Neyla begitu panik, juga frustrasi karena Zavan tidak segan-segan memberinya ancaman. Ditambah lagi bahwa dirinya dilarang untuk berhubungan intim dengan suaminya, tentu saja sangat berat untuk memenuhi permintaan dari Zavan.
Namun, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan untuk menolak, justru dirinya mendapat ancaman dari Zavan.
"Baik. Aku akan menerima permintaan darimu. Tapi aku mohon, berikan aku jalan keluar, agar aku tidak beralasan kerja dimalam hari. Ini sangat beresiko buatku. Aku takut jika suamiku akan mencurigai ku," ucap Neyla yang akhirnya mengiyakan.
Zavan tersenyum penuh kemenangan saat dirinya bisa membujuk Neyla, meski harus dengan ancaman. Sejenak Zavan berpikir untuk mencarikan ide agar Neyla tidak dicurigai oleh suaminya. Saat itu juga, idenya pun muncul.
"Aku akan menawarkan kamu kerja di kantorku, bagaimana? apakah kamu mau? hanya dengan cara seperti itu, aku memberi ide agar kamu tidak dicurigai suami kamu, maupun ibu kamu," jawab Zavan memberi ide kepada Neyla.
Neyla sendiri mencoba untuk mencerna ide yang didapat dari Zavan.
"Boleh. Aku rasa itu ide yang tepat. Karena aku tidak lagi menyembunyikan lokasi tempat kerjaku. Terus, kapan aku akan memulai kerja di kantor mu? tapi, aku tidak begitu mahir kerja di kantoran. Meski aku pernah sempat kuliah setelah menikah, aku banyak kekurangan."
"Kamu bisa jadi karyawan ku. Soal kerjaan, nanti kamu bisa diseleksi lagi." Kata Zavan, Neyla cuma bisa mengangguk.
Karena tidak ingin waktunya terbuang sia-sia, Zavan segera menikmati makan malamnya bersama Neyla di restoran. Setelah itu, keduanya kembali ke hotel. Apa lagi kalau bukan untuk memberi timbal balik apa yang sudah didapat oleh keduanya.
Sampainya dikamar hotel, Neyla seperti biasa, yakni memberi pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan. Dengan lembut, dan penuh gairah, Neyla melayani Zavan sebaik mungkin dan berusaha untuk tidak mengecewakan. Bahkan, keduanya sama-sama menikmati malamnya yang panas yang terbawa nafsunya masing-masing. Lebih lagi cinta yang tidak didapat oleh keduanya dimasa lalu, seolah kini dibayar lunas, meski tanpa sepengetahuan keluarganya Neyla.
Setelah melakukan permainan panas layaknya suami-istri dikamar hotel, Neyla segera kembali ke rumah sakit, takut jika putranya membutuhkan perhatiannya.
Sebelum kembali ke rumah sakit, Neyla mengganti pakaiannya agar tidak dicurigai oleh suaminya. Zavan sendiri tidak mempermasalahkannya, jika Neyla mengganti pakaiannya yang biasa-biasa saja.
"Aku pulang. Maaf, aku gak bisa lama-lama disini. Aku mengkhawatirkan keadaan anakku yang sedang dirawat di rumah sakit," ucap Neyla pamitan, Zavan mengangguk.
"Biar supirku yang akan mengantarkan kamu pulang," jawab Zavan.
Neyla mengiyakan, lantaran tidak memungkinkan jika dirinya pulang sendirian. Demi keselamatan, juga menghemat ongkos, Neyla pulang diantar oleh supirnya Zavan.
Sampainya di rumah sakit, Neyla buru-buru segera menuju kamar rawat putranya. Kemudian, ia langsung masuk kedalam.
"Viro. Viro anakku." Panggil Neyla yang langsung mendekati putranya.
Dilihatnya sedang tidur pulas, Neyla dapat bernapas lega.
"Viro baik-baik saja 'kan, Mas?" tanya Neyla kepada suaminya yang tengah terjaga kesadarannya demi menunggu putranya yang sedang dirawat.
Seketika, Naren memegangi bibir Neyla yang terlihat berbeda. Kemudian, tangannya menyentuh bibirnya dan didapati luka.
"Bibir kamu kenapa, Ney?" tanya Naren penasaran.
Neyla langsung gugup ketika mendapat pertanyaan dari suaminya, tentu saja was-was karena takut ketahuan jika dirinya sudah melayani lelaki yang bukan suaminya di kamar hotel.
