Masih dengan posisinya, Neyla tertunduk menahan perih di bagian pipinya yang mendapat gampar dari ibunya, juga menahan malu atas perbuatannya yang ia sembunyikan sudah lama.
Naren yang sudah geram atas perbuatan istrinya yang ia sembunyikan di belakangnya, mendekati istrinya yang sudah seperti menjadi terdakwa.
"Katakan padaku, sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan mantan kekasih mu itu, Neyla? jawab!"
Naren pun membentak di pertanyaannya yang terakhir. Neyla gemetaran. Namun, ia juga harus menjawabnya dengan jujur. Tidak peduli jika suaminya murka sekalipun. Dengan berat hati, Neyla akan menjawabnya dengan jujur atas kebohongan yang sudah ia sembunyikan.
"Sejak beberapa waktu lalu, yakni sebelum aku kerja di kantornya," jawab Neyla masih menunduk, lantaran dirinya tak mampu untuk menampakkan wajahnya di hadapan suaminya.
"Bohong!" bentak Naren yang tidak percaya.
Sedangkan ibunya Neyla masih penuh kekecewaan atas perbuatan putrinya. Awalnya memang menyukai kehadiran Zavan, tapi tidak membenarkan perbuatan Neyla yang tidak bermoral.
"Aku gak bohong, aku berkata dengan jujur. Aku belum lama menjalin hubungan dengan Zavan. Itupun karena aku membutuhkan uang, tidak lebih," jwab Neyla dengan gemetaran.
"Aku gak percaya dengan ucapan mu itu. Jangan-jangan kamu sudah lama menjalin hubungan dengannya. Oh! aku tahu sekarang. Kamu pasti sudah lama menjalin hubungan dengan mantan mu itu sejak kamu beralasan kerja dimalam hari. Ayo! jawab."
Dengan emosi yang sudah memuncak, Naren meraih dagunya Neyla dan menekannya sangat kuat. Tatapannya begitu tajam, dan juga penuh dengan kebencian kepada istri.
Neyla yang masih mendapat bentakan oleh suaminya, pun begitu takut saat suaminya menatapnya dengan tajam, sudah seperti mau menerkam mangsa.
"Aku- a-aku terpaksa menjual diri di club miliknya mami Vira, sebelah Hotel Marbiro. Aku- aku melakukannya demi mendapatkan uang banyak. A-aku menjual diri demi kesembuhan Viro, Mas. Ma-afkan aku, maafkan kesalahanku," jawab Neyla dengan jujur, dan pengucapannya terbata-bata karena perasaan takut.
Naren maupun ibunya yang mendengar pengakuan dari Neyla, sungguh diluar akal dan benar-benar tidak menyangka jika Neyla melakukan pekerjaan yang sangat kotor, bahkan Naren merasa jijik dengan istrinya sendiri yang sudah menjajakan tubuhnya kepada banyaknya lelaki.
Napasnya yang terasa sesak saat mendengar pengakuan dari istrinya. sungguh sangat menyakitkan untuk didengarkannya.
PLAK!
Ibunya Neyla kembali menampar putrinya dengan penuh amarah dan kebencian. Neyla benar-benar merasakan sakit, juga perih.
"Pergi! sekarang juga dari rumah ini. Mama tidak sudi mempunyai anak seperti mu. Mama jijik melihat mu, Neyla. Cepat! pergi." Bentak ibunya yang terang-terangan mengusir putrinya sendiri.
Merasa kecewa atas perbuatan putrinya, ibunya Neyla langsung bangkit dengan perasaan sakit hati saat putrinya telah menjual diri kepada banyaknya lelaki di luaran sana.
"Ma, maafkan Neyla, Ma. Mama, Neyla mohon, maafkan Neyla." Panggil Neyla kepada ibunya, ia langsung bangkit untuk mengejar ibunya dan meminta maaf atas kesalahannya.
Saat itu juga, rupanya Viro sudah mendengar pembicaraan antara ibunya dengan ayahnya, maupun neneknya.
Mereka bertiga shock saat melihat Viro sudah berdiri dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kondisi fisiknya yang belum benar-benar stabil, badannya langsung lemas dan seolah tak berdaya.
"Viro! Viro!" teriak mereka bertiga yang langsung menangkap tubuh Viro yang hendak jatuh. Dengan sigap, akhirnya tubuhnya dapat ditahan.
Karena panik dengan kondisi Viro, segera dilarikan ke rumah sakit. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Neyla menangis histeri saat melihat kondisi putranya melemah.
"Viro, bangun, sayang. Viro, jangan membuat Mama panik, Nak. Viro, maafkan Mama."
Neyla tidak henti-hentinya memanggil Viro dengan segala kekhawatiran dan penyesalan atas perbuatannya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan putranya.
"Diam! tutup mulutmu." Bentak Naren yang merasa berisik saat istrinya terus memanggil nama putranya.
Neyla akhirnya terdiam, rasanya seperti tertusuk hingga ke ulu hatinya. Sedangkan ibunya sendiri memilih diam, kekesalannya masih menguasai hati dan pikirannya.
Tidak memakan waktu lama, akhirnya sampai juga di area rumah sakit. Kemudian, Viro segera dilarikan ke UGD karena kondisinya yang sudah memprihatinkan.
Semua dibuatnya panik, lebih lagi Neyla yang merasa bersalah besar atas perbuatannya yang sudah ketahuan suaminya, kini seperti orang kelimpungan saat menunggu hasil penangan dari Dokter.
Naren yang begitu muak melihat wajah istrinya, pun langsung menarik paksa istrinya agar tidak mengganggu penglihatannya yang terasa jijik melihat istrinya.
"Sekarang juga, kamu enyah dari hadapan ku, Neyla. Mulai sekarang kamu bukan istriku lagi. Aku menceraikan mu. Sekalian, pergi dari rumah sakit ini. Aku jijik melihat mu. Viro tidak pantas bertemu denganmu yang tidak lain menjadi seorang pelacur. Pergi! sekarang juga. Satu hal, jangan pernah menampakkan wajah mu di hadapan ku, ataupun Viro. Aku tidak akan pernah mengizinkan mu untuk bertemu dengan Viro. Pergi! aku bilang." Bentak Naren sambil menunjuk ke arah keluar dengan sengaja mengusir istrinya dari rumah sakit.
"Mas, aku mohon, jangan pisahkan aku dengan Viro. Kamu boleh menceraikan ku, tapi jangan kamu halangi aku untuk bertemu dengan Viro, Mas. Aku mohon, jangan halangi aku,' jawab Neyla sambil memohon kepada suaminya sambil berjongkok.
Naren yang sudah muak, ia menepis tangan istrinya. Kemungkinan, Neyla bersujud di depan ibunya, yakni memohon agar mau menolong dirinya.
"Ma, aku mohon, bantu aku agar Mas Naren tidak mengusirku, Ma." Pinta Neyla sambil merengek dan memohon kepada ibunya setelah diabaikan oleh suaminya.
"Percuma memohon sama Mama, karena Mama akan mengusir mu. Sekarang juga, cepat pergi dari rumah sakit ini. Jangan menampakkan wajahmu di depan Mama, apa lagi Viro. Cepat! pergi," jawab ibunya yang juga ikutan membentak Neyla pada kalimat terakhir.
Neyla yang tidak mau menyerah, ia memegangi ujung pakaian yang dikenakan oleh ibunya, Neyla masih terus berusaha umtuk memohon sama ibunya. Berharap jika dirinya masih diberi kesempatan meski harapannya itu tipis.
"Jangan usir aku, Ma. Aku mohon sama Mama, tolong aku." Rengek Neyla sambil menangis.
"Lepaskan tanganmu, Neyla. Cepat kamu pergi dari rumah sakit ini. Jangan sampai Mama akan menyeret mu sampai di jalanan," ucap ibunya yang masih menyimpan kekesalannya.
Naren yang sudah tidak ingin melihat istrinya dan juga terasa muak untuk mendengar rengekan dari Neyla, ia langsung menarik tangannya dan menyeret sampai di pinggir jalan, tepatnya masih di depan rumah sakit.
"Mas, aku mohon maafkan aku. Jangan usir aku, aku mohon." Rengek Neyla memohon meski dengan kondisi yang tengah dipaksa untuk meninggalkan rumah sakit tersebut.
Dengan tenaganya yang begitu kuat, akhirnya Naren berhasil menyeret Neyla sampai di depan rumah sakit. Kemudian, ia meninggalkan Neyla sendirian di pinggir jalan. Naren kembali masuk ke rumah sakit untuk menunggu hasil penanganan dari Dokter soal putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments