Pernikahan

Waktu telah berlalu, hari-hari Neyla yang tinggal di rumah Zavan, hidupnya di penuhi perhatian dari mantan kekasihnya dulu. Bahkan, meski selalu gagal untuk bertemu dengan putranya, Neyla tidak pernah berhenti untuk berusaha.

Dengan statusnya yang tidak jelas tinggal di rumahnya Zavan, tidak membuat Neyla merasa terpojok, justru dirinya tetap mendapatkan pelayanan yang baik dari asisten rumah.

"Permisi, Nona. Ini ada kiriman dari tukang pos untuk Nona, silakan diterima," ucap salah seorang asisten rumah sambil menyodorkan sebuah amplop besar kepada Neyla.

"Terima kasih banyak ya, Bi," jawab Neyla yang telah menerimanya.

Karena penasaran, Neyla segera membuka amplop tersebut.

"Rupanya akta cerai, dan sekarang aku bukan lagi istrinya Mas Naren. Haruskah aku merasa senang? atau aku harus bersedih. Ya, aku sedih karena aku tidak mendapatkan izin untuk bertemu dengan Viro. Bahkan, rumahnya Mama dijaga ketat oleh satpam. Mungkinkah Mas Naren sudah sukses?" gumamnya bertanya-tanya.

"Apa itu yang kamu pegang?" tanya Zavan yang sudah berdiri di dekatnya.

"Ini, akta cerai sudah aku terima," jawab Neyla sambil menunjukkan akta cerai.

"Nasib kita sama, menikah dengan orang yang tidak kita cintai, dan berakhir dengan perceraian," ucap Zavan.

Neyla hanya terdiam, entah kebetulan, atau memang sudah menjadi suratan takdir, jika dirinya dipertemukan kembali dengan keadaan yang sama.

"Sesuai janjiku padamu, aku akan menikahi kamu, Neyla. Mau 'kan, kamu menikah denganku? sekarang kamu sudah bebas untuk memilih pilihanmu. Aku tahu, kamu sudah diusir oleh orang tuamu, juga dilarang bertemu dengan putramu. Aku pastikan, putramu bakal memihak kamu. Aku akan membantu kamu untuk mengambil alih putramu."

"Memang bisa?" tanya Neyla sedikit pesimis dengan ide yang diberikan dari Zavan.

"Apa salahnya kita mencoba, iya 'kan?"

"Kamu serius mau menikahi aku?" tanya Neyla penasaran.

Zavan mengangguk dan tersenyum padanya. Kemudian, diraihnya tangan miliknya Neyla, lalu dicium punggung tangannya.

"Kamu dan aku saling mencintai, lalu kapan lagi kita akan menikah? haruskah menunggu masalah datang lagi?"

Neyla yang tengah kasmaran karena mimpinya dulu untuk menikah dengan Zavan tidak terlaksana, kini seolah tengah dimabukkan asmara. Lupa dengan masalah, juga lupa dengan kesalahan, Neyla benar-benar terhipnotis oleh perasaannya sendiri.

Saat itu juga, Neyla langsung memeluknya dengan erat. Zavan pun membalasnya. Keduanya saling menatap satu sama lain, Zavan langsung mendaratkan sebuah ciuman ke Neyla, hingga berujung permainan panas di atas ranjang seperti yang sudah sering dilakukan oleh mereka berdua yang saling bercumbu mesra hingga lupa diri.

Setelah melakukan ritual intim bersama Zavan, Neyla segera membersihkan diri. Kemudian, keduanya makan malam bersama. Selesai makan, mereka berdua sibuk dengan ponselnya masing-masing. Neyla yang sibuk menghibur diri dengan saling membalas pesan dengan temannya satu club, Neyla tidak begitu jenuh. Bahkan, Neyla memberi kabar jika dirinya akan segera menikah.

Cukup lama sibuk dengan ponselnya, Neyla tertidur dengan pulas, hingga dirinya terbangun di pagi hari. Badan yang terasa lelah, Neyla tidak menyangka jika di sekelilingnya ada banyak asisten rumah.

Dengan reflek, Neyla langsung bangkit dari posisi tidurnya. Sambil memandangi satu persatu asisten rumah, Neyla benar-benar dibuatnya bingung.

"Kalian mau ngapain?" tanya Neyla yang masih belum mengerti.

