Mendapat pertolongan

Sudah tidak mempunyai kesempatan lagi untuk memohon kepada ibunya ataupun suami, Neyla sudah berada dipinggir jalan sambil menangis dan menyesali atas perbuatannya selama ini yang ia sembunyikan dari orang tuanya, putranya, maupun suaminya sendiri.

Kekecewaan mereka begitu besar atas perbuatan Neyla, hingga melukai kepercayaannya yang ditunjukkan kepadanya.

Menyesali atas perbuatannya yang tiada kata maaf, Neyla seolah tidak ada tempat untuknya bersandar, dan berkeluh kesah. Semua pengakuan, juga kata maaf tidak berarti lagi.

Dengan penampilan yang terlihat begitu lusuh, rambut yang sudah acak acakan, muka yang sudah sembab akibat menangis, dan seperti orang gelandangan, Neyla menyusuri jalanan dengan pencahayaan dari sorot lampu mobil, memperlihatkannya dengan jelas.

Sejauh dirinya melangkah, tak juga menemukan tempat untuk istirahat, semua dipenuhi orang-orang yang tengah nongkrong dipinggir jalan.

Ingin rasanya untuk menyerah, dan menyudahi hidupnya, Neyla terbayang-bayang putranya yang sedang dalam penanganan Dokter.

Capek sudah kakinya untuk melangkah, Neyla berhenti sejenak untuk melepas lelahnya. Rasa dahaga pun tak ia pedulikan, meski tenggorokannya terasa kering.

"Apa sebaiknya aku ke club, dan minta bantuan sama Mami Vira. Siapa tahu, Mami Vira mau menolongku." Gumamnya yang benar-benar buntu saat menghadapi masalahnya sendiri.

Baru saja berhenti untuk istirahat sejenak, rupanya ada kilat yang memantulkan cahayanya dibarengi dengan suara halilintar yang menggelegar, membuat Neyla panik dan tidak tahu dirinya harus berteduh dimana.

Penderitaan yang tidak pernah dibayangkan, kini tengah dirasakan olehnya. Neyla ketakutan saat gerimis mulai turun. Sedikit demi sedikit, bajunya mulai basah, termasuk rambutnya. Ditambah lagi ada angin kencang, membuat Neyla menggigil kedinginan, lantaran hanya mengenakan baju lengan pendek.

Takut akan turun hujan deras, Neyla segera mempercepat langkah kakinya, dan berharap tidak terjadi turun hujan. Namun siapa sangka, sekali suara petir mengagetkan bersamaan dengan cahaya kilat, hujan deras pun turun. Tentunya, sekujur tubuh Neyla basah kuyup karena tidak menemukan tempat untuknya berteduh.

Neyla yang sudah keinginan dan tubuhnya yang menggigil, ia tersandung dan jatuh di atas trotoar, untungnya kepalanya tidak terbentur.

Dengan tubuhnya sudah kedinginan, Neyla berusaha untuk bangun.

"Ayo ikut aku," ajak seseorang yang sudah berjongkok dan mengulurkan tangannya.

Tidak peduli seberapa derasnya hujan, baginya bisa menolong Neyla.

"Zav-Zavan. Kak-kamu. Enggak, enggak. Lebih baik kamu pergi, aku tidak ingin mendapat masalah yang lebih besar lagi. Aku mohon pergi, jangan pedulikan aku."

Saat itu juga, Zavan langsung memeluk tubuh Neyla yang sudah basah kuyup. Mereka berdua sama-sama kedinginan dibawah guyuran hujan deras.

"Aku tidak akan membiarkan kamu menderita, Neyla. Aku akan bertanggungjawab soal kamu. Karena aku gak ingin kehilangan kamu yang kedua kalinya. Sekarang kamu akan tinggal di rumahku," jawab Zavan sambil memeluknya.

Tidak bisa menjawab, Neyla memilih diam saat Zavan tengah memeluk dirinya.

Zavan yang tidak ingin Neyla jatuh sakit karena hujan deras, dan takut alerginya kambuh karena suhu yang cukup dingin bercampur angin kencang, cepat-cepat untuk membawanya ke mobil.

Saat dalam perjalanan menuju ke rumahnya, Zavan melepaskan bajunya karena basah. Dirinya membantu Neyla untuk mengelap bagian yang basah, terutama bagian wajah dan kepalanya. Dan menghangatkan dengan menggosok kedua tangannya agar memberi sensasi hangat pada bagian pipinya Neyla.

