Tok tok tok
"Assalamualaikum ..."
Ryan, mengetuk pintu dan mengucapkan salam setibanya di rumah Zahra.
Gadis itu sedang sakit, dan sudah dua hari tidak keluar dari kamar. Ibunya, Murni, menjaganya agar anaknya tidak nekad pergi-pergi.
Tok tok tok
"Assalamualaikum ... Zahra, kamu di rumah?"
Sekali lagi, Ryan mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Dia terlihat tidak sabar menunggu lebih lama lagi, agar segera dibukakan pintunya.
Ceklek!
"Waallaikumsalam ... R-ryan?"
Wanita paruh baya itu terkejut, melihat siapa yang datang ke rumahnya. Hampir saja ia kembali menutup pintu, tapi cepat pria muda yang datang bertamu mencegahnya.
"Ngapunten, Bu Lek. Ryan, mau bertemu dengan Zahra. Ini penting!"
Dengan rasa cemas dan gugup, Ryan memberi tahu maksud kedatangannya. Dia memang sengaja datang untuk memberi tahu apa yang baru saja didengarnya di rumah, saat ayahnya berbincang-bincang dengan seorang pria seumuran ayahnya yang datang bertamu.
"Ini sangat penting, Bu Lek! Terkait dengan kematian Bunga, dan teror hantu yang menyatakan bahwa itu adalah perwujudan dari Bunga yang tidak tenang."
Mata Murni menyipit, saat mendengar penjelasan yang diberikan oleh Ryan.
Meskipun ragu, tapi melihat kesungguhan pemuda tersebut, Murni akhirnya mempersilahkan Ryan masuk ke dalam rumahnya.
"Masuklah, tapi ingat! Jangan memaksa Zahra. Kondisinya juga sedang tidak baik-baik, jadi jangan ajak untuk berpikir tentang apa yang tidak seharusnya dia pikirkan."
"Ya, Bu Lek."
Setelah pendapat izin untuk masuk ke dalam rumah, Ryan dipersilahkan duduk di ruang tamu terlebih dahulu.
"Duduklah. Aku, panggil Bunga dulu."
Pemuda tersebut mengangguk mengiyakan. Dia menunggu dengan gelisah, karena Zahra tak kunjung keluar dari kamar.
Setelah beberapa saat kemudian, wanita paruh baya itu muncul. Tapi sendirian!
Di mana, Zahra?
"Zahra, tidak bisa dibangunkan! Bagaimana ini, Ryan?" tanya Murni panik.
"Maksud, Bu Lek? Tidak bisa dibangunkan bagaimana?" tanya pemuda itu ikut panik, khawatir dan takut.
"Ayo, lihat dan cobahlah bangunkan dia!"
Cepat Ryan bangkit dari tempat duduknya, mengikuti langkah Murni yang masuk ke dalam kamar anaknya.
"Lihatlah! Dia tadi tidak seperti ini, tapi saat aku mau membangunkan karena ada kamu, badan Zahra jadi kaku dan tidak bangun-bangun juga. Huhuhu ... apa yang terjadi, Zahra?"
"Saya panggil mantri, Bu Lek!"
Tanpa menunggu persetujuan dari Murni, Ryan berlari keluar. Dia ingin memanggil mantri desa supaya memeriksa keadaan Zahra yang tidak sadarkan diri dalam keadaan kaku seperti tadi.
Murni, masih berusaha untuk membangunkan anaknya. Dia terus memanggil dan menepuk-nepuk pipi serta lengan gadis yang seakan-akan kaku seperti "patung" tersebut.
Puk puk puk
"Nduk, opo iki? Kamu kenapa?"
"Hiks, apa yang terjadi pada kamu, Nduk?"
Tangis wanita paruh baya itu kembali pecah, mengingat bagaimana keadaan anaknya yang tidak biasa.
Dalam keadaan seperti ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Meminta bantuan dan pertolongan dari seseorang juga tidak bisa.
"Warsih, ya dia."
Cepat Murni berlari-lari ke rumah adik sepupunya, yang ada di seberang jalan. Selain itu, rumah Warsih terletak agak ke dalam, sebab halaman rumahnya lebih luas.
"Warsih! Warsih! Tolong Iki, Zahra. Huhuhu ..."
Tok tok tok
"Warsih, cepat buka pintunya!"
Dok dok dok
Wanita itu tidak lagi mengetuk pintu rumah Warsih, tapi mengendor-ngedor dengan tidak sabar!
Ceklek!
"Ono opo, Yu? Ngopo-ngopo?"
Warsih bingung dengan kedatangan kakak sepupunya yang terlihat cemas, takut dan gugup. Tidak seperti biasanya, Murni adalah seorang wanita yang kalem dan sabar.
"Za-zahra, dia ... Zahra, dia ..."
Gugup, Murni tidak bisa berbicara lancar untuk menjawab pertanyaan Warsih!
***
Di tempat lain, Radit bersama dengan warga yang bersama dengannya sedang melawan beberapa orang yang tidak dikenal.
Bug dug bug dug
"Argh, sial!"
Tag brukk
Perkelahian ini tidak bisa dielakkan, sebab Radit berusaha menggagalkan kegiatan mereka dengan segala sesuatu untuk acara ritual yang dilakukan orang-orang itu.
Tadi, di saat Radit bertanya dengan baik-baik, orang-orang asing itu justru berteriak tidak senang, dengan melakukan tindakan kasar.
Mau tidak mau, Radit terpaksa memberikan perlawanan.
Brukk
Dug bag bug
"Hai, siapa kalian?" tanya Radit, disela-sela gerakannya yang menangkis atau memukul balik lawannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments