Rumor

Pagi hari tiba, dan mereka yang bertugas ronda pada malam sebelumnya akhirnya terkena demam. Kondisi mereka sangat memburuk sehingga mereka tidak bisa melanjutkan tugas ronda mereka pada malam lain seperti biasanya.

Kejadian ini memicu berbagai rumor di antara warga desa, dengan spekulasi bahwa hantu Bunga-lah yang menjadi penyebab mereka jatuh sakit. Situasi ini semakin meningkatkan ketegangan dan rasa takut di desa Mangga.

"Apakah kalian mendengar tentang mereka yang bertugas ronda semalam? Mereka semua terkena demam parah sekarang. Aku yakin itu karena ulah hantu Bunga!"

"Mosok? Seperti apa wujud hantu itu?" tanya yang lain, merasa penasaran.

"Benar-benar mengerikan! Ada banyak darah dan luka di wajah hantu itu, tambah lagi dengan pakaiannya yang kotor adanya darah."

"Bagaimana mungkin hantu Bunga bisa membuat mereka sakit? Sepertinya desa kita tidak akan pernah tenang lagi."

Semua orang sahut menyahut, berbicara tentang hantu yang diyakini sebagai jelmaan Bunga. Sebab menurut mereka, arwah Bunga belum tenang.

"Aku mendengar mereka tidak bisa pergi ke sawah karena sakitnya. Itu pasti akibat kutukan hantu Bunga. Kita harus melakukan sesuatu untuk mengusirnya dari desa ini!"

"Ini tidak masuk akal! Demam bisa disebabkan oleh banyak hal. Mungkin mereka hanya terkena flu atau penyakit lainnya sebab angin malam. Jangan langsung salahkan hantu Bunga!"

Ternyata, ada juga yang sempat berpikir logis meskipun tidak yakin juga.

"Aku tidak ingin berurusan dengan hantunya Bunga! Kita harus melakukan upacara pengusiran roh jahat agar kita semua aman," usul dari warga yang masih percaya dengan ilmu kejawen.

"Marilah kita tidak terburu-buru menyalahkan hantu Bunga. Apa pun penyebab demam mereka, yang terpenting sekarang adalah memberikan dukungan dan perawatan kepada mereka yang sakit. Ayo, kita jenguk!"

Meskipun banyak rumor yang menyebutkan adanya hantu, tapi mereka tetap memiliki rasa kepedulian dan sosial yang tinggi.

"Aku tidak ingin tidur sendirian malam ini. Rumor tentang hantu Bunga ini membuatku merasa seperti kita sedang hidup di tengah-tengah kuburan sana."

Saat mereka berjalan menuju ke rumah pak Sam, perbincangan tentang hantu masih saja ada. Mereka masih percaya dengan adanya hantu, perwujudan dari Bunga yang meninggal secara tidak tenang.

Dan tentunya, berita dan rumor ini tidak berhenti hanya di satu tempat dan orang itu-itu saja. Berita menyebar dengan cepat seperti angin yang berhembus kencang, terdengar di mana-mana orang membicarakan hal ini.

***

Zahra mengetuk pintu rumah Radit.

Tok tok tok

"Assalamualaikum ... Halo, Radit. Apakah kamu di dalam? Aku perlu bicara tentang sesuatu yang penting."

Tok tok tok

Sekali lagi, Bunga mengetuk pintu rumah Radit yang tertutup rapat. Tapi karena tidak ada sahutan dari dalam, Zahra bermaksud untuk kembali pulang.

Clek

"Waallaikumsalam ... Tentu, Zahra. Masuklah. Apa yang terjadi? Kamu terlihat cemas."

Zahra terdiam. Dia tidak langsung ikut memasuki rumah Radit. Hal ini membuat Radit menoleh, sebab Zahra hanya mematung di depan pintu.

"Ada apa? Ayo masuk, Zahra!" ajak Radit.

"Terima kasih. Tapi, sebaiknya di luar saja."

Setelah menolak permintaan untuk masuk ke dalam rumah, Zahra duduk di kursi panjang yang ada di teras depan rumah Radit.

Radit yang paham dengan maksud Zahra, supaya tidak ada fitnah untuk mereka berdua, akhirnya kembali keluar dan duduk di tempat lainnya. Dia mengambil kursi plastik terlebih dahulu dari dalam rumah.