Selama dalam perjalanan, keduanya sama sekali tidak ada yang bicara hingga sampai di depan rumah.

Melihat kondisi Neyla yang cukup memprihatinkan, Zavan tidak mempunyai pilihan lain selain menggendongnya.

"Aku bisa jalan sendiri," ucap Neyla dengan kondisinya yang kedinginan.

Tidak mau banyak drama dan bicara, Zavan langsung menggendong Neyla sampai didalam rumah.

"Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Tolong siapkan sup, atau minuman hangat. Juga, makanan yang dapat mengganjal perut. Setelah itu, kamu antar ke kamarku," jawab Zavan dan memberi perintah kepada asisten rumahnya.

Takut terjadi sesuatu pada Neyla, Zavan segera ke kamar sambil menggendong Neyla yang sudah basah kuyup.

"Kamu bersihkan badanmu, akan aku carikan baju ganti untukmu. Jangan kemana-mana, tetap berada di kamarku," ucap Zavan dan langsung pergi meninggalkan Neyla di kamarnya sendirian.

Belum juga menjawab, Neyla sudah ditinggal pergi oleh pemilik rumah. Dengan kondisi badan yang kedinginan karena guyuran air hujan yang cukup deras, segera ke kamar mandi karena takutnya menimbulkan sakit kalau tidak membersihkan diri.

Zavan sendiri yang tidak tahu harus mencari baju ganti untuk Neyla, dirinya terus berpikir. Ditambah lagi diluar masih hujan deras, tidak mungkin juga untuk pergi ke butik. Pesan saja juga tidak mungkin, lantaran cuaca bertambah ekstrim adanya angin kencang dan suara petir yang terus menggelegar.

"Ah iya, bodohnya aku. Di rumah ini 'kan, banyak asisten rumah untuk perempuan. Kenapa gak aku minta saja. Bukankah setiap beberapa bulannya ada baju baru untuk mereka? semoga saja masih ada stok." Gumamnya dan langsung mencari keberadaan asisten rumah.

Merasa lega karena sudah mendapatkan baju ganti untuk Neyla, kini Zavan yang buru-buru untuk mandi, agar badannya tidak meriang.

Badan terasa agak mendingan dan tidak terus-menerus kedinginan, teringat jika baju ganti untuk Neyla belum juga diantar ke kamarnya.

Terasa sulit untuk bernapas didalam kamar mandi karena udara yang pengap, hampir saja kehabisan napas.

"Ini, baju gantinya. Setelah selesai, segeralah keluar," ucap Zavan sambil menyodorkan pakaian lengkap untuk Neyla.

"Makasih," jawab Neyla dari dalam kamar mandi.

Zavan sendiri menunggunya sambil duduk di sofa dengan menyibukkan benda pipih yang ada di tangannya.

Saat Neyla keluar dari kamar mandi, Neyla merasa gugup dan takut. Ingatannya justru saat dirinya memberi pelayanan di atas ranjang. Memberi gairah dan berhubungan badan di atas ranjang, membuat Neyla kembali teringat saat dirinya ketahuan suaminya dan di usir oleh ibu maupun suaminya.

Namun, kini justru teringat akan nasib putranya yang sedang dalam penanganan Dokter. Entah bagaimana keadaannya, Neyla hanya bisa menahan air matanya agar tidak lolos begitu saja di hadapan Zavan.

Melihat Neyla yang kelihatan tidak percaya diri, dan terlihat gugup, dirinya bangkit dari posisi duduknya, dan mendekati Neyla.

"Ngapain masih berdiri di sini? ini jaket bisa kamu pakai. Kalau mau pakai selimut juga boleh, ambil aja selimutnya. Sudah malam juga, kamu boleh istirahat. Nanti kalau supnya sudah datang, aku panggil kamu," ucap Zavan sambil menyodorkan jaket tebal kepada Neyla.

Malu, itu sudah pasti. Neyla menggelengkan kepalanya karena merasa sudah merepotkan.

Zavan tidak peduli, mau itu masih istrinya orang atau bukan, langsung memeluk tubuh Neyla dengan erat. Hingga Neyla sendiri terasa nyaman ketika berada di pelukannya Zavan yang seperti dulu ia rasakan, dan mendapat perhatian darinya, yakni masa-masa bersamanya dulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!