Meminta Maaf
Setelah seharian di kamar. Kinara merasa sudah sangat kelaparan. Ia hanya makan bubur siang hari tadi. Perutnya sekarang sudah keroncongan ingin makan. Karena sangat lapar, Kinara pun akhirnya keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.
Saat sampai di dapur, ia tak sengaja bertemu Dirga yang terlihat sehabis selesai memasak. Lelaki tersebut menghidangkan masakan nya di atas meja.
Saat melihat Kinara, Dirga pun meminta Kinara untuk duduk dan makan bersama nya sore itu. Namun Kinara tidak menghiraukan suaminya. Ia berjalan begitu saja menuju kulkas untuk mengambil buah dan membawa nya keluar dari dapur.
"Kina, makan dulu," Panggil Dirga, namun Kinara tetap tidak menghiraukan suaminya. Kinara tetap berjalan keluar dari dapur dan kemudian duduk di ruang tamu sambil memainkan handpone nya.
Dirga berjalan keluar dari dapur untuk menghampiri istrinya.
"Kina, ayo makan. Ini sudah sore. Kau pasti sudah lapar," Ajak Dirga sambil berdiri di depan pintu di bagian dapur.
"Makan saja kau sendiri. Aku bisa memakan buah," Jawab Kinara dengan tidak peduli. Kinara kemudian meraih remote televisi untuk menghidupkan televisi, namun tiba-tiab ia teringat dengan perkataan sakit suaminya tadi, membuat ia kembali meletakan remote di atas meja. Kinara mengurungkan niatnya untuk menonton televisi.
"Kau tidak mau makan?," Tanya Dirga yang mencoba merayu.
"Tidak." Jawab Kinara tak acuh. Mendengar jawaban Kinara, Dirga akhirnya pun terdiam dan kembali ke dapur untuk makan sendiri. Namun tidak lupa ia tetap menyiapkan makanan untuk Kinara.
"Jika ia lapar, ia pasti akan memakan nya nanti." Pikir Dirga sambil duduk di atas kursi dan makan sendirian di dalam sana.
* * * * *
Sementara di ruang tamu. Kinara terlihat fokus dengan handpone nya. Kali ini Kinara sedang mmberbalas pesan dengan seseorang teman nya Biyo.
Sejak tadi memang Kinara berpikir keras tempat untuk meminjam kan uang pada temnandekatnya. Namun Kinara teringat jika ia tidak punya teman dekat sama sekali. Kinara hanya mempunyai teman dekat lelaki yang selalu baik pada nya hanya Biyo dan juga Reno.
Setelah lama berpikir, Kinara pun akhirnya memutuskan untuk meminjam kan uang pada Biyo. Karena Kinara berpikir hanya Biyo lah yang memang punya lebih banyak uang.
"Biyo," Begitu lah pesan yang ia kirim kan.
"Iya. Ada apa Kina?," Balas Biyo.
"Tidak. Jika aku meminjam kan uang pada Biyo, Aku sangat malu karena sudah menikah tapi meminjamkan uang pada nya." Batin Kinara. Kinara pun akhirnya mengurung kan niat nya untuk meminjam uang pada Biyo.
"Tidak jadi. Kapan-kapan saja. Maaf mengganggu mu tiba-tiba." Ucap Kinara.
"Aku harus menjual perhiasan ku atau menjual tas-tas ku?," Pikir Kinara.
"Itu artinya besok aku harus ke kota." Putus Kinara. Kinara kembali memainkan layar handpone nya sambil memakan buah strowbery.
Setelah menghabiskan strowbery di dalam piring, Kinara pun beranjak berdiri dan masuk ke dalam kamar. Kinara bermaksud untuk menyiapkan tas branded nya yang akan ia jual besok. Namun di saat Kinara masih melihat-lihat beberapa tas yang tertata di dalam lemarinya, Dirga datang dan masuk ke kamar.
"Mau di apakan tas-tas itu?," Tanya Dirga sambil duduk di atas tempat tidur. Dirga memperhatikan beberapa tas milik istrinya yang sedang terletak di lantai.
"Jual." Jawab Kinara.
"Untuk apa?, sudah di beli jangan di jual," Ucap Dirga.
