Mencelakai

Mencelakai

Di malam hari. Di tengah tenang nya malam. Di rumah, saat bersantai Kinara dan Dirga menonton televisi, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar rumah.

Tok tok..tok

"Kina, tolong lihat siapa yang datang di malam-malam begini," Perintah Dirga yang masih fokus menonton televisi.

"Aku lagi, aku lagi. Selalu aku yang di suruh-suruh!." Kesal Kinara sambil beranjak berdiri untuk membuka pintu.

"Siapa?," Tanya Kinara dari dalam rumah. Namun tidak mendapatkan jawaban dari luar. Kinara tetap membuka pintu.

Di saat pintu terbuka, Kinara tidak menemukan sesiapapun di sana. Kinara keluar dari rumah untuk melihat-lihat di sekitar, namun ia tetap tidak menemukan orang di luar. Di luar terlihat sunyi. Kinara hanya menemukan sebuah kotak di depannya. Kinara mengambil kotak tersebut dan membawanya untuk masuk ke dalam rumah.

"Tidak ada orang di luar," Ucap Kinara sembari meletakan kotak tersebut ke atas meja.

"Apa yang kau bawa?," Tanya Dirga yang mengalihkan pandangan nya ke kotak di atas meja.

"Aku menemukan ini di depan pintu. Jadi aku membawa masuk saja," Jawab Kinara. Dirga yang tadinya terlihat santai dan tenang, kini beranjak duduk dengan tegap dan fokus.

"Jauhkan tangan mu!. Aku yang akan membuka nya,"Titah Dirga yang sudah mulai agak sedikit berbeda.

Dirga mengambil alih kotak tersebut di di buka dengan hati-hati. Sementara Kinara hanya terdiam beberapa saat memperhatikan ekspresi suaminya yang agak sedikit berbeda dari biasanya.

"Sudah aku ku duga," Ucap Dirga sambil melihat isi kotak yang baru ia buka. Kinara pun ikut terkejut dengan apa yang ada di dalam kotak tersebut.

"Ap..ap..a ini?," Tanya Kinara dengan terbata-bata. Kinara melihat dengan penuh takut.

"Bukan apa-apa. Ini hanya sekedar ancaman," Jawab Dirga mencoba menenangkan Kinara. Di lihat dari raut wajah Kinara, Dirga mengerti jika wanita tersebut sedang Ketakutakutan dengan isi kotak di depan nya. Bagaimana tidak?, isi kotak tersebut ialah sebuah pesan ancaman yang di tulis dengan menggunakan warna merah yang kemungkinan tinta yang terbuat dari darah.

"Pergi!." Begitulah isi pesan yang tertulis di dalam kertas.

"Apa maksudnya?, siapa yang sedang mengancam kita?," Tanya Kinara sembari duduk mendekat di samping Dirga dan tanpa sadar Kinara memeluk lengan suaminya karena ketakutan. Dirga terdiam beberapa saat di saat Kinara memeluk lengan nya. Entah mengapa sentuhan dari tangan Kinara seolah membangkit kan listrik di dalam dirinya. Dirga mencoba untuk tetap tenang dan sangat berusaha tenang.

"Tidak apa-apa. Bukan hanya kali ini saja," Jawab Dirga.

"Jadi sudah sering?," Tanya Kinara.

"Setelah menikah kita juga sering dikirim begini. Hanya saja aku tidak memberitahu mu. Sebab aku tau kau pasti akan takut," Jelas Dirga. Kinara yang mendengar pun semakin mengeratkan pelukannya di lengan suami nya. Dirga yang melihat hal itu pun hanya bisa tersenyum.

"Sudah. Sekarang sudah larut. Kau masuk lah ke kamar dan tidur," Titah Dirga.

"Lalu kau mau kemana?," Tanya Kinara lagi.

"Aku harus membakar kotak ini dulu di luar," Jawab Dirga sambil menunjuk kotak di depan nya.

"Aku mana berani sendiri. Aku ikut dengan mu saja," Jawab Kinara dengan pelan namun masih terdengar di telinga nya.

"Tunggu di kamar saja. Aku keluar hanya untuk memusnahkan ini saja," Bujuk Dirga.

