Kebingungan Dengan Keadaan

Suara sepeda motor berhenti di depan rumah. Zahra gegas keluar, melihat siapa yang baru saja datang.

Zahra merasa lega saat teman masa kecilnya yang lama tak terlihat itu akhirnya datang menemui dia. Mereka pernah bersahabat dan teman tersebut juga memiliki hubungan dekat dengan Bunga.

Dengan kedua tangan Radit yang merentang, Zahra menubruk tubuh pemuda gagah di depannya setelah tukang ojek pergi meninggalkan halaman rumahnya.

"Radit, akhirnya ... Aku senang sekali kamu datang. Terima kasih telah bersedia datang dan membantu menguak misteri kematian Bunga. Hiks ..."

"Halo adik kecilku, Zahra. Tentu saja aku akan membantu sebisa yang aku bisa. Aku juga terkejut dan terpukul mendengar kematian Bunga, jadi aku ingin mencari keadilan untuknya juga."

Mereka duduk bersama untuk berbicara tentang misteri kematian Bunga dan bagaimana mereka dapat membantu mengungkap kebenarannya, setelah mereka melepaskan pelukan hangat, sebab sudah lama tidak berjumpa.

"Itu sangat berarti bagiku. Hiks ... Kita perlu memulai penyelidikan ini dengan hati-hati. Apakah kamu punya rencana, apa pun yang bisa menjadi titik awal untuk kita?" tanya Zahra seakan-akan tidak sabar.

"Apa yang kamu ketahui dan dengar, setelah Bunga meninggal?" tanya Radit ingin tahu.

"Sebenarnya, aku mendengar beberapa rumor di sekitar warga desa. Ada desas-desus bahwa Bunga telah terlibat dengan kelompok yang berhubungan dengan kegiatan ilegal. Aku tidak tahu pasti kebenarannya, tapi ada juga yang berpikiran bahwa Rian adalah otak dari semuanya. Mungkin keduanya salah, tapi bisa juga keduanya menjadi petunjuk yang berguna."

Radit, mendengarkan penjelasan yang diberikan Zahra dengan seksama. Dia memang tidak tahu apa-apa, sebab sebelumnya berada jauh dari desa ini.

"Aku belum pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya. Maksudnya di saat Bunga masih ada. Sepertinya kita harus mencari tahu lebih banyak tentang kelompok tersebut dan apakah ada keterkaitan dengan kematian Bunga dengan Rian. Bagaimana menurutmu, apakah kita bisa mengumpulkan informasi tersebut?"

"Baiklah. Mari kita berpetualang. Hahaha ... owh!" Radit berteriak saat tertawa.

Ternyata, Zahra langsung mencubit pinggang Radit, begitu pemuda tersebut melucu. Padahal, maksud Radit hanya ingin mencairkan suasana tegang antara mereka saat bercerita tentang Bunga.

"Oke-oke! Kita bisa memulai dengan menyelidiki di sekitar lingkungan rumah Bunga sendiri, berbicara dengan orang-orang yang mungkin memiliki informasi atau kesaksian yang berguna. Juga, kita bisa mencoba mencari tahu apakah ada laporan polisi terkait kasus ini. Aku siap membantumu dengan wawancara dan pengumpulan data."

Zahra menggeleng cepat, membuat Radit menyipitkan matanya bingung.

"Kenapa?" tanya Radit ingin tahu.

"Terima kasih, Radit. Aku sangat menghargai dukunganmu. Mari kita bekerja sama untuk mengungkap kebenaran ini dan memastikan bahwa Bunga mendapatkan keadilan yang layak. Tapi, Bu Lek Warsih justru menolak."

"Kenapa?" tanya Radit lagi, dengan cepat.

Akhirnya, Zahra menceritakan tentang Warsih, ibunya Bunga yang memintanya pulang saat ingin memberikan bantuan.

Setelah mendengar cerita Zahra, Radit diam untuk berpikir sejenak.

"Begini, Zahra ..."

Mereka berdua kemudian menyusun rencana lebih lanjut untuk menyelidiki kasus tersebut, mengumpulkan informasi, dan bekerja sama dengan hati-hati untuk menemukan kebenaran di balik kematian Bunga. Kerjasama dan tekad mereka berdua untuk mencari keadilan bagi Bunga serta mengungkap kebenaran yang tersembunyi, harus disusun secara matang.

Tak lupa, Zahra kuda menceritakan tentang serangkaian peristiwa tidak biasa, seperti orang-orang yang kesurupan dan berteriak-teriak dengan menyakiti diri sendiri sambil menyebut nama Bunga, semakin menambah misteri seputar kematian Bunga. Kejadian ganjal yang dialami saat tidur, antara nyata dan tidak, juga diceritakan oleh Zahra.

