"Memang kenapa dengan ini?" Tanpa tahu malu Shaka tidak segera menutup resleting celananya. Justru sengaja menariknya ke bawah agar lebih terbuka.
Syok melihat kelakuan Shaka. Zivana langsung menutup mata. "Tutup nggak!" teriak Zivana memerintah.
"Lah, kan mau gue lepas. Kok malah disuruh tutup."
"Tapi lepas celana nggak di sini juga!" Zivana masih belum mau membuka mata.
"Terus di mana, di ruang tamu? atau di teras? Makin nggak bener lo, nyuruh suami buka-bukaan di luar. Di kamar ini udah paling bener."
Shaka tak peduli dengan Zivana yang menutup mata. Ia tetap melepas celananya dan menggantinya dengan sarung pinjaman dari mertua.
"Ngapain lo masih tutup mata. Jangan kan lo liat gue lepas celana, liat gue nggak pakai apa pun juga boleh. Nggak dosa!"
"Sinting, lo. Udah buruan pakai celana lo lagi. Jangan bikin gue emosi, ya!"
Melihat Zivana yang bertahan dengan menutup mata. Tiba-tiba ide konyol muncul di otak Shaka.
Usai mengenakan sarung, Shaka berjalan mengunci pintu. Menyembunyikan kunci dan Setelahnya mendekat ke tubuh Zivana.
"Shaka lo dengerin gue, nggak, sih. Udah lo pakai belom celana lo?"
"Udah, buruan buka mata. Mau sampai kapan lo tutup mata lo kayak gitu."
Tanpa menaruh curiga Zivana langsung membuka mata. Sontak ia memutar tubuhnya. Ingin kabur. Shaka sudah menipunya. Pria itu bukannya memakai celananya justru sengaja melepasnya dan yang Zivana lihat tadi adalah d*laman saja.
Berulang kali Zivana menekan handle pintu tapi tak bisa membukanya. Ia panik sendiri. Takut Shaka akan berbuat macam-macam padanya.
"Lo mau ke mana, ini udah malam. Udah waktunya tidur."
"Lo gila, Shaka!" pekik Zivana sembari terus menekan handle pintu.
Tanpa rasa bersalah Shaka kembali memakai sarung yang tadi sempat ia turunkan. Lalu menghampiri istrinya. Menarik tangan Zivana dan membawanya ke ranjang.
"Shaka, mau apa, lo?" teriak Zivana menolak. Tubuhnya bahkan dibuat kaku agar Shaka tak mampu menariknya.
Namun, tubuh kecil Zivana bukanlah masalah besar bagi Shaka. Dengan satu tarikan saja tubuh Zivana ikut terseret bersama pria itu.
"Shaka, lepasin, gue!"
"Shaka ...," ulang Zivana ketika pria itu tak menggubris.
Shaka berhenti. Membuat tubuh Zivana dan pria itu saling berhadapan.
"Mau, apa, lo?" Tak bosan-bosan Zivana melempar pertanyaan yang sama.
"Bisa diem, nggak, lo! Kalau lo terus teriak entar dikira bokap lo, gue lagi nyiksa lo."
"Terus, lo, mau apa?"
Shaka jadi geleng-geleng kepala. "Ngajak lo bobok bareng," jawab Shaka enteng.
Zivana membeliak seketika.
"Lepasin, gue!" Zivana meronta.
Saat itu juga permintaan Zivana dikabulkan. Shaka melepaskan tangannya dan otomatis membuat Zivana terjatuh begitu saja karena tidak siap.
"Aw ...." Dirasakannya sakit ketika pantatnya mendarat dengan tiba-tiba di lantai.
"Sialan, lo!" umpat Zivana memegangi pantatnya.
Shaka tertawa melihat Zivana kesakitan. "Lo sendiri yang minta dilepas. Ya, gue lepas. Harusnya lo nurut sama gue buat tidur bareng, mendarat lo bakal di kasur bukan di lantai."
Tawa Shaka yang tak berhenti membuat Zivana kesal sendiri, tapi mau marah juga percuma. Hanya akan menguras energi Zivana saja.
Zivana mulai mengatur napas. Menata kesabaran untuk menghadapi pria berandal satu ini.
"Sabar, Ziva, cuma butuh waktu empat tahun untuk lepas dari pria ini. Anggaplah ini ujian hidup. Karena ke depannya lo tinggal meraih bahagia," ujar batin Zivana. Setidaknya untuk mengusir kesal yang bercokol dalam hati.
Zivana bangkit dan menghampiri Shaka di ranjang. "Minggir, lo! Gue mau tidur."
Shaka dengan pose menyebalkannya tidak beranjak barang seinchi pun. Pria itu justru menepuk ruang kosong di sampingnya.
"Please, Shaka, jangan bikin gue darah tinggi. Gue pengen istirahat dengan tenang. Gue capek," ujar Zivana dengan suara yang lembut. Ia sudah malas bicara pakai otot.
"Gue juga capek, makanya udah tidur sini." Kembali Shaka menepuk sisi ranjang yang kosong.
Zivana berdecak kesal. Tidak mau lama-lama berdebat ia pun merebahkan dirinya di samping Shaka dengan mengambil bagian yang lebih besar. Bahkan dengan sengaja mendorong tubuh Shaka hingga bergeser.
Shaka yang tak siap hampir terjatuh. "Eh ... apa-apan ini?" protes Shaka.
Zivana memiringkan tubuhnya menghadap Shaka, dengan jemawa ia berkata, "Ini rumah gue, ini juga kamar gue. Jadi yang berhak tidur di sini itu ya gue. Bukan, lo!"
Di akhir kalimat Zivana dengan penuh tenaga menendang Shaka hingga terjatuh dari ranjang. Rasanya sudah cukup tadi ia menekan ego, sekarang soal ranjang ia harus powerfull. Tidak mau mengalah lagi.
"Lo tau kan sekarang tempat lo di mana?" tanya Zivana sarkas. Sekaligus menegaskan bahwa di rumah ini ia yang berkuasa.
Sama seperti tadi Shaka menertawakannya kini Zivana pun tertawa melihat Shaka mengaduh di lantai. Meski begitu Zivana tidak peduli. Ia segera mendekap guling dan tidur membelakangi Shaka.
Shaka yang tidak terima dengan perlakuan istrinya segera bangkit. Dilihatnya Zivana meringkuk memeluk guling. Senyum miring tersungging di bibirnya. Ia tak pernah kehabisan ide gila untuk membuat Zivana semakin marah.
Walaupun sudah ditendang dari ranjang, Shaka tidak mau tidur di lantai. Ia tidak sudi. Sengaja Shaka naik ke atas ranjang dan langsung memeluk Zivana dari belakang.
Sekonyong-konyong Zivana terbangun dan duduk. "Shaka!" pekiknya.
"Kita kan suami istri, boleh dong tidur bareng. Masak lo tega nyuruh gue tidur di lantai. Gue nggak biasa," jawab Shaka tidak tahu malu.
"Lo, tuh ...." Zivana menunjuk Shaka marah. Ingin rasanya memaki pria berandal satu ini tapi rasanya hanya akan membuatnya lelah.
Dari pada ia benar-benar sakit darah tinggi gara-gara terus berdebat dengan pria berstatus suami ini, lebih baik ia menenangkan diri. Zivana turun dari ranjang, ia mengambil alas tikar untuk tidur.
Tentu saja hal itu membuat Shaka di atas angin. Ia kembali mengalahkan Zivana. Membuat gadis itu menyerah dan memilih tidur di lantai.
"Sial banget nasib gue nikah sama cowok kayak lo, gak di sana gak di sini. Tetep aja gue tidur di lantai," gerutu Zivana.
"Gue nggak nyuruh lo tidur di lantai. Justru gue ngajak lo tidur di sini bareng gue." Shaka menepuk kasur lagi.
Zivana mencebik. Tidak sudi seranjang dengan pria garangan seperti Shaka.
Sama seperti malam-malam di rumah Shaka, Zivana harus rela tidur di atas lantai. Ia tarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Matanya memejam untuk memanjatkan doa.
Hal gila yang kembali membuat Zivana memekik keras adalah ketika ia selesai berdoa dan kemudian membuka mata. Sosok Shaka berada tepat di atas tubuhnya.
"Shaka ...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Aish
hei.... sudah malam lho ini.... jangan berisik
2023-11-10
2
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣..itu gak kedengeran sama bapak mu zeee??
2023-11-07
1
Purwanti Kurniawan
lucu shaka sebenernya pengen cuma gengsi ziva juga tu jangan gede gen di shaka
2023-09-26
1