Sementara itu, Radit mulai menyelidiki misteri ini dengan antusias. Ia percaya bahwa ada penjelasan rasional di balik kejadian demi kejadian yang dialami warga desa dan juga Zahra. Radit adalah seorang yang cerdas dan tidak terlalu percaya dengan cerita mistis. Namun, semakin dalam ia menyelidiki secara sembunyi-sembunyi maupun bersama dengan Zahra, semakin banyak petunjuk aneh dan peristiwa tak terduga yang menuntunnya pada kebenaran yang mengerikan.
Ketika malam tiba, keadaan semakin mencekam di desa Mangga. Suara-suara aneh terdengar dari hutan, area persawahan dan karena itu juga yang membuat warga desa merasa takut untuk keluar rumah.
Pencarian Pak Ali yang semula terfokus pada keberadaan fisiknya yang belum ketemu, berubah menjadi upaya untuk mengungkap misteri apa yang sebenarnya terjadi di malam saat ronda.
"Kalian pasti berlebihan! Mungkin saja ada kecelakaan atau sesuatu yang tak terduga. Pak Ali dan Pak Sam berada di tengah hutan pada malam yang gelap, siapa tahu ada hewan buas yang menyerang mereka."
Salah satu pemuda, yang ikut bergabung mencari keberadaan Pak Ali mulai memikirkan kemungkinan yang lain selain hantu perwujudan Bunga.
"Edi, jangan sok tahu! Aku percaya cerita hantu Bunga, yang ingin balas dendam. Aku mendengar beberapa orang bercerita tentang kemarahan Bunga yang tak terbendung karena telah dianiaya serta diperkosa hingga akhirnya meninggal dengan tragis," sahut bapak-bapak yang seumuran dengan Pak Sam, meyakinkan pemuda yang bernama Edi.
"Tapi kita harus tetap rasional, Pak Danu. Sebelum mempercayai cerita mistis, kita harus mencari bukti dan petunjuk yang nyata. Aku akan mencoba menyelidiki lebih lanjut." Ternyata, Edi tidak memiliki pemikiran seperti penduduk yang lain.
Radit, yang mendengarkan perdebatan mereka menyahut, "aku setuju dengan, Edi. Baiknya kita bersikap tenang dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bisa saja ada penjelasan ilmiah di balik semua ini."
"Tapi anak-anak muda, jangan menyepelekan kekuatan gaib. Desa ini memang dikelilingi oleh energi mistis yang harus kita hormati. Saya rasa kita harus melakukan ritual penghormatan untuk menenangkan, arwah Bunga yang pastinya belum tenang."
Pak Danu, tetap mempertahankan pemikirannya. Mungkin saja dia salah satu dari mereka yang menganut kepercayaan.
"Benar, Pak Danu. Saya juga mendukung ide itu. Kita harus memastikan kita tidak mengganggu makhluk halus di sekitar kita. Siapa tahu, Bunga hanya ingin diberikan penghormatan dan pujian." Gamal, pemuda seumuran Edi, justru mendukung pemikiran Pak Danu.
Percakapan mereka yang beragam, mengarah tentang segala kemungkinan mengenai praduga dan pandangan warga desa Mangga tentang apa yang mungkin telah terjadi pada Pak Ali dan Pak Sam. Ada yang percaya pada teori ilmiah, sementara yang lain cenderung mempercayai cerita mistis.
Dalam situasi misterius seperti ini, perbedaan pendapat sering muncul dan menciptakan ketegangan di antara warga desa karena tidak sepemikiran dengan kepercayaan mereka.
"Aku setuju, kita harus tetap waspada. Mungkin kita bisa melakukan ritual bersama untuk menghormati Bunga dan mendoakan agar Pak Ali segera ditemukan dengan selamat."
Akhirnya, Radit mencoba untuk menengahi perbedaan pendapat di antara orang-orang yang bersama dengannya. Dia tidak mau jika pencarian ini tidak menemukan hasil apa-apa.
Seiring berjalannya waktu, Radit menemukan jejak-jejak yang mengarah pada sebuah tempat tersembunyi di tengah hutan. Di tempat itu, ia menemukan bukti tentang sebuah ritual mistis yang dikaitkan dengan kebenaran hantu Bunga.