"Tas-tas ini ku beli dengan uang ku. Bukan uang mu. Jadi bukan urusan mu," Balas Kinara dengan dingin. Dirga yang mendengar pun akhirnya terdiam. Ia memaklumi karena ia tahu jika istri nya masih tengah marah pada nya.
"Aku besok akan ke kota," Lanjut Kinara.
"Untuk apa?, aku sedang sibuk besok. Tidak bisa mengantar mu," Ucap Dirga yang masih berkata dengan tenang.
"Kau tidak perlu mengantarku. Aku bisa pergi sendiri," Jawab Kinara.
"Mana bisa begitu. Kemana pun kau harus bersama ku," Ucap Dirga.
"Berhenti mengaturku. Aku kemana bukan urusan mu," Tegas Kinara.
"Kina, di luar berbahaya," Ingat Dirga, namun Kinara tidak memperdulikan hal itu.
"Berhenti berkata seolah kau mengkawatirkan aku. Karena sangat tidak perlu," Cetus Kinara.
"Kau masih marah pada ku karena tadi?," Tanya Dirga ragu.
"Tidak. Apa yang kau katakan memang benar. Tidak ada yang salah. Aku memang tidak bisa apa-apa. Selalu bergantung pada orang lain. Manja," Ucap Kinara yang terus memilih tas di dalam lemari. Kinara berkata dengan kedua mata yang menahan air mata.
"Tidak. Aku yang keterlaluan," Balas Dirga yang beranjak berjalan mendekati Kinara.
"Apa yang kau katakan memang sudah benar!. Tolong berhenti mendekati ku!," Teriak Kinara yang menepis tangan Dirga dengan kasar. Dirga akhirnya menjauhkan tangan nya.
"Jangan berharap ada hal baik dari diri ku, karena itu tidak akan ada!," Ingat Kinara di barengi dengan air mata yang sudah terlanjur membasahi kedua pipinya.
Setelah memilih tas yang akan dia jual, Kinara kemudian mengatup lemari dan keluar dari kamar. Membiarkan Dirga yang masih terdiam di sana.
"Kina," Panggil Dirga yang mencoba membujuk istrinya namun Kinara sudah terlanjur marah dan menangis. Melihat air mata Kinara, membuat Dirga tidak tau harus melakukan apa. Dirga tidak mengerti harus bagaimana.
"Hati ku sakit sekali melihat air matanya. Aku ingin marah pada diri ku karena melukai nya." Gumam Dirga dengan nafas panjangnya.
"Ternyata tidak semua amarah bisa menyelesaikan masalah. Yang ada hanya menambah masalah baru." Dirga mengusap wajahnya dengan frustasi. Demi apapun, ia sangat merasa bersalah melihat Kinara menangis di hadapan nya. Namun apalah daya, ibarat batu yang sudah terlanjur di lempar ke sungai. Kita tidak tau seberapa jauh batu itu tenggelam. Begitu juga dengan perkataan, kita tidak tau seberapa dalam ucapa kita melukai orang lain tapi kita juga tidak bisa menarik kembali ucapan sakit itu.
Kini Dirga berjalan menuju tempat tidur dan duduk di pinggiran sofa sendirian. Teringat kembali perkataan nya pada Kinara tadinya membuat Dirga semakin merasa bersalah. Sebenar nya bukan hanya Kinara yang terluka, namun dirinya sendiri juga terluka melihat hat bagaimana Kinara menangis di hadapan nya. Tidak dapat di bayang kan sakit nya bagaimana. Padahal Dirga tau bagaimana kisah hidup Kinara dulu nya. Tapi ia tetap masih melukai dengan perkataan terhadap istrinya.
"Aku tidak tau perasaan ku, tapi hatiku ikut sakit melihatnya menangis." Ucap Dirga sambil memegang dadanya.
Teringat bagaimana kisah Kinara yang dulu nya sempat terpukul oleh kematian ibunya. Dan setelah menikah, ia malah semakin terpukul olah perkataan suaminya sendiri. Walau belum ada cinta di antara mereka, namun setidaknya juga tidak mengundang tangis di rumah tangganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments