terlambat. Semua karena Arjuna. Musuh bebuyutannya itu tak pernah melewatkan kesempatan sedikit pun untuk tidak menantang Shaka.
Dasar Shaka pria arogan. Gengsinya terlalu besar jika tak meladeni. Alhasil, ia abaikan tentang menjemput Zivana. Shaka lebih memilih adu balap dan berakhir gontok-gontokan.
Padahal malam sebelumnya mereka sudah terlibat tawuran bersama geng masing-masing. Hasil yang seimbang membuat Arjuna tak terima. Dari dulu tekadnya adalah menaklukkan Shaka juga geng motor Bullent Ant bentukan Shaka.
Di setiap kesempatan ia selalu ingin mengalahkan rival abadinya itu. Namun hasil kemarin justru tak seperti harapan Arjuna. Shaka mengalahkan Arjuna dengan baku hantam. Meskipun menang, wajah Shaka tak luput dari lebam. Bahkan punggungnya terkena sabatan ikat pinggang milik Arjuna. Beruntung ada Zivana yang mau membantunya mengoles obat.
"Mungkin Papa harus mempertimbangkan soal rumah dekat kampus untuk kalian," ujar Bagas.
Sontak Shaka meninggalkan ingatannya tentang baku hantam dengan Arjuna kemarin. Ini kesempatan bagus untuk mewujudkan keinginannya keluar dari rumah ini.
"Bukan dipertimbangkan lagi, emang udah harus beli. Sekarang Shaka nggak bisa rutin antar jemput Ziva karena Shaka punya tugas sendiri. Kalau punya rumah dekat kampus kan enak, pulang juga nggak bakalan kemalaman." Shaka berusaha menimpali. Agar Bagas bisa cepat memutuskan.
Zivana hanya bisa melihat wajah licik Shaka.
"Nanti biar sekretaris Papa cari info rumah di dekat kampus, ya," ujar Bagas. Lebih tepatnya ditujukan untuk Zivana.
"Nggak ...."
Zivana belum melanjutkan kalimatnya karena Shaka keburu menginjak kakinya. Mata pria itu melotot memberi sebuah kode agar tak menolak. Zivana jadi terdiam.
"Nggak apa-apa. Kalau mau nanti aku bantu carikan," imbuh Shaka.
Pria itu lalu melihat jam di tangannya. "Yuk berangkat, entar telat lagi," ajak Shaka.
Sengaja ia lakukan meski sarapan di piring Zivana belum habis. Shaka takut jika Zivana banyak bicara dan menolak untuk pindah rumah.
Zivana pun menurut. Mereka segara berangkat. Namun, ketika sampai di ujung jalan Zivana minta berhenti. Dilepasnya helm yang menempel di kepala dan menyerahkannya secara kasar pada Shaka.
"Gue nggak mau pindah rumah!"
"Kenapa?" Mata Shaka membeliak.
"Di rumah sekarang aja lo mau macem-macem sama gue, gimana kalau kita tinggal sendiri. Bisa-bisa lo memperkosa gue." Zivana jujur dengan apa yang ada di pikirannya.
Shaka tertawa mengejek. "Jangan sok cantik deh, lo. Lo bukan tipe gue!"
Bibir Zivana mencibir. "Alah, lo bilang gue bukan tipe lo. Buktinya kemarin apa?" Nada bicara Zivana menantang Shaka untuk mengingat kejadian semalam.
"Lo juga bilang kan semalam kalau lo nggak nafsu sama gue. Tapi lo *****-***** gue juga! Dasar Garangan!"
Shaka langsung tertunduk. Malu kalau ingat semalam.
"Pokoknya gue nggak mau tinggal berdua aja sama lo!" Zivana melangkah pergi. Tidak mau lagi pergi dibonceng suami.
"Culun, tunggu!" Shaka berteriak. "Eh ... Ziva," panggilnya lagi ketika teringat panggilan yang benar untuk istrinya.
Zivana tak peduli. Gadis itu justru menghentikan taksi dan berangkat ke kampus sendiri.
Shaka pun tak habis akal. Ia terus mengirim pesan pada Zivana dan membujuk Zivana agar mau keluar dari rumah. Banyak keuntungan yang Shaka tawarkan termasuk pisah kamar.
Zivana yang membaca pesan itu lama-lama tergoda juga. Ia pun mulai berpikir tentang keuntungan jika tinggal terpisah dari mertua. Soal sikap Shaka yang hendak berbuat tak senonoh padanya akan bisa diantisipasi jika mereka sudah tidak tidur satu kamar.
Pun privasinya akan lebih terjaga. Ia juga bisa sering menjenguk ayahnya.
'Bagaimana?'
Tulis Shaka dalam pesannya.
'Gue pikir-pikir dulu.'
Jawab Zivana membalas pesan Shaka.
'Pulang gue tunggu di mini market.'
Tulis Shaka di pesan terakhirnya.
Zivana kira itu hanya bualan, karena biasanya dialah yang menunggu Shaka sampai lumutan. Namun kali ini pria itu benar-benar membuktikan perkataannya. Shaka sudah menunggunya di depan mini market.
Tidak mau berlama-lama. Zivana langsung mengenakan helm dan naik ke motor suaminya.
Shaka menarik tuas gas, melajukan motor dengan kecepatan sedang. Awalnya Zivana tak sadar jalan yang ia lalui. Baru setelah setengah jalan Zivana tahu kalau jalan yang ia lalui bukan jalan ke rumah Shaka.
"Ini, kita mau ...?"
Shaka mengangguk.
"Tapi belum ijin sama Papa."
"Gue suami lo, yang berhak kasih ijin itu gue, bukan bokap gue," jawab Shaka.
Meski terdengar aneh di telinga tapi apa yang Shaka bilang benar adanya. Tidak apa lah, siapa yang kasih ijin. Yang penting hati Zivana mendadak berbunga.
Shaka melihat senyum di bibir Zivana dari kaca spion. Pria itu pun turut menyunggingkan senyum.
"Seneng, kan, lo?"
Zivana tak memungkiri. Ia kembali tersenyum bahkan mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mbr Tarigan
mudah kali kamu ditipu ya hati3 dek nanti kamu diperkosa dan ditinggalkan baru tahu rasa
2024-09-13
1
Erni Fitriana
udah megang cara nyenengin bini..aman dunia mas brow
2023-11-07
2
Asma Susanty
ziva di antar kerumah ayahnya yaa kayaknya , shaka mati2an mau pindah rumah biar dia bebas keliaran , nggak takut kena tegur ayahnya lagi
2023-08-10
1