"Hari ini Nona akan segera menikah. Tuan Zavan meminta kami para asisten untuk memberi pelayanan yang baik untuk Nona," jawabnya.

"Terus, dimana Tuan kalian?" tanya Neyla yang masih bingung.

Bagaimana gak bingung, bangun bangun dirinya akan menikah, tentu saja membuatnya kaget dan tidak menyangka sama sekali.

"Tuan sudah pergi dari rumah. Kata Tuan Zavan, Nona sudah ditunggu di tempat pernikahan yang sudah disiapkan oleh Tuan Zavan."

"Apa! hari ini juga, aku menikah?"

Neyla benar-benar shock mendengarnya. Meski tahu jika Zavan akan menikahinya, tetapi tidak secepat kilat, pikirnya. Akta cerai saja baru diterima, hari itu juga, rupanya hari pernikahan sudah disiapkan. Sungguh benar-benar membuatnya kalang kabut bagai mimpi.

"Mari, Nona. Hari ini Nona harus tampil cantik, agar Tuan Zavan semakin terpesona melihat Nona," ucapnya.

Neyla hanya bisa pasrah, menolak pun tidak akan mungkin, pikirnya.

Karena takut mendapat marah dari Tuannya, segera melakukan tugasnya masing-masing untuk memberi perawatan yang bagus sesuai permintaan majikannya.

Neyla yang sedang melakukan perawatan, dirinya sampai lupa dengan putranya. Seolah dirinya lupa segalanya, yang dia pikirkan hanyalah kesenangan semata. Menikah dengan Zavan adalah impiannya dulu. Hidup bahagia dan mempunyai rumah tangga yang langgeng. Namun, impiannya dulu tidaklah tersampaikan, justru Neyla harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya dengan lelaki yang bernama Naren, kini telah sah bercerai.

Pernikahan yang tidak dibarengi dengan perasaan cinta, membuat Neyla dengan terpaksa menjalani hubungan pernikahannya dengan Naren.

Kini, impiannya benar-benar terwujud setelah 16 tahun lamanya. Juga, Neyla lupa untuk memberi kabar pernikahannya bersama ibunya, lantaran dirinya sudah diusir dan tidak lagi dianggap sebagai anaknya sendiri.

Menyakitkan, menyedihkan, Neyla tidak bisa berbuat apa-apa. Terasa sakit ketika kata maaf tidak diterima. Jangankan untuk kata maaf, ingin bertemu dengan putranya saja tidak pernah diizinkan, malah dirinya diusir dan dilarang untuk bertemu.

Tetap saja, Neyla tidak pernah menyerah, meski harus gagal dan penuh hinaan sekalipun. Tapi kini, Neyla seperti sibuk dengan perasaannya sendiri, yakni dengan pernikahannya bersama Zavan.

Setelah selesai melakukan perawatan, Neyla mulai di make-up wajahnya secantik mungkin. Selesai merias wajah, Neyla diminta untuk mengganti pakaiannya.

"Sempurna!" ucap salah seorang asisten yang handal dalam merias wajah maupun dalam berpakaian.

Neyla yang tengah memejamkan kedua matanya, dengan pelan dirinya membuka kelopak matanya. Betapa terkejutnya saat melihat penampilannya yang terlihat begitu cantik menurutnya dan juga anggun, membuat Neyla berasa menjadi ratunya Zavan yang sesungguhnya.

"Nona benar-benar sangat cantik. Tuan Zavan pasti akan pangling ketika melihat penampilan Nona yang sekarang ini sangat mempesona." Puji salah seorang asisten rumah.

"Terima kasih," jawab Neyla dengan senyuman yang manis.

Waktu yang menandakan untuk berangkat ke tempat tujuan, Neyla diantar oleh beberapa orang yang sudah diperintahkan oleh Zavan.

Sampainya di tempat tujuan, rupanya sudah banyak saksi yang hadir untuk ikut dalam acara sakral, termasuk Zavan yang sudah menunggu mempelai wanita.

Karena tidak ingin berlama-lama menunggu, acaranya pun segera dimulai. Zavan dengan serius mengucapkan kalimat sakral, hingga keduanya kini telah sah menjadi suami-istri yang sah.

Semua yang hadir di dalam acara pernikahan Neyla dan Zavan yang cukup sederhana, satu persatu memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai pengantin. Kemudian, sepasang pengantin foto bareng untuk menyimpan bukti sebagai kenang-kenangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!