Bab. 8 Ditinggal

Zivana menatap takut pada pria di depannya. "Jangan macem-macem, ya, atau aku akan ...."

"Akan apa?" Shaka tak berhenti mengintimidasi Zivana.

"Akan ...." Zivana bingung memikirkan apa yang akan ia lakukan.

"Akan ...?" ulang Shaka.

"Akan ...." Tidak menyelesaikan kalimatnya, Zivana langsung mendorong tubuh Shaka sekuat tenaga hingga pria itu terjungkal.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Zivana berlari keluar kamar.

"Hei, tunggu!" teriak Shaka memegangi kepalanya yang sempat terantuk lantai.

Namun sayang, Zivana sudah lebih dulu membuka pintu. Mengabaikan sakit di kepalanya, secepat mungkin Shaka bangkit dan mengejar istrinya.

Ketika Zivana hendak menuruni tangga, Shaka berhasil menjangkau rambut sang istri. Hampir saja ia berhasil.

Sialnya, Zivana yang tak ingin tertangkap lebih mempercepat langkah. Hingga ia bisa lolos meski Shaka sudah sempat menjangkau rambutnya. Hanya ikatan rambut saja yang terlepas sebab tarikan tangan Shaka.

"Sial!" Shaka membuang ikat rambut Zivana dan terus mengejar hingga ke bawah.

"Berhenti, lo!" teriak Shaka.

"Ayah!" pekik Zivana terus berlari.

Selebar apa pun langkah Zivana, ternyata langkah Shaka jauh lebih lebar. Akhirnya ia tertangkap juga. Shaka menarik tangan Zivana lalu menahan tubuh gadis itu agar tak lagi bisa melangkah.

"Lepas!" teriak Zivana. "Lepasin!" Zivana terus memberontak dan Shaka tak terpengaruh sama sekali.

Bibirnya melengkung ke atas, seakan puas bisa mendapatkan targetnya.

"Lepasin gue, brengsek!" Zivana meronta.

"Bakal gue lepasin kalau lo mau janji buat minta rumah ke bokap."

"Cowok gila!"

Posisi Shaka yang ada di belakang tubuh Zivana tak bisa membuat gadis itu melihat senyum di bibir Shaka. Pria itu tak tersinggung sama sekali dengan sebutan kasar untuknya. Ia masih terus mengunci Zivana dengan melingkarkan lengannya di bawah leher sang istri.

Sedikit menunduk Shaka berbisik tepat di telinga Zivana. "Dan gue bisa jadi lebih gila kalau lo nggak mau nurut apa kata gue."

"Nggak, gue nggak mau!"

"Nggak mau apa, Zivana?" Suara Bagas mengalihkan perhatian Shaka juga Zivana.

Melihat Zivana dengan rambut berantakan dan letak kaca mata yang sedikit miring serta posisi Shaka yang menahan Zivana, pikiran Bagas jadi ke mana-mana.

Apakah putranya sedang memaksa menantunya?

Kenapa Zivana sampai berteriak-teriak menolak?

"Ehm ... i-itu, Pa. Zi nggak mau kalau ...."

"Kalau terlambat lagi," sambung Shaka cepat.

Zivana menoleh dan sedikit mendongak. Bisa-bisanya pria ini berbohong.

"Benar begitu?" Bagas memastikan.

"Benar, Pa. Zivana nggak mau terlambat lagi ke kampus jadi dia mau pindah kampus aja bareng Shaka. Sekalian juga kami mau belajar mandiri." Shaka menjelaskan tanpa diminta.

"Belajar mandiri?" Bagas jadi bingung maksud anaknya.

"Iya, kalau Zivana udah pindah ke kampus Shaka, sekalian kami mau pindah aja. Selain biar makin dekat, juga sekalian belajar untuk mandiri."

Bagas terlihat ragu dengan ucapan Shaka. Raut wajahnya justru terlihat curiga.

Melihat itu, Shaka tak diam begitu saja. Ia menggerakkan tubuh Zivana yang masih dalam tawanannya. "Benar kan, Sayang?"

Apa, Sayang?

Mendengar sebutan Shaka untuknya, zivana jadi ingin muntah. Bisa-bisanya pria berandal ini bersikap demikian hanya untuk menipu papanya.