"Ini tempat apa? Siapa yang tahu tentang ini?" tanya Radit memperhatikan bagaimana keadaan yang terlihat jelas di depan mata.
Ada banyak sesajian di sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu, dengan asap kemenyan yang berbau khas. Ada juga mangkuk dari tanah liat yang berisi darah. Entah darah apa, Radit sendiri tidak bisa mengetahuinya.
Radit mendekat, ingin mengetahui berapa yang ada di dalam mangkok tersebut. Tapi sebelum tangannya menyentuh, Pak Danu memberikan peringatan. "Jangan sentuh, Radit!" ucapnya dengan tegas.
Radit, menoleh dengan tatapan bingung penuh dengan pertanyaan. Sayangnya, Pak Danu tidak memberikan penjelasan apapun.
Ternyata semakin dalam Radit menyelidiki, semakin ia menyadari bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbahaya dan mengancam seluruh desa Mangga.
"Kang Edi, apa kamu tahu untuk apa ini semua?" tanya Radit pada Edi, yang kebetulan memiliki pemikiran yang lebih rasional.
Tapi sayangnya, Edi menggeleng tanpa mengeluarkan suaranya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Apakah kamu, mau membantuku?" tanya Radit pada Edi. Sepertinya, Radit sudah memikirkan dan memiliki rencananya sendiri.
Edi, menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara. Entah kenapa dia tidak mau memberikan jawaban dengan suaranya seperti sebelum menemukan keberadaan sesaji di tengah hutan ini.
Dengan bantuan Edi dan warga desa yang masih berani, Radit berencana untuk memutuskan atau menghentikan potensi malapetaka yang diakibatkan oleh kehadiran Bunga, yang ternyata telah dibangkitkan dengan cara yang tidak benar. Dia akan berusaha mengungkap kebenaran di balik misteri ini, menghadapi rintangan-rintangan mengerikan, dan berhadapan dengan kekuatan yang tak terbayangkan karena bukan hanya terwujud manusia biasa.
***
Sementara itu, di rumah Pak Lurah, Rian melihat keberadaan tamu yang sedang berbincang dengan ayahnya. Dia sebenarnya tidak ingin menguping, tapi karena pendengarannya mendengar nama Bunga disebut, akhirnya Rian mencari tempat untuk bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan tamu tersebut.
"Sudah, Pak Lurah. Tidak akan ada bukti apapun yang akan ditemukan oleh orang-orang tentang Pak lurah, serta apa yang terjadi pada Bunga."
Pak Lurah, mengangguk-angguk sambil mengelus-elus kumisnya yang tertata rapi dengan tangan kanannya. Sepertinya dia sedang berpikir keras, mencoba untuk memahami penjelasan dari tamunya itu.
"Tapi, sepupu Bunga, yang tidak pernah mau mendaftarkan diri menjadi TKW mulai melakukan penyelidikan bersama dengan temannya, yaitu Radit. Aku tidak tahu apa pekerjaan anak itu di kota, sebab keluarganya sudah pindah dari desa ini sangat lama."
Rian, mengerutkan keningnya mendengar perkataan ayahnya barusan. Dia bingung dengan sikap ayahnya, yang seperti takut dengan keberadaan Radit yang membantu Zahra dengan semua penyelidikan yang mereka lakukan.
"Aku, tidak mau tahu. Pastikan semuanya baik-baik saja! Namaku harus bersih, dan kejadian yang lalu, tak perlu risau. Warsih, tidak akan berani bicara macam-macam!"
Lagi, Rian mendengar perkataan ayahnya yang seperti sedang marah saat membicarakan tentang Bunga dan ibunya.
"Apa yang sebenarnya terjadi antara ayah, dan ibunya Bunga? Lalu, apa hubungannya dengan Zahra yang tidak mau menjadi TKW?" tanya Ryan pada dirinya sendiri.
Tapi sayangnya, Rian tidak menemukan jawaban apa-apa. Dia tidak pernah tahu jika Zahra pernah menolak tawaran untuk menjadi TKW. Yang Rian ragu, Zahra memang tidak pernah tertarik untuk bekerja di luar negeri.
"Tapi ada apa ini?" tanya Rian lagi dengan sebuah kebingungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments