Suara Angin Malam

Malam ini, desa Mangga terhimpit dalam kegelapan yang menakutkan. Angin malam berbisik dengan nada sedih, memaparkan kisah misterius tentang kematian Bunga yang menghantui mereka. Dalam cahaya remang-remang bulan, tragedi di pematang sawah yang sunyi menjadi saksi bisu.

Pematang sawah yang biasanya dipenuhi oleh hijaunya tanaman padi kini menjadi saksi bisu dari kejahatan yang telah terjadi. Mayat tak bernyawa tergeletak di atas tanah, tubuhnya telanjang bulat dengan luka-luka yang merobek dagingnya. Tanda-tanda kekejaman menari-nari di sekelilingnya, meninggalkan jejak ketakutan dalam hati setiap orang yang menyaksikannya.

Bunga, gadis jelita dari desa Mangga. Wajahnya yang dulu berseri-seri dengan keceriaan dan harapan telah ternoda, kini terbungkus dalam kesedihan yang tak terbendung. Di sekitarnya, pakaian yang hancur berterbangan seperti harapan yang hancur tak berkeping-keping. Setiap helai kain menjadi saksi bisu akan kesakitan dan kengerian yang telah ia alami.

Warga desa Mangga dengan hati yang berdebar-debar, tak berani keluar rumah. Sorak-sorai kegembiraan saat bulan purnama seakan sirna, digantikan oleh tangisan dan erangan kesedihan angin yang bertiup menerpa dedaunan. Apalagi mereka, yang sempat melihat mayat Bunga dengan mata yang dipenuhi dengan kejutan dan ketakutan yang mendalam. Air mata pun mengalir, mencerminkan rasa kehilangan dan duka cita yang melanda.

'Siapakah yang melakukan perbuatan keji ini? Aku akan menuntut balas!'

Angin seakan-akan seru dengan suara gemetar, mencoba mencari jawaban dalam kegelapan yang menyelimuti seluruh alam desa Mangga.

Dalam keheningan malam, kini semua terdiam. Hanya desiran angin dengan bisikan-bisikan kecurigaan dan spekulasi, sama seperti gumaman warga. Mata-mata yang dipenuhi dengan ketidakpercayaan dan pertanyaan tanpa jawaban.

Apakah Bunga adalah korban dendam tak terungkap? Ataukah ini merupakan akibat dari pertemuan tragis dengan seseorang yang lebih gelap dari bayang-bayang malam ini?

Kini, desa Mangga terikat benang-benang ketidakpastian. Mereka terjebak dalam pusaran misteri yang merayap perlahan, memaksa mereka untuk mencari kebenaran di antara kabut-kabut yang menyelimuti. Pada malam-malam mendatang, langit dan bintang-bintang akan menjadi saksi dari upaya mereka untuk menyingkap rahasia yang menghantui desa mereka.

Namun, satu hal tetap menjadi kenyataan di antara kegelapan dan ketidakpastian, kini desa Mangga telah kehilangan seorang gadis muda yang tak bersalah. Kesuciannya telah direnggut, menghancurkan kedamaian dan menciptakan luka yang mendalam di hati setiap warga desa Mangga. Dan dalam bayangan malam, harapan akan keadilan dan kebenaran pun berkobar, menjadi api yang tak terpadamkan yang akan membimbing mereka menuju kebenaran yang sesungguhnya.

***

Serrr... wusss

Kriettt kriettt kriettt

Dalam kegelapan malam yang sunyi, Zahra justru masih terjaga. Duduk termangu di kamarnya sendiri.

Suara angin di luar berbisik-bisik dengan nada yang menakutkan, memecah kesunyian dan membangkitkan rasa cemas dalam hati Zahra. Suara itu tak bisa diabaikan, seakan-akan suara itu memiliki pesan yang perlu didengarnya.

"Hishhh... apa yang aku dengar ini?"

Tengkuk Zahra merinding, dan ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Seakan-akan ada kehadiran yang tak kasat mata hadir di sekelilingnya. Suara angin semakin kuat, hampir seperti suara yang mendesak, meminta bantuannya.

'Zahra... tolong, aku...'

"Bunga, apakah itu kamu?" bisik Zahra dengan ragu, seolah-olah memanggil Bunga, temannya yang sudah pergi untuk selamanya.

Zahra merasa seolah-olah suara itu adalah panggilan dari dunia lain, memohon untuk membantu menyingkap kebenaran di balik kematian Bunga.

Tubuh Zahra gemetar dalam ketakutan, tetapi dia juga merasa sebuah kekuatan dalam dirinya yang mendorongnya untuk menghadapi rasa takut tersebut. Ia merasakan panggilan itu sebagai tanggung jawabnya untuk mengetahui kebenaran yang nyata pada kejadian yang dihadapi Bunga.

Zahra mengambil langkah berani keluar dari rumahnya, berjalan perlahan menuju tempat kejadian di pematang sawah yang kelam. Angin kian menderu, hampir seperti menyertai langkah Zahra dalam misi penyelidikan yang gelap dan misterius ini.

Ketika dia mencapai lokasi, Zahra merasakan aura kehadiran yang kuat. Dia merinding ketika bayangan-bayangan kegelapan menari-nari di sekitarnya, seakan-akan Bunga sedang berusaha berkomunikasi dengan dirinya.

"Beritahu aku, Bunga. Beritahu apa yang terjadi padamu," pinta Zahra dengan suara lembut, memancarkan keinginan yang tulus untuk membantu temannya yang telah pergi.

Dalam keheningan malam, Zahra merasa seolah-olah Bunga hadir di sana. Dia bisa merasakan kehadiran temannya, meskipun tak terlihat oleh mata manusia biasa. Ada perasaan kesedihan yang terpatri dalam udara, memenuhi hati Zahra dengan emosi yang kuat.

'Tidak! Hiks hiks hiks... jangan...'

"Bunga? Neng dhi, dirimu?"

Zahra pun bertekad untuk menemukan kebenaran yang tersembunyi, menyingkap lapisan misteri yang menyelimuti kematian tragis Bunga. Dalam kegelapan dan ketidakpastian, ia merasa dorongan yang kuat untuk mencari suara Bunga yang tak terdengar, meminta keadilan dan mengungkap pelaku di balik tindakan keji tersebut.

Dalam malam yang sunyi, Zahra mengumpulkan keberanian dan tekad untuk menemukan kebenaran dengan dituntun oleh suara angin itu. Dalam setiap hembusan angin, dia mendengar seruan Bunga yang terdengar lebih dekat dan memohon bantuan.

Zahra siap memulai perjalanan penuh tantangan dan bahaya demi menghormati temannya yang telah pergi, memastikan bahwa keadilan akan ditegakkan dan kebenaran akan terungkap.

Sekelebat bayangan terlihat, dan Zahra yakin bahwa itu adalah Bunga. Tapi akal sehatnya segera memberikan peringatan, jika Bunga sebenarnya sudah tiada.

"Apa yang terjadi, Bunga?" tanya Zahra dengan mata awas.

"Jika kamu membutuhkan bantuan, tolong beritahu aku, Bunga!" Zahra meminta pada kegelapan malam, seakan-akan sedang berbicara dengan temannya yang sebenarnya sudah tiada.

"Aku tahu kamu tidak tenang. Aku ngerti, jika kamu ingin menuntut balas pada pelaku. Tapi, bagaimana caranya? Ibumu tidak mengizinkan otopsi jenazah mu, tidak ada biaya untuk mencari kebenaran melalui medis. Aku pun tak bisa membantu, sebab keadaanku juga seperti ini. K-amu tahu sendiri, kan?"

Angin seperti terdiam mendengarkan perkataan Zahra. Tapi setelah Zahra selesai bicara, angin tiba-tiba tertiup kencang.

Brukkk

"Awww!"

Tubuh Zahra terpental ke belakang, seakan-akan didorong oleh kekuatan angin dari arah depan.

Ekor mata Zahra, melihat sekelibat bayangan lagi, kemudian disusul dengan bayangan orang-orang yang berlari-lari, seakan mengejar sesuatu.

Sayangnya, mata Zahra seakan-akan terpaku di satu tempat. Dia tidak bisa mengalihkan pandangan matanya ke tempat lain di mana orang-orang itu sudah menangkap sosok bayangan yang pertama tadi.

'Ampun! Jangan!'

'Hahaha... cepat, seret dia!'

'Malam ini kamu tidak bisa lari lagi, Bunga!'

Zahra melotot mendengar suara seseorang yang menyebutkan nama "Bunga", tapi ia tidak bisa mengenali suara siapa itu. Sedangkan matanya juga tidak bisa dialihkan dan hanya melihat di sudut lain sehingga tidak jelas apa yang sedang terjadi.

'Zahra! Tolong aku, Zahra!'

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Zahra keren berani keluar malam2

2023-12-29

0

FIE

FIE

duh zahra, dududu ngapain ke TKP

2023-10-28

0

FIE

FIE

dududu..., untung ni malming tho🙈

2023-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!