"Zivana?" panggil Bagas.

"Iya, Pa."

"Benar begitu?"

"Ya tentu benar dong, Pa. Kami sudah memutuskan kalau nanti setelah Zivana pindah ke kampus Shaka, kami akan keluar dari rumah ini dan mencoba untuk hidup mandiri. Untuk itu kami butuh rumah."

"Bu ...." Zivana baru saja akan buka mulut tapi Shaka lebih dulu membungkam mulutnya dengan tangan.

Agar tak terlihat kasar, sesekali Shaka mengecup kepala Zivana.

"Kalian yakin?" Bagas ingin kembali memastikan.

"Yakin, Pa," jawab Shaka.

"Ya sudah, nanti Papa bicarakan dulu dengan Yusuf bagaimana baiknya." Karena Zivana tak menjawab apa pun, Bagas menganggap apa yang Shaka ucapkan sudah mewakili menantunya itu. Ia pun kembali masuk ke kamar. Meninggalkan Zivana dan Shaka.

"Gue suka kalau lo nurut kayak gini," ujar Shaka kembali mengecup kepala Zivana.

Setelahnya Zivana justru menggigit tangan Shaka dan menginjak kaki suaminya itu dengan keras. Lalu meninggalkannya begitu saja.

Gantian, kini Shaka yang menjerit keras. "Arrgh ...."

*****

Masih seperti sebelumnya, pagi ini Zivana kembali diantar oleh Shaka ke kampus. Sejujurnya Zivana lebih memilih untuk naik kendaraan umum dari pada harus membonceng suami berandalnya. Namun Zivana tak punya pilihan itu demi menghormati papa mertuanya.

"Pegangan!" ujar Shaka sebelum menarik gas.

Dengan malasnya, Zivana melingkarkan tangannya ke pinggang Shaka. Asal-asalan. Dari spion motor Shaka bisa melihat bibir Zivana yang manyun. Pria itu tahu benar jika istrinya tengah kesal padanya gara-gara semalam.

Meskipun Zivana tidak benar-benar berpegangan pada Shaka pria itu tetap tancap gas. Melajukan motor menuju kampus Zivana.

Sepanjang jalan tidak ada salah satu dari mereka yang mengajak bicara lebih dulu. Mereka sama-sama diam dan sibuk dengan apa yang mereka lihat masing-masing.

Hampir sampai ke kampus Zivana, tapi Shaka justru putar arah.

Zivana yang sadar jika arah motor Shaka berubah langsung bertanya, "Kok puter arah?"

Shaka tetap diam sampai ia berhenti di samping sebuah mobil yang ada di pinggir jalan. Ia membuka helm agar bisa dikenali.

"Shaka," ujar gadis si pemilik mobil ketika motor Shaka berhenti tepat di mobil sampingnya.

Shaka turun dari motor disusul Zivana. Gadis itu juga melepas helmnya dan membetulkan kaca matanya.

"Kenapa mobil, lo Gis?" tanya Shaka.

"Nggak tahu nih, tiba-tiba aja mogok," jawab gadis yang terlihat cantik di mata Zivana.

"Ya udah, ikut motor gue aja."

Seketika mata Zivana membeliak. Apa Shaka lupa kalau sedang bersamanya?

"Beneran?" tanya gadis itu.

"Iya."

"Lah, gue gimana?" sela Zivana.

Shaka menoleh ke arah Zivana begitupun dengan gadis bernama Giska.

"Dia, siapa?" Giska menunjuk Zivana.

"Oh, dia. Sama kayak lo. Tadi gue ketemu di jalan, karena kasihan gue anterin aja dia ke kampusnya."

Zivana makin tak percaya dengan jawaban pria satu ini. Kalau bukan di tempat umum sudah pasti Zivana pukul kepalanya, biar otaknya rada bener. Beraninya bilang ketemu di jalan!

Giska mengernyit heran, tapi Shaka memang seperti itu orangnya. Asal saja.

"Udah, lo jalan aja. Kampus lo kan udah deket," ujar Shaka pada Zivana.

"Buruan naik Gis, entar kita telat lagi."

Giska melirik Zivana, lalu mengambil helm di tangan Zivana. "Maaf, ya."

Tidak ada yang bisa Zivana lakukan selain berdecak kesal setelah Shaka pergi bersama gadis yang tidak Zivana kenal.

Terpaksa Zivana berjalan kaki ke kampusnya. Kalau mau naik ojek juga nanggung karena sudah lumayan dekat.

"Haduh, gempor deh kaki gue." Zivana berhenti sejenak karena merasa lelah.

"Awas aja lo! Gue sumpahin cegukan seharian lo karena udah ninggalin gue di tengah jalan!"

Terpopuler

Comments

Rizka Susanto

Rizka Susanto

mgkin ceritanya bang shaka mau bls dendam krn kmren udh drong motor sdrian😁

2023-12-24

1

Bunda Aish

Bunda Aish

semoga bucin tuh Shaka nanti sama Zivanna.....

2023-11-09

2

Erni Fitriana

Erni Fitriana

astaghfirullah..si sengklek

2023-11-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Arshaka
2 Bab. 2 Kecelakaan
3 Bab. 3 Calon Suami
4 Bab.4 Pernikahan
5 Bab. 5 Malam Pengantin
6 Bab. 6 Hari Sial
7 Bab.7 Culun!
8 Bab. 8 Ditinggal
9 Bab. 9 Cegukan
10 Bab. 10 Pindah Kampus
11 Bab. 11 Janda Muda
12 Bab. 12 Berbohong Demi Shaka
13 Bab. 13 Pelanggaran!
14 Bab. 14 Pelanggaran Berat!
15 Bab. 15 Garangan!
16 Bab. 16 Ayah
17 Bab. 17 Shaka!
18 Bab.18 Ngambek
19 Bab. 19 Melampiaskan Emosi
20 Bab. 20 Bini Galak
21 Bab. 21 Cewek Murahan
22 Bab. 22 Cari Kerja
23 Bab.23 Diterima Kerja
24 Bab.24 Hari Pertama Kerja
25 Bab. 25 Diawasi
26 Bab. 26 Lepasin!
27 Bab. 27 Dasar Gila!
28 Bab. 28 Kencan
29 Bab. 29 Tawuran
30 Bab. 30 Kantor Polisi
31 Bab. 31 Ketinggalan Jaman
32 Bab. 32 Ayah
33 Bab. 33 Mengingat Masa Lalu
34 Bab. 34 Siapa itu Zivana?
35 Bab. 35 Menutupi Status
36 Bab. 36 Nggak Mau Hamil
37 Bab. 37 Kelahi
38 Bab. 38 Adu Balas
39 Bab. 39 Berakhir Di Rumah Sakit
40 Bab. Sembunyi
41 Bab. 41 Takut Ketahuan
42 Bab. 42 Suami Gila
43 Bab. 43 Ingin Jadi Suami Beneran
44 Bab. 44 Mengaku
45 PENGUMUMAN!
46 Bab. 45 Masa Lalu Winda
47 Bab. 46 Foto Mesra
48 Bab. 47 Kekalahan Giska
49 Bab. 48 Ayah!
50 Bab. 49 Kehilangan
51 Bab. 50 Hidup Harus Berlanjut
52 Bab. 51 Kembalinya Maura
53 Bab. 52 Kesepian
54 Bab. 53 Jadi Masalah
55 Bab. 54 Akting
56 Bab. 55 Katanya Bulan Madu
57 Bab. 56 Malam Pertama
58 Bab. 57 Gagal Unboxing
59 Bab. 58 Arjuna
60 Bab. 59 Serba Salah
61 Bab. 60 Anak Durhaka
62 Bab. 61 Salah Kira
63 Bab. 62 Anak Durhaka; Arjuna
64 Bab. 63 Menjenguk Arjuna
65 Bab. 64 Masa Lalu Arjuna
66 Bab. 65 Sah Jadi Menantu
67 Bab. 66 Sah Jadi Istri
68 Bab. 67 Kerokan
