Neyla yang sudah tidak sabar untuk memeluk Viro, mengatur napasnya agar tidak was-was karena takutnya sang anak tidak mau menerima kehadirannya.
Viro yang begitu fokus dengan layar televisi, sampai tidak mengetahui dan merasakan kehadiran ibunya. Neyla yang tidak bisa menahan rasa rindunya, pun akhirnya bertekad untuk memanggil putranya.
"Viro," panggilnya dengan lirih.
Saat itu juga, Viro langsung menoleh, dan bangkit dari posisi duduknya karena sangat terkejut ketika melihat sosok ibunya ada dihadapannya.
"Mama, benarkah Mama?"
Neyla yang sudah tidak kuat menahan rasa rindunya yang sudah begitu lama tidak pernah bertemu dengan sang anak, Neyla memeluk erat dan tangisnya pun pecah.
"Viro, Mama sangat merindukan kamu, Nak. Maafkan kesalahan Mama yang sudah membuatmu kecewa. Mama menyesal telah berbohong padamu. Maafkan Mama, Nak."
Neyla menangis sesenggukan, menyesali atas perbuatannya yang sudah membohongi anaknya. Viro yang ingin marah, tak kuasa saat melihat ibunya menangis, sungguh tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Ayahnya, ibunya, atau dirinya sendiri yang justru penyebab awal kesalahan.
Viro yang mengetahui ibunya menangis, dirinya pun ikut menangis. Keluarga harus terpecah belah karena himpitan ekonomi.
"Maafin Viro ya Ma, gara-gara Viro sakit, Mama sampai mengorbankan diri Mama," jawab Viro yang juga ikutan menangis.
"Neyla!"
Suara yang begitu lantang tengah terdengar jelas bak sambaran petir yang menggelegar. Detak jantungnya seolah terhenti disaat itu juga. Dekapan saat memeluk putranya serasa tidak bisa lagi untuk digerakkan.
Dengan kuat, Naren ayah Viro langsung menarik kerah baju mantan istrinya dari belakang dan didorong kuat hingga terjungkal dan tersungkur di depan rumah.
"Mama...!" Teriak Viro memanggil ibunya.
"Viro...!" Teriak Neyla yang juga memanggil putranya dengan menangis histeris.
Dengan sekuat tenaga, Naren menahan Viro agar tidak dapat memberontak.
"Pergi! sekarang juga. Jangan menampakkan wajahmu di depanku, apa lagi di depan Viro. Cepat! pergi. Jangan sampai aku menyeret mu sampai ke pinggir jalan.
"Mas! aku ibunya, aku yang melahirkannya. Aku juga ikut membesarkannya. Viro juga anakku, Mas." Sahut Neyla dengan tangisnya.
Zavan yang melihat perseteruan antara Neyla dengan mantan suaminya, maju mendekat dan membantunya untuk berdiri.
"Neyla. Kamu! berani-beraninya datang ke rumah. Sudah ku katakan sama kamu, jangan pernah menampakkan wajahmu. Sekarang juga pergi dari rumah ini, cepat." Bentak ibunya yang baru saja pulang.
"Ma,"
"Pergi!" bentak ibunya mengusir.
"Ma,"
Ibunya sama sekali tidak menanggapinya dan memilih masuk ke rumah, juga Naren memaksa Viro agar mau masuk kedalam rumah.
"Mama...!" Teriak Viro memanggil ibunya sambil menangis.
Kini, hanya ada Neyla dan Zavan di depan rumah.
"Ayo kita pulang. Ngapain menunggu mereka, kamu diusir yang entah berapa kali. Mereka sudah tidak mau menerimamu, dan sudah mengabaikan mu." Ajak Zavan untuk pulang ke rumah.
Neyla yang masih menangis sesenggukan, hanya bisa nurut dengan ajakannya Zavan. Selama dalam perjalanan, Neyla masih juga menangis. Bahkan, luka yang ada di bagian kaki dan tangannya yang lecet, juga memar, sama sekali tidak dirasakannya sama sekali. Badan yang terasa remuk setelah mendapat perlakuan kasar dari mantan suaminya, pun tidak dirasakannya.
Sampai di depan rumah suaminya, Neyla segera turun dari mobil sambil menahan rasa sakit di bagian kakinya karena jatuh akibat ulah dari mantan suaminya. Terasa sakit dan juga nyeri itu sudah pasti, sebisa mungkin untuk menahannya.
Zavan sebagai suaminya, membantunya untuk berjalan. Bukan lagi untuk digendong agar meringankan rasa sakit, justru membiarkan istrinya berjalan hingga sampai di dalam kamar.
Saat sudah berada di dalam kamar, Zavan langsung menutup pintu dan tidak lupa menguncinya.
Neyla yang kesakitan di bagian tangan dan juga di pergelangan kakinya. Susah payah untuk melepaskan jaketnya. Zavan sendiri sama sekali tidak membantunya, hingga jaket pun dapat dilepaskannya sendiri.
Bukannya mengobati, justru Zavan semakin mendekati Neyla dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Kamu mau ngapain? minggir, aku mau mengobati luka di tanganku."
"Tangan kamu terluka, mana coba aku lihat, oh sakit ya? kasihan sekali, sayang."
Devan kali ini menunjukkan seringainya, tatapannya begitu sinis dan seperti musuh yang siap menerkam.
"Kamu lagi bercanda 'kan?"
Zavan tertawa kecil.
"Bercanda katamu. Justru malam ini aku sangat puas melihat mu menderita."
"Maksudnya kamu itu apa? Kamu jangan bercanda."
"Sejak kapan seorang Zavan bercanda denganmu? ha! Justru malam ini aku sangat puas melihatmu tidak berharga lagi di hadapan ibumu, dan anakmu. Apa lagi mantan suami kamu yang sombong itu yang sudah berani menyiksamu."
"Apa!"
Saat itu juga, Zavan tertawa puas dengan suara yang meninggi. Sedangkan Neyla sendiri masih belum bisa mencerna atas ucapan dari suaminya yang begitu sulit untuk dimengerti.
Namun, perlahan ia memahami maksud dan tujuan dari seorang Zavan yang kini telah menjadi suaminya.
"Kak-kamu balas dendam kah?"
Zavan langsung memutarbalikkan badannya dan kini menatap pada Neyla dengan sangat tajam setajam mata elang.
"Ya! aku balas dendam atas penghinaan keluargamu padaku. Bahkan kamu sendiri tidak ada pembelaan sedikitpun untukku, Neyla."
Seketika Neyla menjadi shock, tubuhnya mendadak tidak berdaya ketika mendengar pengakuan dari Zavan yang begitu terang-terangan. Lelaki yang dianggapnya sebagai pelindung saat dirinya terjerembab dalam masalah besar, justru dirinya masuk dalam sangkar emas yang begitu panas penuh dengan tipu muslihat di dalamnya.
Lelaki yang sudah dipercaya atas perasaan cinta dengan tulus, semua hanya tipuan semata.
Baru saja mendapatkan kekerasan fisik dan batin oleh mantan suami maupun ibunya, kini ditambah dengan pengakuan dari suami keduanya yang begitu terang-terangan bahwa mempunyai niat untuk membalaskan dendamnya.
"Aaaaaaaaa!" teriak Neyla meluapkan segala emosinya dengan suara yang cukup nyaring.
Namun, tetap saja tidak ada satupun yang bisa mendengar teriakannya. Sekencang apapun suaranya, hanya akan sia-sia saja hasilnya.
Kemudian, Neyla menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Kedua kakinya tidak lagi menopang berat badannya, dunianya seolah hancur. Dirinya tertunduk sambil mengepalkan kedua tangannya menempel lantai. Emosinya benar-benar memuncak, seolah dirinya alat untuk dijadikan balas dendam oleh cinta pertamanya. Lelaki yang dipercayainya ternyata tidak lain hanya ingin menghancurkan hidupnya.
Zavan yang melihat kondisi Neyla yang hancur perasaannya, ia merasa puas ketika dapat membalaskan dendamnya. Tapi, tidak hanya sampai disitu saja, Zavan terus tetap mencari kepuasan untuk membalaskan dendam atas rasa sakit hatinya dimasa lalu.
Rasa sakit hati atas penghinaan dari keluarganya Neyla, membuat Zavan tidak terima dan menjadikannya balas dendam untuk melampiaskannya.
Kemudian Zavan mendekatinya. Dengan seringainya dan tatapannya yang sinis, Zavan mengangkat dagu miliknya Neyla dan menekan kuat rahangnya hingga membuatnya kesakitan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
kasihan nayla, sudah jatuh tertimpa tangga pula. nayla ingat dia dah selamat dari kandang buaya, rupanya dia malah masuk kandang singa
2023-08-03
0