Marah

Marah

Suasana di perkebunan, Dirga berdiri di depan istrinya sambil memangku kedua tangan nya ke dada. Ia terdiam sejenak sambil melihat ke Kinara. Sementara Kinara masih tidak menyadari keberadaan suaminya. Ia terlihat masih fokus memperhatikan kartu-kartu nya.

"Apa yang masih kau lakukan?," Tanya Dirga. Kinara akhirnya mengalihkan pandangan melihat ke arah sumber suara. Melihat Dirga, Kinara pun berdiri.

"Heh. Kau kapan kembali?," Kinara balik bertanya pada suami nya.

"Sudah dari tadi. Matamu tidak kau gunakan," Jawab Dirga dengan dingin.

"Heii kalian!, kemari. Ayo kita lanjut main," Kinara memanggil para perkerja tadinya meminta untuk bermain. Semua menggeleng menolak dengan takut.

"Mana seru begitu." Ucap Kinara. Kinara masih tidak memperdulikan keberadaan suami nya di sana.

"Di sini tempat berkerja. Bukan bermain," Dirga melihat ke arah para perkerja. Semua para perkerja terdiam dan menunduk ketakutan.

"Mereka sedang beristirahat. Apa salah nya bermain," Protes Kinara yang ikut berdiri ke arah suaminya.

"Kau juga pulang!," Titah Dirga.

"Padahal aku masih ingin bermain. Heii kita lanjut besok ya," Kinara turun dari pondok dan ke kemudian melambaikan tangan nya pada semua orang yang ada di sana. Semua tersenyum sambil ikut melambai.

"Aku lapar," Ucap Kinara sambil berjalan mengikuti suaminya. Dirga hanya terdiam tidak membalas perkataan istrinya.

"Kenapa kau lama sekali?, aku sudah sangat lapar," Ucap Kinara yang terus berjalan mengikuti Dirga di depan nya. Dirga masih terdiam dan tidak membalas perkataan istrinya.

"Apa kau sudah memasak?," Tanya Kinara.

"Kau!, diam!," Tegas Dirga sambil menghentikan langkah nya sejenak kemudian berbalik melihat ke ke belakang. Kinara yang mendengar pun terdiam.

"Ke..ke...kenapa?, apa yang salah?, apa aku berbuat salah lagi?," Tanya Kinara dengan terbata-bata. Kinara bertanya sambil memikirkan di mana letak kesalahan nya. Seingat nya seharian ini ia tidak membuat masalah sama sekali.

"Sudah. Cepat lah berjalan." Titah Dirga yang kembali berjalan dan melihat ke depan. Kinara pun kembali ikut berjalan.

Di sepanjang perjalanan pulang, banyak para perkerja yang menyapa Dirga, namun Dirga tidak membalasnya. Ia terus berjalan dengan wajah datar nya hingga sampai di rumah. Semua orang kebingungan dengan sifat Dirga termasuk Kinara.

Sesampainya di rumah, Dirga langsung ke dapur dan makan. Tanpa mengajak Kinara yang juga mengikuti nya ke dapur. Kinara hanya bisa duduk bersebelahan dengan suami nya sambil mengambil makanan untuk di makan. Menu yang ada hanya ada bubur dan juga salad buah. Kinara memilih mengambil bubur dan kemudian memakan nya.

Di saat makan, kedua saling berdiam. Dirga yang masih mendiamkan istrinya. Dan Kinara yang masih tetap diam karena Dirga yang tiba-tiba marah pada nya.

"Canggung sekali jika dia marah. Memang nya aku salah apa lagi?," Pikir Kinara sambil menyuapi bubur ke dalam mulutnya. Sesekali Kinara melirik ke arah suaminya yang terlihat begitu dingin.

Setelah menghabiskan bubur di piring nya, Dirga beranjak berdiri dan keluar dari dapur tanpa memperdulikan Kinara yang masih di sana. Kinara hanya bisa terdiam dan termenung terus menghabiskan buburnya.

"Apa bajuku masih terbuka?, tapi ini sudah tertutup." Kinara memperhatikan baju dan celana yang ia pakai hari ini ialah lengan panjang. Tidak ada aurat yang terlihat.

"Aneh!. Lelaki aneh. Seperti datang bulan saja!." Gerutu Kinara dengan kesal. Kinara mengambil air dan meminumnya hingga habis.

Selesai menghabiskan bubur, Kinara keluar dari dapur dan berjalan menuju ruang tamu. Sebenarnya Kinara ingin masuk ke dalam kamar, namun karena melihat ada Dirga, Ia pun memutar badannya kembali menuju ruangbtamu dan duduk di sana.

Kinara menghidup kan televisi dan setelahnya ia mengambil handpone untuk memainkan handpone nya. Saat menerima pesan dari teman-teman nya yang terlihat lucu, Kinara pun tertawa. Ia tidak lagi memperdulikan suaminya yang marah pada nya.

Namun, ditengah tenang dan bersantai nya. Dirga tiba-tiba keluar dari kamar. Ia mengambil remot di depan Kinara dan kemudian mematikan televisi.

"Jangan menghidupkan televisi jika kau matamu melihat handpone!. Jangan membubazirkan yang ada," Tegas Dirga dengan wajah dingin nya. Kinara yang tengah duduk pun menjadi sangat terkejut.

"Kau ini kenapa?, sejak tadi memarahi ku?," Tanya Kinara dengan kedua mata yang memerah.

"Jika di marahi. Seharusnya sadar diri!," Tegas Dirga lagi. Dirga berkata dengan wajah datarnya.

"Memang nya aku salah apa?, katakan aku salah apa lagi?," Tanya Kinara dengan suara yang juga ikut meninggi.

"Pikirkan apa salah mu, jangan setiap salah aku harus memberitahu kan mu agar mengerti. Hidup dengan ku tidak ada bermanja-manja seperti kau tinggal bersama keluarga mu!," Ucap Dirga. Kinara yang mendengar pun akhirnya terdiam. Kedua matanya yang sejak tadi menahan air mata, kini sudah terjatuh di kedua pipi nya. Perkataan Dirga kali ini membuat Kinara sangat terluka. Dada nya terasa sesak mendengar ucapan yang keluar dari suami nya.

"Sejak dulu kau sudah tau hal itu, tapi kenapa kau masih mau menikah dengan ku!." Balas Kinara sambil berdiri dan berjalan pergi menjauh dari ruang tamu. Kinara berlari masuk ke dalam kamar.

Adapun Dirga, setelah melihat Kinara menangis, iapun akhirnya terdiam. Dirga baru menyadari jika perkataan nya kali ini sangat keterlaluan pada Kinara.

"Astaga." Dirga menarik nafas nya dan menghembuskan nya perlahan keluar.

"Aku tidak bermaksud begitu." Ucap Dirga sambil duduk di atas kursi.

* * * * *

Sementara di dalam kamar, Kinara duduk di depan pintu kamar di atas lantai sambil menangis. Ia memangku kedua lututnya dan menangis sesegukan. Baru kali ini ada orang yang mengatainya begitu. Bagi nya ini sudah sangat berlebihan.

"Hiks....hiks... Jika dia tau aku begini, Kenapa ingin menikah dengan ku?. Bukan kah sejak dulu dia juga tau kalau aku tidak bisa apa-apa hiks...hiks...." Kinara menghapus air mata nya yang masih deras terjatuh.

"Kenapa tidak ada yang bisa memahami ku hiks ..hiks... Kenapa semua orang jahat pada ku. Entah itu papa sekalipun. Kenapa papa menikahkan aku dengan nya hiks...hiks...." Gumam Kinara di sela isakan tangisnya.

"Dia juga!. Hiks...hiks... Sejak dulu aku memang tidak bisa apa-apa. Memang nya kenapa?, apa yang salah kalau aku tidak bisa apa-apa?, hiks...hiks...." Kinara terus menangis. Hatinya masih belum tenang mengingat perkataan suaminya pada nya.

"Aku sebaiknya tinggal di kota, tapi dia memaksaku untuk tetap tinggal di sini hiks...hiks.." Ucap Kinara.

Di saat Kinara masih menangis di dalam, Dirga hanya bisa berdiri di depan pintu kamar mendengar semua perkataan istrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!