69 Bab. 68 Kerbau Yang Dicucuk Hidungnya
70 Bab. 69 Double Date
71 Bab. 70 Bullent Ant Bubar
72 Bab. 71 Penyusup
73 Bab. 72 Tertangkap basah
74 Bab. 73 Sidang RT
75 Bab. 74 Pelaku
76 Bab. 75 Wedding Anniversary
77 Bab. 76 Akhir Pesta
78 Bab. 77 Tujuan Arjuna
79 Bab. 78 Fakta Kasus Shaka
80 Bab. 79 Kemarahan Winda
81 Bab. 80 Kebebasan Shaka
82 Ucapan Terima kasih
83 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab. 1 Arshaka
2
Bab. 2 Kecelakaan
3
Bab. 3 Calon Suami
4
Bab.4 Pernikahan
5
Bab. 5 Malam Pengantin
6
Bab. 6 Hari Sial
7
Bab.7 Culun!
8
Bab. 8 Ditinggal
9
Bab. 9 Cegukan
10
Bab. 10 Pindah Kampus
11
Bab. 11 Janda Muda
12
Bab. 12 Berbohong Demi Shaka
13
Bab. 13 Pelanggaran!
14
Bab. 14 Pelanggaran Berat!
15
Bab. 15 Garangan!
16
Bab. 16 Ayah
17
Bab. 17 Shaka!
18
Bab.18 Ngambek
19
Bab. 19 Melampiaskan Emosi
20
Bab. 20 Bini Galak
21
Bab. 21 Cewek Murahan
22
Bab. 22 Cari Kerja
23
Bab.23 Diterima Kerja
24
Bab.24 Hari Pertama Kerja
25
Bab. 25 Diawasi
26
Bab. 26 Lepasin!
27
Bab. 27 Dasar Gila!
28
Bab. 28 Kencan
29
Bab. 29 Tawuran
30
Bab. 30 Kantor Polisi
31
Bab. 31 Ketinggalan Jaman
32
Bab. 32 Ayah
33
Bab. 33 Mengingat Masa Lalu
34
Bab. 34 Siapa itu Zivana?
35
Bab. 35 Menutupi Status
36
Bab. 36 Nggak Mau Hamil
37
Bab. 37 Kelahi
38
Bab. 38 Adu Balas
39
Bab. 39 Berakhir Di Rumah Sakit
40
Bab. Sembunyi
41
Bab. 41 Takut Ketahuan
42
Bab. 42 Suami Gila
43
Bab. 43 Ingin Jadi Suami Beneran
44
Bab. 44 Mengaku
45
PENGUMUMAN!
46
Bab. 45 Masa Lalu Winda
47
Bab. 46 Foto Mesra
48
Bab. 47 Kekalahan Giska
49
Bab. 48 Ayah!
50
Bab. 49 Kehilangan
51
Bab. 50 Hidup Harus Berlanjut
52
Bab. 51 Kembalinya Maura
53
Bab. 52 Kesepian
54
Bab. 53 Jadi Masalah
55
Bab. 54 Akting
56
Bab. 55 Katanya Bulan Madu
57
Bab. 56 Malam Pertama
58
Bab. 57 Gagal Unboxing
59
Bab. 58 Arjuna
60
Bab. 59 Serba Salah
61
Bab. 60 Anak Durhaka
62
Bab. 61 Salah Kira
63
Bab. 62 Anak Durhaka; Arjuna
64
Bab. 63 Menjenguk Arjuna
65
Bab. 64 Masa Lalu Arjuna
66
Bab. 65 Sah Jadi Menantu
67
Bab. 66 Sah Jadi Istri
68
Bab. 67 Kerokan
69
Bab. 68 Kerbau Yang Dicucuk Hidungnya
70
Bab. 69 Double Date
71
Bab. 70 Bullent Ant Bubar
72
Bab. 71 Penyusup
73
Bab. 72 Tertangkap basah
74
Bab. 73 Sidang RT
75
Bab. 74 Pelaku
76
Bab. 75 Wedding Anniversary
77
Bab. 76 Akhir Pesta
78
Bab. 77 Tujuan Arjuna
79
Bab. 78 Fakta Kasus Shaka
80
Bab. 79 Kemarahan Winda
81
Bab. 80 Kebebasan Shaka
82
Ucapan Terima kasih
83
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!