Pertengkaran

Melihat perseteruan antara anak dan menantu yang semakin memanas, dan tidak ada yang mengalah, ibunya Neyla mendekati mereka berdua.

"Stop! hentikan perdebatan kalian berdua." Bentak ibunya Neyla yang mencoba untuk menghentikan perdebatan antara anak dan menantunya.

Neyla maupun Naren, keduanya sama-sama diam. Ibunya Neyla kini seolah bagai wangsit yang mencoba untuk melerai mereka berdua, yakni Neyla dengan Naren.

"Seharusnya kamu itu berpikir positif, Naren. Kalau bukan Neyla yang mencari uang, lantas siapa lagi? masih beruntung Neyla dipertemukan dengan mantan pacarnya dulu yang sudah sukses. Kalau gak, mana bisa Neyla punya kerjaan yang gajinya besar," ucap ibunya Neyla yang kini tengah memberi pembelaan kepada putrinya.

"Kamu dengar 'kan, Mas? seharusnya kamu itu gak perlu emosi. Namanya juga kerja, ada jam terlambat pulang, ada juga kendala lainnya. Kalau kamu terus-menerus memarahiku, aku juga jadi males nyari uang. Kamu pikir itu, aku pergi dari rumah cuma main. Aku kerja, Mas. Aku kerja." Timpal Neyla ikut membela diri.

"Kerja katamu, kerja tanpa melihat waktu. Selama bertahun-tahun aku kerja di kantor, gak pernah tuh terlambat pulang. Kalaupun aku pulangnya terlambat, aku menghubungi kamu dulu. Tapi ini, semua diluar akal, kamu pulang sampai malam begini. Bahkan, kamu lupa dengan anakmu sendiri," ucap Naren yang masih emosi.

"Seharusnya kamu itu mikir, Naren. Selama ini yang mencari uang pengobatan untuk Viro itu, Neyla. Siapa lagi kalau bukan istrimu. Tapi, kamu udah benar-benar kelewatan, sampai-sampai kamu berani menampar putriku. Sungguh perbuatan mu sangat keterlaluan."

"Ya! aku sadar, selama ini yang membiayai pengobatan Viro itu Neyla. Tapi, bukan begini caranya merendahkan ku, Ma. Apalagi sampai pulang malam, dan ditelepon saja tidak mau angkat," jawab Naren dengan suara yang cukup keras, juga emosi yang siap meledak, lantaran merasa ada kaitannya dengan mantan kekasih istrinya.

"Maafkan saya yang sudah membuat keributan diantara kalian berdua, maksudnya hubungan kalian. Percayalah, saya dan Neyla hanyalah atasan dan bawahan. Neyla karyawan saya, dan saya sendiri bosnya. Soal pulang terlambat, itu memang saya yang meminta untuk menyelesaikan pekerjaannya. Di kantor saya, peraturan sangat ketat. Tidak diizinkan bekerja kalau pekerjaan masih belum diselesaikan. Karyawan di kantor saya harus mempunyai tanggung jawab yang besar. Maka dari itu, Neyla harus pulang terlambat," ucap Zavan yang tiba-tiba muncul diantara mereka yang tengah berdebat.

Naren yang mendengarnya, serta melihat sosok Zavan yang ada di hadapannya, pun terasa geram. Kedua tangannya mengepal kuat, ingin rasanya melayangkan sebuah tinjuan kepada Zavan, mantan kekasih istrinya. Namun, dirinya bisa apa, Naren tidak mempunyai bukti untuk melakukan pembelaan, serta tidak bisa mengalahkan Zavan.

Neyla yang sudah merasa dongkol, pun segera masuk ke ruang rawat putranya yang sedang tidur pulas. Neyla yang sudah tidak karuan pikirannya, memilih duduk di dekat putranya sambil mengusap pucuk kepalanya, dan mengecup keningnya. Kemudian, ia memegangi tangannya sambil mengusapnya dengan lembut. Neyla begitu sedih dengan nasib yang ia jalani, dan dirinya ikut menanggung beban yang begitu berat.

'Andai saja waktu dapat diputar kembali ke masa lalu, aku akan memilih kabur dari pernikahanku dengan Mas Naren. Tapi, takdir berkata lain, jika aku harus menjalani pernikahanku ini tanpa adanya cinta. Maafkan Mama, Viro. Maafkan Mama, kamu hadir bukan dari cinta kami, tapi hubungan yang dipaksakan.' Batin Neyla yang tidak terasa ia menitikkan air matanya, dan jatuh membasahi punggung tangan miliknya Viro.

Sambil memandangi wajahnya Viro yang kelihatan pucat, pikirannya begitu kacau. Neyla masih terus mengeluarkan air matanya tanpa kedengaran menangis, namun terasa sesak untuknya bernapas.

"Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama yang sudah mengabaikan kamu. Mama tidak tahu harus bagaimana lagi untuk mencari uang demi pengobatan kamu, kalau bukan kerja tanpa mengenal waktu. Mama janji, setelah Mama dapatkan uang banyak, Mama akan membawamu ke luar negri, agar kamu segera sembuh dari saki mu ini, sayang," ucapnya dengan lirih, dan mengusap air matanya.

Sedangkan di luar, masih ada Zavan, Naren, dan ibunya Neyla.

"Nak Zavan, maafkan kami yang sudah merepotkan kamu. Ibu percaya sama kamu, kalau kamu tidak akan mungkin menghancurkan rumah tangga Neyla dengan Naren. Terima kasih sudah mau menerima Neyla bekerja di kantormu," ucap ibunya Neyla sedikit malu, lantaran sudah pernah menghina Zavan yang tidak mempunyai apa-apa.

"Sama-sama. Kebetulan juga, saya lagi membutuhkan karyawan baru. Jadi, ada peluang untuk Neyla bekerja di kantor saya," jawab Zavan.

Naren yang mendengarnya, pun terasa geram dan kesal. Juga bercampur dengan perasaan cemburu.

"Sekarang juga, cepat kau pergi dari hadapanku, sekaligus pergi dari rumah sakit ini," ucap Naren yang langsung mengusirnya.

"Baik. Aku akan pergi dari hadapan mu, termasuk meninggalkan rumah sakit ini. Permisi, Tuan Naren," jawab Zavan dengan anggukan.

Naren sendiri tidak memperdulikannya, ia tetap cuek dan masa bodoh. Ibunya Neyla yang melihat sikap Naren yang begitu acuh dengan Zavan, pun geram dibuatnya.

"Kamu itu ya, gak ada sopan sama sekali. Seharusnya tuh, kamu ucapkan terima kasih, bukan cuek begitu. Kalau bukan Zavan yang memberi pekerjaan kepada Neyla, belum tentu Neyla mendapat kerjaan yang gajinya besar," ucap ibunya Neyla dengan kesal, lantaran Naren yang tidak ada kata berterimakasih dengan Zavan.

Naren yang sudah malas menanggapi ucapan ibu mertuanya, ia memilih masuk kedalam ruang rawat putranya.

"Dasar! jadi suami tidak mau bertanggung jawab dengan biaya pengobatan anaknya sendiri. Nyesel jadinya, kenapa juga dulu aku jodohkan Neyla dengan kamu. Kalau tahu begini, lebih baik aku merestui Zavan menikah dengan Neyla, daripada nikahnya sama kamu." Gumamnya dengan kesal.

Sedangkan didalam ruangan rawat pasien, Neyla masih menunggu putranya sadarkan diri dari tidurnya. Naren yang seperti mendapati istrinya menangis, ia segera mendekatinya.

Kemudian, ia meraih kedua lengan milik istrinya, dan menghadapkannya pada dirinya.

"Lepaskan. Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mas. Susah payah aku mencari pekerjaan demi kesembuhan Viro, tetapi kamu justru menghalangiku. Aku rela kerja malam, juga demi uang untuk pengobatan anak kita. Sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan baru, dan tidak harus keluar malam, masih saja kamu permasalahkan. Aku benar-benar tidak habis pikir padamu, Mas," ucap Neyla penuh kecewa pada suaminya.

"Aku minta maaf. Aku terbawa emosi. Aku cemburu melihatmu bersama mantan pacarmu dulu, dan aku takut kehilangan kamu, Ney. Maafkan aku yang sudah bersikap kasar padamu. Aku janji, aku tidak akan mengulanginya lagi," jawab Naren yang tengah berusaha untuk mengajak baikan dengan istrinya.

Neyla yang sudah kecewa dengan sikap suaminya karena berani menampar dirinya, sungguh keterlaluan pikirnya. Seolah, apa yang sudah ia korbankan tidak berarti apa-apa baginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!