"Tidak. Jika kau keluar aku akan keluar juga. Bagaimana jika di saat kau keluar, orang tersebut malah masuk ke dalam rumah dan membunuh ku," Kinara berkata terdengar penuh ketakutan.

"Tidak. Justru jika kau ikut keluar dengan ku mungkin saja kau dalam bahaya karena bisa saja orang yang mengirim ini masih berada di luar," Jelas Dirga.

"Pokoknya aku tidak mau sendiri!." Putus Kinara. Dirgapun akhirnya mengalah dan memutuskan untuk tidak keluar.

"Baiklah. Ayo kita masuk ke kamar saja. Aku akan membakar nya besok," Ucap Dirga dengan helaan.

"Baik lah. Ayo," Kinara beranjak berdiri. Begitupun Dirga yang ikut berdiri.

"Kenapa malah melihatku?, ayo masuk kamar," Titah Dirga yang melihat Kinara yang hanya berdiri di depannya.

"Ayo. Kau juga masuk," Jawab Kinara sembari kembali memegang lengan suaminya dan berjalan masuk bersama.

Keduanya masuk ke dalam kamar dan naik ke atas tempat tidur. Di saat sampai di atas tempat tidur pun, Kinara masih memegang lengan suaminya. Dirga hanya terdiam dan membiarkan begitu saja sebab ia mengerti jika istrinya sangat ketakutan.

"Jadi setelah menikah kau sering mendapatkan kotak begitu di luar?," Tanya Kinara.

"Mm. Sering. Hanya saja aku tidak memberitahumu. Aku tau kau akan takut," Jawab Dirga yang sedang berbaring menghadap langit-langit kamar.

"Tentu saja aku takut. Di lihat dari warna merah itu sudah pasti darah," Ucap Kinara yang semakin beranjak mendekat ke arah suaminya. Demi apa Kinara sangat ketakutan. Saking takutnya lah yang membuat nya tak sadar jika dirinya sudah tidak memiliki jarak dengan suaminya.

Sementara Dirga, melihat Kinara yang tidur mendekat ke arahnya. Dirga pun perlahan mengalihkan tubuhnya ikut menghadap ke arah Kinara hingga membuat tatapan mereka begitu dekat.

"Di lihat-lihat dia memang sangat cantik." Batin Dirga sambil memandangi wajah Kinara dengan dekat.

"Tidak. Sabar Dirga." Dirga mencoba menahan dirinya.

"Ehem." Dirga berdehem mencoba menyadarkan Kinara yang sudah begitu dekat dengan nya. Kinara menoleh ke arah suaminya dan di sana ia baru tersadar jika dirinya ternyata sudah hampir memeluk lelaki itu.

"Astaga!." Kinara dengan cepat menjauh dari Dirga dan membalikan tubuhnya.

"Aku sudah gila!." Gerutu Kinara dengan dirinya. Kinara merasa sangat malu dengan suaminya.

"Kau jangan salah paham. Aku begitu tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya takut," Jelas Kinara yang sudah tidur dengan membelakangi suaminya.

"Aku tidak bilang apa-apa," Ucap Dirga yang terdengar begitu santai.

"Aku hanya ingin memberitahumu saja," Balas Kinara. Dirga yang mendengar hanya terdiam menahan tawa. Demi apa istrinya menurut Dirga sangat lucu ketika salah tingkah begitu.

"Baiklah. Tidurlah. Ini sudah sangat larut." Balas Dirga yang ikut membalikan tubuhnya membelakangi Kinara.

* * * * *

Setelah beberapa jam berlalu. Malam semakin larut. Di luar juga terdengar sunyi, yang terdengar saat ini hanyalah suara jangkrik yang berkeliaran. Dirga beranjak dari tempat tidur dengan perlahan. Melihat ke arah Kinara yang sudah tertidur, Dirga pun dengan hati-hati turun dari tempat tidur dan kemudian keluar dari kamar dengan membawa handpone nya.

Dirga berjalan ke arah kursi ruang tamu dan duduk di sana. Ia kemudian menghubungi seseorang di dalam handpone nya.

"Dia mengirimkan nya lagi," Ucap Dirga sambil menempelkan benda pipih di telinga nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!