Tipis-Tipis

Tipis-Tipis

Di sepanjang berjalan, seorang lelaki yang merupakan perkerja di perkebunan tersebut terus menerus mengajak Kinara berbincang. Kinara juga merasa juga nyaman berbicara dengan lelaki tersebut.

"Nona Kinara sebelum menikah tinggal di luar negeri ya?," Tanya laki-laki tersebut sambil berjalan berdampingan dengan Kinara.

"Iya. Saya berkuliah di Australia," Jawab Kinara.

"Nama mu siapa?," Tanya Kinara.

"Nama ku Roy," Jawab lelaki tersebut sambil mengalihkan pandangan ke Kinara.

"Ooh. Kita sejak tadi berbicara tapi aku lupa menanyakan nama," Kekeh Kinara canggung.

"Tapi aku tau nona," Ucap Roy dengan tersenyum.

"Tentu saja. Seluruh orang di perkebunan juga tau nama ku," Balas Kinara. Siapa yang tidak tau Kinara putri tunggal dari Berto pemilik seluruh perkebunan di sana.

"Nona terlihat sangat muda," Puji Roy.

"Aku memang masih muda, kau kira aku apa," Jawab Kinara dengan helaan.

"Iya saya tau itu nona. Tapi nona muda dan terlihat sangat cantik," Ucap Roy. Kinara yang mendengar pun tersenyum malu.

"Kau bisa saja." Balas Kinara. Di lubuk hati yang paling dalam, ketahuilah jika Kinara sangat senang dengan pujian tersebut.

"Tapi nona, saya lihat nona dan tuan tidak terlalu akur. Apa kalian ada masalah?," Tanya Roy yang terus berjalan mengikuti Kinara.

"Kami selalu bermasalah," Ucap Kinara pelan.

"Maksud nona?," Tanya Roy yang terlihat sangat penasaran.

"Tidak. Maksud ku, kami memang begitu. Nama juga suami istri hehehe," Jawab Kinara berusaha memperlihat kan ketenangan.

"Oh begitu."

Di sepanjang perjalanan, Kedua nya terus berbincang hingga tak terasa mereka sudah sampai tepat di depan rumah. Saat Kinara dan Roy masih berbincang sambil mengambil plastik buah di tangan Roy, tanpa mereka sadari sepasang mata melihat ke arah mereka dari depan pintu.

Sepasang mata tersebut melihat ke arah Kinara dan juga Roy dengan dingin. Pandangan tepat nya tertuju lebih dingin ke arah Kinara. Sepasang mata tersebut tidak lain ialah Dirga.

"Terima kasih sudah membantuku hari ini. Beruntung sekali bertemu dengan mu," Ucap Kinara yang masih memegang plastik yang berisi apel di tangan kanan nya, dan juga storowbery yang berada di dalam plastik berukuran kecil di tangan kirinya.

"Iya sama-sama nona. Itu lah guna nya kami berkerja di sini," Jawab Roy.

"Atau nona ingin saya membantu nona membawa langsung masuk ke rumah?," Tawar Roy. Kinara dengan cepat menolaknya.

"Tidak perlu. Aku akan membawanya sendiri," Tolak Kinara.

"Baik lah. Jika begitu, saya permisi dulu nona." Pamit Roy dan diiyakan oleh Kinara.

Setelah Roy sudah menjauh dari depan rumah, Kinara pun akhirnya berjalan untuk masuk ke dalam rumah dengan senang sambil bernyanyi riang.

"Nananan...nananan...nanana." Kinara berjalan melewati Dirga begitu saja yang berdiri di depan pintu. Ia berjalan masuk ke dalam rumah seolah tidak melihat suaminya.

"Heh. Kau dari mana sejak tadi?," Tanya Dirga sembari mangatup pintu dan kemudian berjalan mengikuti Kinara yang berjalan ke arah dapur.

"Oh ternyata ada orang. Ku kira tidak ada orang," Ucap Kinara yang melihat ke Dirga.

"Aku serius bertanya. Kau dari mana?," Tanya Dirga dengan dingin.

"Kau ini punya berapa kepribadian?, tiba-tiba hangat, tiba-tiba menjadi setan," Kinara meletakan plastik berisi buah di atas wastafel untuk di cuci bersih.

"Aku dari kebun. Memetik buah. Apa kau lihat apa yang bawa. Masih bertanya saja," Kesal Kinara. Dirga yang mendengar terdiam dengan dingin.

"Memetik buah bersama Roy?," Tanya Dirga.

"Iya. Lelaki itu baik sekali. Dia mau membantu ku memetik buah dan membantu ku membawa nya hingga kemari. Kau tau sendiri jika jeruk sebanyak ini sangat berat," Ucap Kinara dengan santai.

"Oh. Jadi Roy sangat baik pada mu ternyata," Dirga berkata dengan memangku kedua tangan nya ke dada.

"Iya. Sudah baik, agak tampan, tubuhnya juga kekar. Jika ia berada di kota, hidupnya pasti sangat berubah lebih baik dan banyak wanita yang akan mengejarnya," Ucap Kinara. Dirga yang mendengar perkataan istrinya pun hanya bisa tersenyum miring. Istri macam apa yang memuji lelaki lain di depan suami nya?, mungkin hanya Kinara saja.

"Jika begitu, lain kali jika kau ingin ke kota untuk berbelanja. Sebaiknya kau minta saja Roy yang mengantar nya," Ucap Dirga sambil melihat istrinya dengan dingin.

"Tentu saja. Aku akan mengajak nya lain kali," Jawab Kinara santai.

"Kau sudah benar-benar menguji kesabaran," Dirga berkata dengan wajah datarnya dan juga terlihat penuh kecewa.

"Kau sendiri yang mengatakan begitu, lalu kau lagi yang marah begitu. Apa kau tidak waras," Kinara melototi suaminya dengan kesal.

"Kau ke perkebunan dengan memakai baju begini?, apa tidak ada sopan santun hah?," Tanya Dirga dengan suara seraknya. Dirga memandangi Kinara dari ujung kaki hingga ujung rambut. Melihat pakaian yang ia pakai, membuat Dirga merasa Kinara sedikit keterlaluan.

Kinara memakai kaos oversize yang di padukan dengan celana pendek di atas lutut. Kinara memperhatikan pakaian nya, dan menurut Kinara tidak ada yang aneh dengan pakaian nya, ia merasa pakaian nya ini terlihat biasa saja. Tidak seksi sama sekali.

"Di bagian apa lagi yang salah?, ini sudah bagus pakaian ku begin," Protes Kinara.

"Celana mu," Jawab Dirga.

"Ya tuhan. Kau sudah benar-benar. Aku memakai celana. Baju ku besar dan aku memakai celana pendek begini. Apa salah nya hah?," Ucap Kinara. Kinara tidak terima jika selalu di salahkan dalam urusan pakaian begini.

"Terserah padamu.".Balas Dirga sambil berlalu pergi keluar dari dapur.

"Ini sudah benar. Memang nya memakai kaos begini masih tidak normal di desa?. Dia yang terlalu gila. Masih untung aku tidak memakai bra saja." Gerutu Kinara sembari melanjutkan mencuci buah dengan bersih.

Kinara mencuci semua buah dan kemudian menyimpan nya di dalam kulkas. Sebagian buah ia letakan di dalam tempat buah untuk di bawa ke dalam kamar. Namun, saat sampai di depan kamar, terlihat suaminya yang sedang duduk sendiri di dalam. Melihat hal itu membuat Kinara mengurungkan niatnya untuk masuk. Kinara kembali keluar dan duduk di depan televisi di ruang tamu.

"Tidak Sudi bersama orang gila aturan." Ucap Kinara sambil menghidupkan televisi.

Kinara menonton dengan santai sendirian dengan menikmati buah storowbery dan apel. Tidak perduli dengan Dirga yang marah padanya tanpa sebab yang jelas.

Setelah beberapa lama menonton, Dirga terlihat keluar dari kamar dan masuk ke dapur. Melihat Dirga yang tidak menyapa, Kinara PP un ikut tidak menyapa suaminya.

Beberapa menit saja berada di dapur, Dirga keluar dan duduk di ruang tamu dengan membawakan roti bakar dan memakan nya di depan Kinara. Melihat hal itu, Kinara yang tadi nya berbaring, kini bangkit dan duduk.

"Mana untuk ku?," Tanya Kinara sambil melihat ke dalam piring yang kosong.

"Buat sendiri.Apa guna nya kau punya tangan." Jawab Dirga yang tak melihat ke arah istrinya. Kinara pun memasang wajah cemberut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!