"Jadi, ada apa?" tanya Radit, mengulang pertanyaannya yang tadi.

"Aku mendengar berita aneh tadi pagi. Katanya mereka yang bertugas ronda malam ini terkena demam parah, dan ada rumor bahwa hantu Bunga yang menyebabkannya."

Radit cukup terkejut mendengar jawaban yang diberikan oleh Zahra.

"Rumor itu sudah menyebar, ya? Aku juga mendengarnya, tadi di warung. Tapi, jujur saja, aku tidak percaya itu. Bagaimana bisa hantu Bunga yang sudah meninggal membuat orang sakit?"

Zahra mengangguk setuju. "Aku merasa sama persis seperti itu. Tetapi ibuku pergi ke rumah Bu Lek Warsih, dan aku tidak punya kesempatan untuk bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi."

Radit memegangi dagunya seperti sedang berpikir, kemudian mengungkapkan apa yang ada di dalam benaknya.

"Mungkin ibumu hanya ingin memberikan dukungan kepada ibunya Bunga dalam situasi sulit ini. Kita bisa mencoba mencari tahu sendiri. Apa kata orang-orang di sekitar pos ronda? Mereka pasti tahu lebih banyak."

Zahra mengangguk. "Itu ide yang baik. Aku akan mencoba bertanya kepada mereka. Aku tidak ingin panik hanya karena rumor tanpa bukti yang jelas."

Meskipun Zahra sendiri beberapa kali mengalami kejadian aneh, tapi ia tidak mau larut dalam rumor yang tidak pasti.

"Itu keputusan yang bijak, Zahra. Jangan biarkan rumor dan kepanikan menguasai pikiranmu. Kita harus tetap tenang dan mencari fakta sebelum mengambil kesimpulan."

"Benar, Radit. Terima kasih atas dukunganmu. Kita harus bersatu dan mencari kebenaran bersama-sama. Aku tidak mau jika orang-orang menyalahkan Bunga, sedangkan dia juga sudah tidak ada di dunia ini."

Radit tersenyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya setuju.

"Pasti, Zahra. Kita adalah teman, dan dalam situasi seperti ini, saling mendukung adalah hal terpenting. Ayo, mari kita berbicara dengan warga sekitar dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Mereka berdua ingin menjenguk pak Sam atau temannya, yang kebetulan semalam berada di pos ronda. Dengan demikian, mereka bisa mencari tahu kebenaran rumor yang beredar pagi ini. Mereka saling mendukung dan berencana untuk mencari informasi yang lebih akurat dari warga sekitar.

Dalam menghadapi situasi yang tidak pasti, mereka menyadari pentingnya tetap tenang dan memeriksa fakta sebelum menarik kesimpulan. Apalagi mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, tidak sama seperti penduduk yang lainnya, yang langsung percaya dengan berita yang belum pasti kebenarannya.

***

Di rumah Bunga, Murni, ibunya Zahra, berbicara dengan hati-hati pada adik sepupunya. Dia memberitahu Warsih tentang berita yang tersebar beberapa hari kemudian setelah kematian Bunga, ditambah lagi dengan berita pakai ini tentang petugas ronda yang semalam.

Tapi Warsih tampak tenang, meskipun kilatan matanya tampak marah.

Murni duduk di dekat Warsih dengan ekspresi khawatir. Dia merasa kasihan dengan adik sepupunya itu.

"Warsih, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu. Ada berita yang tersebar di desa setelah kematian Bunga beberapa hari yang lalu..."

Warsih diam, tetapi kilatan marah terlihat di matanya. Hal ini membuat Murni melanjutkan kalimatnya dengan hati-hati.

"Katanya, mereka yang bertugas ronda malam itu terkena demam parah, dan beberapa orang mulai mempercayai bahwa hantunya Bunga yang menyebabkan sakit mereka. Aku hanya ingin memberitahumu tentang berita ini, meskipun aku tidak percaya."

Warsih masih diam dengan memandang Murni tenang, tetapi tetap ada ketegangan dalam tatapannya yang tidak biasa.

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

mungkinkah kematian Bunga ada pihak lain yg memanfaatkan unttuk kepentingan yg negatif
🤔🤔

2023-10-06

1

Theros

Theros

Characternya bikin terikat! 😊

2023-07-19

0

Legato Bluesummers

Legato Bluesummers

Mantap tenan!

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!