Kesehatan Viro yang sudah membaik, Dokter mengizinkannya untuk pulang. Tentunya kabar baik untuk Neyla maupun Naren sendiri, juga ibunya yang selalu menemani cucunya di rumah sakit maupun di rumah sendiri.
Sampainya di rumah, tiba-tiba Naren teringat soal istrinya yang pernah ia pergoki tengah bersama Zavan di taman.
"Aku harus mencari tahu kebenarannya, tapi bagaimana caranya?" gumamnya yang tengah memikirkannya.
Rasa curiga yang tengah bersemayam didalam benak pikirannya, Naren tidak hanya diam dan mempercayai istrinya begitu saja. Dengan prasangka buruknya yang mungkin saja tidak ia ketahui, Naren segera menghubungi orang yang pernah menjadi kaki tangannya dulu, kini tengah dimintai bantuan.
Di sudut halaman rumah, Naren segera menghubungi seseorang tanpa sepengetahuan istrinya, lantaran agar tidak ketahuan. Tujuan apa lagi kalau bukan menyelidiki istrinya sendiri yang dicurigai mempunyai hubungan dengan Zavan, lelaki yang pernah menjadi masa lalu istrinya.
Setelah memberi perintah kepada orang kepercayaannya, Naren kembali masuk ke dalam rumah untuk menemani putranya yang mungkin saja sedang sendirian.
"Viro. Kamu belum tidur, Nak?" tanya sambil berjalan mendekati putranya.
Naren yang melihat putranya tengah sendirian, ikutan duduk di sebelahnya.
"Belum, Pa. Viro belum ngantuk. Papa sendiri darimana?" tanya Viro yang tengah menonton film agar tidak kesepian.
"Papa gak dari mana-mana, Nak. Tadi Papa lagi cari angin, soalnya badan Papa lumayan gerah. Kamu kok belum tidur, memangnya gak istirahat? dah malam ini loh," jawab Naren ikut nonton acara televisi.
"Viro lagi nonton film jejak petualang, Pa. Oh iya, katanya Papa mau ajak Viro jalan-jalan, kapan, Pa?"
Naren yang mendengarnya, pun tersenyum.
"Besok, gimana? tapi, gimana dengan kondisi fisikmu, Nak? Papa takutnya nanti kamu drop. Kalau kamu masih terasa lemas, ditunda dulu juga gak apa-apa," jawab Naren yang khawatir akan kondisi fisiknya.
"Viro udah mendingan kok, Pa. Lagian Viro bosan di rumah terus. Bentar lagi 'kan, Viro mau masuk sekolah, udah mau ujian. Jadi, Viro pingin jalan-jalan bareng Mama, Papa, Nenek, sebelum berangkat ke sekolah," ucapnya.
"Ya udah, nanti Papa sampaikan sama Mama. Sekarang lebih baik kamu istirahat, ini sudah malam. Gak baik buat bergadang, apalagi kamu sering bolak balik ke rumah sakit, Papa tidak ingin kamu kenapa-napa. Sudah sana masuk ke kamar, terus istirahat," jawab sang ayah, Viro mengangguk tanda mengiyakan.
Tidak ingin kesehatannya menurun, dan kembali drop, Viro segera masuk ke kamar dan istirahat. Begitu juga dengan sang ayah, pun masuk ke kamarnya.
Saat baru membuka pintu, terdengar suara istrinya tengah berbicara lewat sambungan telepon.
"Ekhem."
Dengan sengaja, Naren mengagetkan istrinya. Neyla yang hampir saja sport jantung, langsung menutup panggilan telepon.
"Kenapa dimatiin?" tanya Naren sambil mendekati istrinya.
Neyla terlihat gugup, dan tidak seperti biasanya. Namun, sebisa mungkin untuk menutupinya.
"Em- ini, tadi ada telepon dari teman satu kerjaan. Katanya besok harus datang lebih awal, ada acara di kantor. Oh iya, Viro udah tidur, Mas?"
"Oh. Kirain bos kamu. Viro udah ada di kamarnya, tadi aku menyuruhnya untuk segera tidur. Ah iya, hampir aja aku lupa. Tadi Viro tanya, jadi gak jalan-jalannya?"
"Maaf banget ya, Mas. Sepertinya kalau untuk hari besok, aku gak bisa deh. Soalnya di kantor ada acara, dan gak bisa di cancel. Apalagi aku karyawan baru enaknya ngomong. Jadi, gimana ya, gak bisa keknya, Mas. Kalau Viro memaksa, Mas Naren bisa ajak Viro jalan-jalan, nanti Mama yang akan menemani."
"Oh, gitu. Ya udah, lebih baik sekarang istirahat, udah hampir larut malam. Takutnya besok kamu kesiangan, dan terlambat ke kantor. Nanti malah kamu dipecat, sayang kalau sampai kamu kehilangan pekerjaan," ucap Naren berusaha untuk tidak terpancing emosinya, meski sebenarnya sulit untuk mempercayai ucapan istrinya sendiri, lantaran sudah dua kali istrinya bermasalah dengan Zavan mantan kekasihnya dulu.
Neyla yang tidak ingin suaminya mencurigai, ia langsung segera tidur, yakni agar aman, pikirnya. Namun, siapa sangka, jika suaminya mulai menyimpan benih-benih kecurigaan pada dirinya.
Rasa kantuk yang sudah menguasai, Neyla maupun Naren, keduanya sama-sama tertidur dengan pulas hingga pagi hari menyambutnya dengan mentari hangat dengan pencahayaan yang cukup silau.
Neyla yang sudah bangun dari tidurnya, dan juga bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, ia seperti dikejar-kejar waktu. Bahkan, sampai lupa untuk mengisi perutnya.
Sebelum berangkat ke kantor, Neyla berpamitan terlebih dulu kepada Viro anaknya.
"Viro. Maafkan Mama ya, Nak. Hari ini Mama gak bisa menemani Viro liburan jalan-jalan. Mama ada pekerjaan yang gak bisa ditinggalkan. Jadi, liburan bareng Mama, lain waktu aja ya, sayang. Nanti biar Papa sama Nenek yang akan menemani Viro jalan-jalan. Nanti kalau Mama ada waktu luang, Mama bakal tepati janji untuk jalan-jalan bareng Viro. Gak apa-apa 'kan, sayang? ini semua demi kesembuhan Viro, Mama harus menggunakan waktu sebaik mungkin, biar bisa dapetin uang banyak, dan bisa membawa Viro ke luar negri untuk berobat," ucap Neyla sembari menyemangati putranya.
Viro yang mendengar ucapan dari ibunya, cukup kecewa ketika ibunya tidak mau ikut jalan-jalan bersamanya, pikirnya.
Namun, setelan dipikirkan lagi, Viro menyadari akan kerja kerasnya seorang ibu yang rela lelah demi kesembuhannya.
"Iya, Ma, gak apa-apa. Lagi pula masih ada waktu lain lagi. Mama hati-hati ya, kerjanya. Nanti kalau Viro udan besar dan diizinkan untuk bekerja, Viro gak bakalan membuat Mama dan Papa kecapean." Kata Viro.
Neyla tersenyum mendengarnya, dan terharu dengan ucapan putranya yang begitu mulia mempunyai tekad untuk tidak membuat orang tuanya kecapean.
"Ya udah ya, Sayang. Mama mau pamit berangkat kerja. Viro jaga diri baik-baik selama Mama kerja," ucap Neyla berpamitan.
"Iya, Ma," jawab Viro dengan anggukan.
Setelah itu, Neyla pamit dengan ibunya maupun suaminya.
"Kamu gak sarapan dulu?" tanya Naren saat melihat istrinya yang terlihat buru-buru untuk berangkat kerja.
"Waktuku udah mepet, Mas. Nanti sarapannya di kantor aja, takut telat soalnya," jawab Neyla terlihat buru-buru.
"Ya udah, aku akan antar kamu sampai kantor."
"Gak usah, Mas. Aku udah pesan ojek online. Jadi, Mas Naren temani Viro aja. 'Kan, katanya Mas, mau jalan-jalan. Ya udah ya, Mas, Ma, aku berangkat dulu, bye," jawab Neyla yang tengah buru-buru karena takut terlambat.
Naren yang menyimpan rasa penasaran dengan istrinya, pun ingin melihat dengan siapa istrinya berangkat ke kantor, pikirnya.
"Tunggu dulu, Ney. Aku temani kamu nunggu ojek." Panggil Naren sambil mengejar langkah kaki istrinya.
Neyla yang tidak bisa menolak, pun mengiyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments