Mendengar suami memanggil, Neyla berhenti di ambang pintu utama. Kemudian, ia menoleh ke belakang. Naren yang sempat mengejar langkah kaki istrinya, kini sudah berdiri di belakangnya.
"Ada apa, Mas?" tanya Neyla sedikit cemas.
"Gak ada apa-apa. Kamu seriusan mau naik ojek? bagaimana kalau aku antar kamu kerja. Kebetulan hari ini aku libur. Soalnya aku udah minta izin tidak masuk ke kantor, dengan alasan Viro sakit," jawab Naren.
"Gak usah, Mas. Aku naik ojek aja. Mendingan Mas Naren siap-siap temani Viro jalan-jalan. Kasian Viro kalau suruh nunggu lama. Ya udah ya, Mas, aku berangkat dulu," ucapnya berpamitan.
Belum juga Naren menjawab, sudah dikejutkan dengan sebuah mobil yang berhenti tepat di depan rumah. Naren yang dapat menebak mobilnya siapa pemiliknya, terasa geram pastinya.
Zavan yang baru turun dari mobil, membuat Neyla gugup, takut pastinya. Gimana tidak takut, jelas-jelas suaminya telah memberi ancaman pada dirinya, tentunya sangat khawatir jika dirinya akan ketahuan jika mempunyai hubungan gelap di belakang suaminya.
Naren yang mempunyai tujuan, ia bersikap biasa-biasa saja di depan istrinya maupun Zavan, dan seolah tidak menunjukkan sikap cemburunya, juga menahan emosinya sebisa mungkin agar tidak membuat kegaduhan.
Begitu juga dengan Neyla maupun Zavan, keduanya tetap bersikap layaknya bos dan karyawan.
"Permisi, Tuan Naren. Maaf sebelumnya, kebetulan melewati depan rumah, dan Neyla juga belum berangkat, bolehkah ikut bersama saya?" tanya Zavan dengan ramah, dan juga sopan.
"Sebenarnya saya tidak mengizinkan Neyla berangkat dengan Anda, takutnya merepotkan dan menjadi salah paham maupun fitnah. Tetapi karena saya ada janji dengan anak saya yang meminta untuk jalan-jalan, saya mengizinkan. Tapi ingat, jika saya melihat Neyla kepergok lagi, jangan salahkan saya untuk menjauhkannya dengan putra saya," jawab Naren yang tak lupa memberi ancaman.
"Tenang saja, kami tidak mempunyai hubungan apapun selain bos dan karyawan. Meski Neyla mantan kekasihku, tetapi dia sudah berkeluarga. Jadi, tenang saja dan tidak perlu khawatir," ucap Zavan meyakinkan, meski kebenarannya bahwa dirinya mempunyai hubungan gelap dengannya.
"Baiklah, saya pegang omongan Anda." Kata Naren dengan tatapan yang begitu serius.
Neyla yang mendengarnya, pun mendadak takut dan was-was jika kebohongannya akan terbongkar. Namun, dirinya bisa apa? Neyla tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran sudah terikat dalam kesepakatan dengan mantan kekasihnya yang bernama Zavan.
Semua yang dilakukannya semata-mata demi kesembuhan putranya, Neyla dengan terpaksa harus melakukan kebohongan, meski bisa berakibat fatal dalam hubungan pernikahannya sendiri.
Setelah mendapatkan izin dari suaminya, Neyla ikut Zavan untuk berangkat ke kantor. Sedangkan Naren sendiri yang tengah memperhatikan istrinya naik mobil bersama Zavan, hatinya terbakar api cemburu.
Dalam perjalanan menuju kantor, Neyla yang tengah duduk bersebelahan dengan Zavan, sedari tadi tidak berucap sepatah kata pun. Dengan berani, Zavan merangkulnya.
"Lepaskan. Aku malu dengan pak supir," ucap Neyla yang berusaha menyingkirkan tangan miliknya Zavan.
"Tenang saja, kamu gak perlu malu dengan supirku. Karena supirku bukan orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain, bahkan telinganya saja tidak digunakan untuk menguping, maupun matanya tidak dijadikan CCTV. Jadi, kamu gak perlu takut," jawab Zavan sambil menatap lekat pada Neyla.
Karena tidak berani melawan, Neyla hanya bisa nurut dan pasrah. Lebih lagi si Zavan sebagai ATM-nya, tentu saja tidak berani melakukan perlawanan sedikitpun. Terjebak dengan hubungan gelap, membuat Neyla tidak bisa berkutik selama kesepakatan masih berlangsung.
Sampainya di kantor, Neyla segera turun dari mobil. Nahas, rupanya Zavan menahan dirinya.
"Ingat dengan kesepakatan kita, kamu adalah milikku sepenuhnya," ucap Zavan mengingatkan.
"Iya. Kalau gitu aku masuk duluan. Soalnya aku gak ingin ada rumor tentang kita, aku ingin semuanya baik-baik saja, antara kamu dan aku," jawab Neyla yang takut terhanyut dengan perasaan.
Meski terkadang ada rasa rindu dan ingin kembali ke masa-masa dulu dengan mantan kekasihnya, Neyla merasa tidak mungkin itu akan terjadi, lantaran dirinya ada anak yang membutuhkan perhatian dari kedua orang tuanya. Lebih lagi si Viro mempunyai penyakit lupus, dan tidak boleh banyak pikiran, tentunya harus menjaga perasaannya, juga pikirannya agar tidak drop.
