Mengusir

Dengan kondisi Viro yang sudah membaik sejak beberapa hari dirinya dirawat di rumah sakit, akhirnya Dokter mengizinkannya untuk pulang. Tentu saja menjadi kabar baik untuk kedua orang tuanya Viro, maupun Omanya.

Setelah mengurus tagihan biaya pengobatan selama di rumah sakit, Viro bersama kedua orang tuanya dan Omanya pulang ke rumah. Sampainya di rumah, Viro tetap diharuskan mendapat pengawasan yang lebih ketat, takutnya sesuatu yang tidak diinginkan terjadi lagi.

Neyla yang baru saja pulang, ia merebahkan badannya di atas tempat tidur. Capek, itu sudah pasti. Bagaimana tidak capek, ia harus membagi waktunya dan juga bersembunyi dari kebohongannya. Yang pasti capek fisik dan juga pikirannya.

Baru saja memejamkan kedua matanya, ponselnya pun berdering. Naren yang posisinya tengah berdiri di dekat tas milik istrinya yang tergeletak di atas meja, ia meraih dan mengambilnya. Karena penasaran, Naren melihat siapa yang menelpon.

Alangkah terkejutnya saat mendapati ponsel baru yang terlihat mahal itu ada di dalam tas istrinya. Kemudian, Naren mengambil ponsel yang sedang dihubungi oleh seseorang.

"Bos." Gumamnya saat mendapati nama dalam kontak ponsel baru milik istrinya.

Neyla yang dikagetkan suara dering ponsel yang sedari tadi terus berdering, langsung menyambar ponselnya yang ada di tangan suaminya. Dengan reflek, Neyla membuang napasnya dengan kasar, takut ketahuan itu sudah pasti.

Cepat cepat, Neyla melihat nama kontak yang ada didalam ponselnya. Saat itu juga, Neyla menerima panggilannya telepon. Sang suami yang bercampur aduk prasangka yang timbul dalam benak pikirannya, menyimpan rasa penasaran pada istrinya.

"Iya, Bos. Nanti malam saya akan datang tepat waktu," jawab Neyla yang mendapat perintah dari seseorang yang ia akui sebagai bosnya.

Merasa cukup lega karena suami tidak menerima panggilan, pun kekhawatirannya terselamatkan. Tetap saja, Naren yang penasaran, ia langsung merogoh ponsel baru yang ada didalam tas milik istrinya.

"Ini ponsel siapa, Ney? ini bukan ponsel kaleng kaleng loh. Dapat dari mana ponsel ini, ha?"

'Mampus, aku. Aih! bodoh sekali akunya. Kenapa juga sampai kelupaan segala. Aku harus jawab apa? masa' iya, aku jawab kalau ponsel itu dapat dari Zavan. Enggak, enggak, Naren jangan sampai tahu kalau aku ada hubungannya dengan Zavan, bisa marah besar nantinya.' Batin Neyla yang khawatir jika kebohongannya akan terbongkar.

"Ney, kenapa kamu diam?" tanya Naren kembali menyelidik. Neyla sendiri masih diam, justru malah melamun.

"Ney! Neyla!" Bentak Naren yang sudah dibuatnya geram ketika dirinya memanggil tetapi tidak mendapatkan respon.

"Em- itu, em- aku dapat ponsel dari Bos aku. Soalnya nanti malam aku terakhir bekerja. Terus, si Bos beliin aku ponsel untuk tanda terima kasih, serius aku gak bohong. Aku dialihkan ke Bos baruku agar aku bisa kerja di kantoran," jawab Neyla berusaha untuk menutupi kegugupannya karena bercampur dengan perasaan takut.

"Awas saja kalau sampai kamu bohongi aku, ingat itu," ucap Naren dan langsung masuk ke kamar mandi karena terasa gerah.

Neyla yang mendapat ancaman, pun tubuhnya langsung gemetaran. Takut akan ketahuan, Neyla berusaha untuk menenangkan pikirannya, dan bersikap tenang dihadapan suaminya maupun yang lain agar tidak di curigai.

Karena sudah hampir sore, Neyla segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Ibunya menemani Viro agar tidak sendirian, juga dapat diawasi setiap tingkahnya. Selesai masak, Neyla sudah siapkan makan malam di ruang tengah. Kemudian, mereka semua menikmati makan malamnya bersama, termasuk dengan Viro.

Jam tujuh malam, tidak terasa waktu yang tidak ditunggu-tunggu, akhirnya sudah ada di depan matanya.

"Viro, kamu istirahat ya, jangan banyak bergadang. Malam ini Mama harus berangkat kerja, jaga diri kamu baik-baik. Nanti Papa sama Oma yang akan menemani kamu. Jadi, kamu istirahat yang cukup. Tidak usah memikirkan hal lainnya, fokus dengan kesehatan kamu, agar bisa mengikuti pelajaran di sekolah," ucap Neyla berpamitan sebelum pergi meninggalkan putranya.

"Ya, Ma. Viro segera istirahat. Mama hati-hati kerjanya. Andai Viro sudah bisa kerja, Viro tidak akan membuat Mama kecapean," jawab Viro.

"Ya udah ya, Nak, jaga kesehatan kamu. Ingat, jangan bergadang. Mama pamit, kamu harus banyak istirahat," ucap Neyla dan segera berpamitan dengan sang suaminya.

Setelah pamit dengan suaminya maupun dengan ibunya, Naren dengan terpaksa mengizinkan istrinya kerja di malam hari.

Neyla yang sudah siap-siap untuk berangkat sebagaimana pekerjaannya dimalam hari untuk melayani lelaki di luaran sana, Neyla dengan terpaksa harus membohongi keluarganya terus-menerus.

Sampainya di depan kamar hotel, Neyla dengan penampilannya yang sudah berubah menjadi seksi, dan juga menggoda, pun masuk ke kamar hotel. Detak jantungnya serasa mau copot, seolah dirinya seperti kembali dimasa lalunya.

Zavan yang sudah siap menyambut Neyla, pun mendekatinya yang masih berdiri di dekat pintu.

"Puaskan aku malam ini, sayang," ucap Zavan berbisik didekat daun telinganya Neyla dengan sedikit nakal, dan dengan cara mengigit telinga Neyla yang sengaja membangkitkan gairah Neyla agar mudah terpancing.

Merinding, detak jantung yang tidak karuan, desir desir yang membuat detak jantung berdegup gak karuan rasanya, serasa melayang diujung kenikmatan.

Dengan lembut, Zavan memulainya dari bibir ranumnya, dan kedua tangannya mulai aktif serta menjalar kemana-mana ia memulai pemanasan. Neyla yang sudah terbawa suasana yang tidak bisa untuk ditahan, keduanya menikmatinya dengan penuh gairah hingga pada titik puncak pelepasan, sampai tidak sadarkan diri jika keduanya tertidur pulas didalam balutan selimut tebal yang menutupi tubuh polos milik keduanya.

Ketika bangun sudah hampir pagi, Neyla segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pulang ke rumah.

"Aku pulang duluan," ucap Neyla, Zavan menyeringai menatap wajah perempuan yang sudah melayaninya layaknya suami-istri.

"Biar supirku yang akan mengantarkan kamu pulang. Aku tunggu kedatangan kamu di kantor ku, alamatnya sudah aku kirim ke nomormu. Oh iya, hampir saja aku lupa. Ini, aku ada alat perekam untukmu saat bersama suami kamu didalam kamar. Simpan baik-baik benda ini, dan jangan lupa juga untuk kau bawa ke kantor. Tentu saja, aku akan mengawasi kamu."

"Iya," ucap Neyla, dan bergegas keluar dari kamar hotel.

Sampainya di rumah, Neyla segera menemui putranya seperti biasa ketika dirinya pulang dari kerja. Sedangkan Naren tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja.

Setelah Naren berpamitan berangkat kerja, kini giliran Neyla menemani putranya. Namun, ia teringat jika dirinya harus datang ke kantornya Zavan.

"Ma, aku kan, ada kerjaan baru. Hari ini aku akan mulai kerja di kantoran, tapi gak tahu sebagai apa. Setidaknya aku tidak kerja malam-malam terus. Mungkin kalau ada lemburan saja jika kerja di kantor. Jadi, malamnya aku bisa di rumah," ucap Neyla meminta izin untuk pamit berangkat.

"Syukur lah, jika kamu mendapat kerjaan baru. Mama ikut senang mendengarnya. Mama hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kamu." Kata sang ibu, Neyla pun merasa lega.

Setelah pamit dengan ibunya, Neyla pamit dengan putranya untuk berangkat kerja.

Ketika sudah sampai di kantornya Zavan, Neyla dapat bernapas lega. Setidaknya bisa menghindari jam malam yang selalu dibuat alasan.

Zavan menyambutnya dengan hangat, dan memberi pekerjaan untuk Neyla. Tetap saja, meski berada di kantor, Neyla harus melayani Zavan seperti yang ia lakukan dimalam hari. Neyla yang sudah terbiasa dan kecanduan, tidak keberatan untuk melayaninya.

Tidak terasa, waktu pun sudah sore, Neyla pulangnya diantar oleh Zavan. Bahkan dengan yakin, Zavan menunjukkan dirinya di depan orang tuanya Neyla.

Alangkah terkejutnya saat membukakan pintu, rupanya sosok Zavan masih diingat oleh ibunya Neyla.

"Zavan."

"Iya, saya Zavan. Saya mantan kekasihnya Neyla dulu, dan sekarang telah menjadi Bos barunya Neyla. Apa kabarnya Nyonya? bagaimana kabarnya Nyonya saat ini? baik, 'kan?"

Sedangkan Naren yang mendengarnya, pun tidak kalah terkejutnya saat melihat Zavan datang ke rumah bersama istrinya.

"Ada apa ini?" tanya Naren yang pura-pura tidak mengenalinya.

"Dia Bos baruku, Mas," jawab Neyla sambil pindah posisi didekat suaminya. Naren tidak menanggapi jawaban istrinya.

"Maaf, lebih baik anda pulang. Saya tidak ingin ada keributan dan salah paham, anak saya lagi sakit. Jadi, lebih baik anda pulang," ucap Naren yang takutnya terjadi perdebatan, dan tidak ingin putranya mengetahuinya.

Demi kesehatan anaknya agar tidak terganggu, Naren memilih mengusir Zavan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!