Di sekitar Zahra dan Radit, suasana menjadi tegang dan mencekam.

Radit sendiri mulai membayangkan, di saat orang-orang yang terkena pengaruh ini terlihat mengalami kehilangan kendali dan menyakiti diri sendiri. Mereka tentu menciptakan kejadian yang membingungkan dan menakutkan bagi Zahra dan orang-orang di sekitarnya.

***

Malam hari, Zahra tampak ragu ketika ia mendekat ke tempat ibunya berada. Dia merasa takut untuk bertanya pada ibunya sendiri, karena ketakutan akan penolakan atau ketidakmengertian kenapa ibunya sering datang ke rumah Warsih, dan baru pulang saat malam sudah larut.

Antara ibunya Bunga dan ibunya Zahra sendiri, sebenarnya masih ada pertalian darah. Simbah atau neneknya Zahra, adalah kakak dari ibunya Bunga. Artinya, ibunya Bunga adalah adik sepupu ibunya Zahra.

Zahra juga memutuskan untuk mencoba bertanya pada Warsih, ibu Bunga, dalam harapan mendapatkan beberapa jawaban. Namun, pertemuannya dengan Warsih tidak berjalan seperti yang diharapkan.

"Ibu baru pulang. Ngapunten, maaf jika Zahra mengganggu."

Murni, ibunya Zahra, tampak terkejut saat masuk ke dalam rumah dan mendengar sapaan anaknya.

"K-amu, belum tidur, Nduk?" tanya Murni gugup. Dia tampak mengalihkan pandangannya bertempat lain.

"Sudah, tapi terbangun." Sebisa mungkin, Zahra membuat alasan.

"Bu. Zahra ingin bertanya tentang apa yang sedang terjadi. Apakah, Ibu tahu apa penyebab dari semua kejadian aneh ini?"

Mata Murni taboak berkilat marah. "Kenapa kamu ikut campur, Zahra? Bunga sudah meninggal dan kita semua sedang berduka. Tidak ada yang perlu kamu tanyakan!"

Zahra, dengan nada lembut meminta maaf. Dia, sedikit takut karena ibunya tidak pernah marah-marah seperti ini.

"Maaf, Bu. Zahrah, hanya ingin mencari kebenaran dan mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Zahra, hanya ingin membantu jika ada yang bisa Zahra lakukan."

Murni membuang nafas panjang. "Kamu tidak perlu membantu! Biarkan kami mengurus semuanya sendiri. Kamu tidak punya urusan dengan ini!"

Zahra, merasa terkejut dan terpukul dengan reaksi ibunya yang marah dan menolakannya. Ia menjadi semakin bingung dan frustrasi dengan situasi ini. Kegelisahan Zahra terhadap misteri kematian Bunga dan teror yang dialami olehnya, terjadi semakin bertambah. Tetapi ia menemui hambatan dalam mendapatkan jawaban dari orang-orang terdekat, termasuk dari ibunya sendiri.

Ketidakmengertian dan kebingungan Zahra terhadap sikap ibunya dan Warsih, dalam menanggapi situasi yang tak biasa ini tentu saja beralasan. Menurut Zahra, kemungkin ada alasan tertentu yang membuat mereka tidak ingin melibatkan Zahra atau berbicara lebih lanjut tentang peristiwa tersebut.

Meskipun Zahra berusaha mencari jawaban dan membantu, ia dihadapkan pada hambatan dan penolakan dari orang-orang yang terlibat langsung. Dan itu termasuk ibunya sendiri.

Zahra bingung dengan sikap dan perkataan ibunya barusan, yang menurutnya tidak masuk akal.

Kenapa ibunya marah-marah? Kenapa ibunya tidak mau menceritakan sesuatu padanya?

Tapi karena malam sudah sangat larut, Zahra hanya meminta maaf kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri. Dia tidak mau atau kesalahpahaman antara dirinya dengan ibunya sendiri.

Melihat Zahra masuk ke dalam kamar dalam keadaan kepala yang menunduk sedih, ibunya memejamkan matanya seraya berkata, "maaf, Nduk. Ibu, tidak mau kamu ikut terlibat dalam keadaan seperti ini."

Terpopuler

Comments

FIE

FIE

lah? ibunya zahra jg responnya aneh ya😮🤔

2023-10-28

0

FIE

FIE

ibunya layak dicurigai ga sih nih🤔

2023-10-28

0

Al Fatih

Al Fatih

apakah semua warga desa terlibat Dengan kematiannya bunga

2023-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!