Sampainya di dalam ruang kerjanya, Neyla segera menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Sedangkan Zavan sendiri yang tengah berada di ruang kerjanya, pun fokus dengan tanggungjawabnya sebagai pimpinan perusahaan.
Alih-alih untuk menghindari kejenuhan saat waktu istirahat sejenak saat bekerja, Zavan memandangi galery yang ada di ponselnya. Dilihatnya foto Neyla dimasa lalunya, membuatnya teringat akan banyaknya kenangan bersamanya. Kenangan yang terpahit dalam hidupnya adalah sebuah penghinaan dari orang tuanya Neyla karena faktor ekonomi. Ditambah lagi Zavan hanya diketahui sebagai anak geng motor, membuat orang tua Neyla lebih memilih Naren yang jelas asal usulnya.
Tidak terasa sudah waktunya untuk istirahat, Zavan menyudahi pekerjaannya. Kemudian, ia memesan makanan untuk diantar ke ruang kerjanya. Lain dengan Neyla, justru tengah menikmati makan siang bersama rekan kerjanya sambil mengobrol dan juga bersenda gurau.
Setelah menikmati makan siang bersama teman-teman satu kantor, Neyla kembali melanjutkan pekerjaannya hingga waktu jam pulang. Namun, karena harus diselesaikan diwaktu itu juga, Neyla harus lembur demi pekerjaannya selesai.
Saat badan terasa pegal-pegal karena seharian penuh berkutat di depan layar komputer, Neyla segera membereskan meja kerjanya. Tidak disangkakannya, ternyata sudah lewat jam pulang. Bahkan, di luaran sudah gelap. Neyla yang menyadari akan waktu, ia langsung menghubungi suaminya dengan panggilan video call.
"Halo, Mas. Maaf. Aku pulangnya terlambat, aku masih di kantor. Lihatlah, teman-teman ku juga belum pada pulang. Kami orang diminta untuk menyelesaikannya sekarang juga. Jadi, aku pulangnya terlambat," ucap Neyla yang takut jika dirinya akan mendapatkan marah dari suaminya.
Di seberang telepon, Naren mengiyakan. Didepan layar ponsel, Naren mempercayai alasan yang diberikan oleh istrinya. Namun, tetap saja ada perasaan curiga padanya.
Neyla yang sudah memberitahukan kepada suaminya, ia segera beres-beres. Saat yang lain sudah pulang, Neyla masih didalam ruang kerjanya untuk bersiap-siap pulang. Saat itu juga, Zavan masuk ke ruang kerjanya. Tentunya, membuat Neyla kaget bukan main.
"Ayo, aku antar kamu pulang. Tapi sebagai bonusnya, seperti biasa, kita mampir ke hotel. Badanmu pasti gerah, dan alangkah menyenangkannya jika kita mandi bareng," ucap Zavan secara terang-terangan.
Neyla menggelengkan kepalanya.
"Jangan sekarang, ini sudah gelap. Aku harus pulang. Kasihan anakku, pasti sedang menungguku pulang. Seharian aku gak kasih kabar, dan juga gak menemaninya jalan-jalan. Aku mohon, malam ini aja. Takutnya kita akan ketahuan." Pinta Neyla memohon.
Zavan segera mendekatinya.
"Sayang, aku sangat menginginkanmu. Kamu tahu, bertahun-tahun aku menahan rasa sakit hatiku karena orang tuamu. Juga, rasa cinta yang selama ini aku jaga. Setega itukah kamu mengabaikan ku? bukankah kita pernah membuat janji untuk hidup semati? aku sudah kembali, dan aku hanya menginginkan mu untuk menjadi milikku sepenuhnya. Aku tidak peduli jika kita harus mempunyai hubungan gelap," ucap Zavan setengah berbisik didekat telinganya Neyla.
Ucapan yang selalu ia rindukan, kini seolah tengah kembali bersama masa lalunya. Dengan lembut, Zavan mencium bibirnya Neyla dan keduanya menikmati sensasi dalam berciuman.
Zavan yang menuntutnya lebih, langsung menggendong tubuh Neyla sampai di mobil. Kemudian, keduanya dalam perjalanan.
"Ke Hotel, Pak." Perintah Zavan kepada supirnya.
Saat sampai di hotel, tanpa pikir panjang, Zavan menggendong kembali hingga sampai di kamar hotel. Tidak peduli jika banyak orang yang memperhatikannya.
Saat sudah masuk ke kamar hotel. Zavan dengan nafsunya yang sudah memuncak, ia langsung menanggalkan pakaiannya, maupun pakaian Neyla, hingga keduanya sama polosnya tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuh mereka. Keduanya sama-sama menikmati permainan panasnya.
Neyla yang memang merindukan momen kebersamaan, dan pernikahan dengan Zavan, kini seolah permainan yang sedang dinikmatinya, nyata layaknya suami-istri.
BRAK!
Sekali tendangan yang dilancarkan oleh Naren, pun terbuka lebar pintu kamar hotel. Terlihat jelas dua insan yang berada didalam kamar tanpa sehelai benang pun, langsung menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Kaget, malu, takut, itu sudah pasti yang dirasakan Neyla ketika tertangkap basah oleh suaminya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments