Zahra masih ingin mengetahui lebih banyak tentang kematian Bunga dari sosok wanita yang memberikan peringatan padanya. Namun, sebelum Zahra dapat mengajukan pertanyaan lainnya, sosok wanita itu tiba-tiba menghilang dan digantikan oleh bayangan orang-orang yang berlari mengejar Bunga.
Walaupun Zahra menyadari bahwa dia berada di alam lain, kesadarannya tetap 100% dan dia menyadari bahwa Bunga telah meninggal dunia. Namun, identitas orang-orang yang memperkosa dan membunuh Bunga masih menjadi misteri.
Dalam situasi tersebut, Zahra merasa terganggu dan bertanya-tanya tentang keanehan yang dialaminya. Untuk menjaga dirinya agar tidak terpengaruh oleh keadaan yang mungkin melibatkan jin atau setan, Zahra memutuskan untuk memejamkan mata dan membaca beberapa ayat suci Al-Quran.
Dalam keadaan yang penuh kesadaran, Zahra mengatakan, "Aku tidak akan tergoda atau terpengaruh oleh situasi ini. Aku berlindung kepada Allah SWT dari godaan jin atau setan yang mungkin mencoba memanfaatkan keadaan. Aku kembali pada kenyataan dan menguatkan diriku dengan membaca ayat-ayat suci Al-Quran."
Dengan menggunakan kekuatan imannya dan berpegang pada keyakinannya, Zahra berusaha untuk tetap tenang dan mengatasi situasi yang aneh ini. Dia mengandalkan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai bentuk perlindungan dan panduan spiritual untuk membimbingnya melalui ketidakpastian yang sedang dia hadapi.
"Bismillahirrahmanirrahim..."
Dalam kesadarannya yang kuat, Zahra memfokuskan pikirannya pada kekuatan agama dan keyakinannya, menghindari terjebak dalam situasi yang mungkin bersifat gaib atau tak terduga. Dia berusaha untuk kembali pada realitas dan menjaga dirinya dari pengaruh negatif yang mungkin timbul di sekitarnya.
Dan benar saja, setelah Zahra terbangun dari tidurnya, dia menyadari bahwa dia masih berada di kamarnya sendiri dan bahwa pengalaman sebelumnya mungkin hanyalah mimpi atau penglihatan. Meskipun begitu, dia merasa bahwa pengalaman itu adalah sebuah petunjuk yang penting.
Dengan tekad yang baru, Zahra memutuskan untuk pergi ke rumah Bunga nanti. Dia ingin berbicara dengan ibunya Bunga, Warsih, untuk menanyakan sesuatu serta menawarkan bantuan.
"Aku harus bertanya tentang Bunga, pada bu Lek Warsih. Mungkin ia mengetahui sesuatu."
***
Tok tok tok
"Assalamualaikum... Permisi, Bu Lek. Aku Zahra, ingin berbicara dengan Bu Lek tentang Bunga. Mungkin ada sesuatu yang bisa aku bantu." Zahra mengetuk pintu rumah Warsih, ibunya Bunga.
Clek
Pintu rumah terbuka, meskipun tidak lebar. Hanya sedikit yang terbuka sedangkan kepala Warsih menyembul keluar.
Mata Warsih tampak tidak senang saat melihat keberadaan Zahra. Ada kemarahan, ketidaknyamanan dan kesedihan.
"Tolong pergi! Aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun saat ini. B-iarkan a-ku sendiri dalam keadaan seperti ini."
Ternyata sambutan tidak terduga ini diterimanya, ketika Zahra tiba di rumah Bunga di pagi hari. Dia dihadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan.
Ibunya Bunga, yang masih dalam keadaan berduka karena kematian Bunga, mengusir Zahra. Warsih, tidak siap untuk berbicara dengan orang lain atau menerima bantuan dari luar. Apalagi saat melihat Zahra, ia seakan-akan melihat bahwa Bunga ada disamping gadis tersebut.
"Ngapunten. Maaf jika Zahra mengganggu, Bu Lek. Zahra hanya ingin memberikan dukungan dan pertolongan. Zahra peduli pada Bunga dan ingin membantu Bu Lek Warsih, jika ada yang bisa Zahra lakukan."
Warsih, dengan emosi dan ketegasan berkata tidak senang. "Tidak ada yang bisa kamu lakukan! Aku sedang berduka dan aku tidak butuh campur tangan dari orang lain. Silakan pergi! Semua sudah terlambat. Bunga tidak akan pernah kembali, tapi akan ada pembalasan setelah ini!"
Meskipun Zahra memiliki niat baik dan ingin membantu, ibunya Bunga saat ini tidak siap untuk menerima bantuan dari orang lain. Dia masih memerlukan waktu untuk berduka dan memproses kehilangan anaknya.
Zahra sendiri sempat terhenyak mendengar perkataan Warsih yang sedang emosi dan berkata kasar. Tapi, ia memakluminya. Zahra tahu, ibunya Bunga belum bisa menerima kematian anaknya yang tidak wajar seperti kemarin itu.
Situasi ini menjadi sulit dalam komunikasi antara Zahra dan ibu Bunga, serta tantangan yang dihadapi Zahra. Dia akhirnya pamit, tak ingin memperkeruh suasana, saat mencoba memberikan pertolongan dalam kondisi Warsih yang sensitif seperti ini.
Karena tidak bisa menemukan jalan keluar dengan bertanya pada ibunya Bunga, akhirnya Zahra memutuskan untuk pergi ke balai desa.
"Aku akan meminta bantuan pada Radit. Ya, hanya Radit yang bisa aku mintai tolong."
Dengan membulatkan tekad, Zahra ingin meminjam telepon yang ada di kantor tersebut karena hanya di kantor tersebut dia bisa mendapatkan telepon untuk menghubungi seseorang yang dia butuhkan. Zahra ingin meminta pertolongan pada orang tersebut untuk menangani kasus kematian Bunga, yang ingin dia ketahui dan selidiki secara diam-diam.
Ketika Zahra tiba di balai desa, dia menemui petugas atau staf yang bertanggung jawab di kantor tersebut.
"Permisi, Pak. Apa boleh saya minta tolong? Saya sangat meminjam telepon untuk menghubungi seseorang." Zahra, mengutarakan niatnya pada staf balai desa.
Staf Balai Desa, yang sudah mengenal Zahra, tentu saja menyambutnya dengan baik.
"Maaf, telepon di sini biasanya hanya digunakan untuk keperluan administratif dan kepentingan desa, Zahra. Namun, jika itu berkaitan dengan sesuatu yang serius, silahkan isi dulu keperluannya.
Mendengar jawaban staf balai desa, Zahra tersenyum dan mengangguk. Dia tentu tahu, bagaimana prosedur yang dilakukan oleh seseorang sudah ingin menggunakan telepon di kantor dari desa ini.
"Terima kasih, matur suwun."
Setelah menulis nama dan tujuannya melakukan panggilan telepon, Zahra langsung masuk ke dalam ruangan, di mana telepon tersebut berada. Dia berharap agar seseorang yang dihubungi langsung bisa mengangkat panggilan sehingga tidak menghabiskan waktu lama.
'Apa itu benar? Kenapa Bu Lek Warsih tidak mau?' tanya seseorang di seberang sana.
"Mana aku tahu juga, sebab itu aku menghubungi dirimu. Cepat pulang, dan bantu aku!" sahut Zahra yang masih berbicara melalui telepon.
'Ya, baiklah. Aku akan pulang besok.'
"Janji,ya? Awas jika tidak, aku jahit juga mulutmu yang sudah menyanggupi!"
'Hahaha ... jangan sadis! Nanti justru kecantikan mu bertambah! Hahaha ...'
"Ah, sial! Tidak usah ngerayu! Aku hanya butuh bantuanmu, bukan gombalan brengsek!"
Klik
Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana, Zahra langsung mematikan panggilan telepon. Dia tidak mau terlalu lama, yang penting niat dan tujuannya sudah disampaikan pada Radit. Seseorang yang akan membantunya dalam mengungkap misteri kematian Bunga.
Bukan tanpa sebab, Zahra menghubungi Radit. Teman masa kecilnya itu saat ini adalah anggota kepolisian yang bertugas sebagai intel. Jadi, besar kemungkinan Radit akan membantunya dalam mengungkap misteri kematian Bunga. Dia tidak mau berlama-lama dalam keadaan yang tidak biasa, dengan pengalaman-pengalaman yang tidak pernah ia inginkan saat malam hari ketika tidur.
Semua mimpi yang seperti nyata, saat bertemu dengan Bunga, beberapa orang yang mengejar dan menangkap Bunga, serta sosok wanita yang memberinya peringatan harus segera diungkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
FIE
wow, makin serius nih zahra mencari info kematian bunga
2023-10-28
0
Bundanya Pandu Pharamadina
misteri kematian Bunga
2023-10-06
0
Pajar
Jangan bikin penggemarmu menderita terus thor 😭
2023-07-18
0