"Em- ini ya, tadi aku gak sengaja gigit bibir aku sendiri. Soalnya waktu makan gak sengaja gigit bibir, bukan daging yang aku gigit. Aku kepikiran Viro, jadi gak konsentrasi saat makan. Oh ya, Viro udah agak mendingan, 'kan? soal biaya gimana? masih kurang?"
"Oh, kirain kenapa. Ya udah kalau kamu mau istirahat, istirahat saja. Kamu pasti capek habis pulang kerja. Biar aku aja yang jagain Viro. Kamu bisa tidur di sebelahnya Mama," ucap Naren yang tetap berprasangka baik kepada istrinya.
"Gak apa-apa, sudah pagi juga. Mendingan Mas aja yang tidur. Lihat tuh, mata kamu sayup gitu. Kamu pasti jaga Viro semalaman, biar aku yang gantiin jaga Viro."
Naren menggelengkan kepalanya.
"Enggak usah. Lebih baik kamu istirahat saja. Aku mau beli minuman hangat dulu ya, biar kamu gak kedinginan," ucap Naren.
"Iya, Mas. Makasih ya, udah perhatian," jawab Neyla yang tiba-tiba dilema, Naren tersenyum dan mengangguk.
Setelah itu, Neyla duduk bersandar didekat ibunya dengan mengenakan selimut tebal. Sedangkan suaminya tengah keluar untuk membelikan minuman hangat untuk istrinya.
Neyla yang pikirannya bertambah kacau karena teringat dengan ancaman yang diberikan dari Zavan, masih terngiang-ngiang di kepalanya. Antara menolak dan butuh uang, Neyla terpaksa memilih uang, yakni demi kesembuhan anaknya.
"Ini, minuman jahenya. Diminum, biar badan kamu gak kedinginan," ucap Naren, Neyla menerimanya.
"Neyla. Kamu sudah pulang, Nak?"
"Mama. Iya, aku sudah pulang, belum lama juga. Maaf ya, Ma, udah merepotkan. Hari ini biar aku yang jaga Viro, Mama istirahat saja. Atau gak nanti pulangnya bareng Mas Naren."
"Ya, Ma, benar. Mendingan nanti Mama ikut aku pulang ke rumah, biar Mama bisa istirahat. Nanti malam Mama bisa kesini lagi kalau Neyla mau berangkat kerja." Timpal Naren ikut bicara.
"Tapi, Neyla juga butuh istirahat. Sudahlah, Mama istirahatnya di rumah sakit saja, biar gantian sama Neyla," ucap ibunya.
"Enggak, Ma. Kesehatan Mama jauh lebih penting, nanti aku bisa atur waktu kalau Viro tidur, aku ikutan tidur. Sekarang lebih baik Mama sama Mas Naren pulang, biar Viro sama aku," jawab Neyla, sedangkan ibunya tidak bisa menolak, karena kondisi fisiknya juga butuh istirahat.
Ditambah lagi usianya yang sudah rentan dengan sakit, tentunya harus dijaga kesehatannya, juga istirahat yang cukup. Karena sudah waktunya pulang, Naren bersama ibu mertuanya pulang ke rumah. Neyla sendiri menemani putranya yang sedang berbaring di atas ranjang pasien.
Pelan-pelan, Viro tersadar dari tidurnya yang pulas. Ia celingukan mengamati isi dalam ruangan tersebut.
"Ini Mama, sayang. Gimana keadaan kamu, udah agak mendingan, 'kan?"
Viro yang merasa tidak nyaman harus berbaring terus, ia bangkit dari posisinya dan duduk sambil bersandar dengan bantuan ibunya.
"Viro udah agak mendingan kok, Ma. Mama baru pulang kerja, ya. Maafkan Viro ya, Ma. Viro udan nyusahin Mama, Papa, dan Nenek," jawab Viro dengan lesu.
"Kamu ngomong apa, Vir. Mama gak merasa keberatan untuk kesembuhan kamu. Apapun akan Mama lakukan demi kamu, biar kamu sehat seperti dulu. Bisa bermain dengan teman-teman kamu. Kamu harus semangat, ya," ucap Neyla menyemangati, meski dirinya sendiri berada didalam belenggu kesalahan besar.
Sebisa mungkin, Neyla menyembunyikan kebohongannya di depan keluarganya, terutama kepada anaknya yang menderita penyakit lupus, yang harus dijaga pikirannya agar tidak drop.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments