Sakit Perut

Sakit Perut

"Apa?," Tanya Kinara sambil memegang ganggang pintu.

"Aku juga ingin tidur," Jawab Dirga sambil masuk ke dalam kamar dan berlalu meninggalkan Kinara yang masih berdiri di depan pintu. Dirga naik ke tempat tidur dan tidur.

"Heh. Kau mau apa naik ke sana?, turun!," Titah Kinara sambil berjalan ke tempat tidur dan menarik Dirga.

"Kenapa aku harus turun?, ini tempat tidur ku. Kau saja tidur di lantai," Balas Dirga tak perduli.

"Apa kau setega itu membiarkan seorang wanita kedinginan di lantai hah?," Tanya Kinara sambil berkacak pinggang.

"Salah siapa?, kau sendiri yang tidak ingin tidur di tempat tidur. Bukan urusan ku," Balas Dirga sembari menarik selimut.

"Kau!, aku akan memberi tahu ayah ku jika kau membiarkan aku tidur di lantai," Ancam Kinara. Dirga yang mendengar pun bukan nya takut malah tertawa.

Hahahahaha

"Silakan adukan. Secara tidak langsung kau memberitahukan ayah mu bahwa kau tidak mau tidur dengan suami mu," Balas Dirga.

"Iya juga ya?, kenapa aku sangat bodoh argh." Batin Kinara merutuki dirinya. Kinara terdiam sejenak sambil melihat ke arah tempat tidur.

"Aku harus bagaimana?,. Udara malam sangat dingin, aku benar-benar tidak sanggup tidur di lantai ini." Pikir Kinara.

"Kenapa masih berdiri di sana?. Kemari tidur di tempat tidur. Udara malam di sini dingin. Kau tidak akan sanggup tidur di lantai," Ucap Dirga sambil menepuk tempat tidur di sebelahnya.

"Kau sedang mencari kesempatan! Dasar buaya!." Gerutu Kinara.

"Tidak. Aku tidak akan menyentuhmu," Balas Dirga menyakinkan.

"Buaya apanya. Buaya itu setia kau kira buaya itu banyak betina nya?. Maka nya belajar yang benar." Gumam Dirga sambil membalikan tubuh mengarah ke dinding.

Melihat Dirga yang tidur membelakanginya, membuat Kinara pun akhirnya memutuskan untuk tidur di tempat tidur yang sama dengan Dirga. Kinara berbaring dan tidak lupa meletakan boneka Minion di tengah sebagai pembatas dirinya dan Dirga.

Setelah merasa aman, Kinara pun akhirnya bisa mulai memejamkan kedua matanya dengan tenang.

"Cukup hangat." Ucap Kinara di dalam hati nya.

"Satu tahun sangat lama. Huuuf." Gumam Kinara sambil menuju alam mimpi. Sementara Dirga yang mendengarnya, hanya terdiam.

"Memang lama." Ucap Dirga.

* * * *

Beberapa jam berlalu. Di pertengahan malam, tiba-tiba Kinara terbangun dari tidurnya. Perut Kinara terasa begitu sakit. Ia mencoba merubah posisi tidur nya namun tetap saja terasa sakit.

"Aku tidak membawa obat pereda sakit lagi. Aduh harus bagaimana ini." Gumam Kinara sambil meringkuk memegang perutnya. Kinara masih berulang kali merubah posisi tidur nya untuk mencari rasa aman pada perutnya hingga membuat Dirga yang tertidur di sebelah menjadi terbangun.

"Kau kenapa?, sejak tadi tidak bisa diam," Tanya Dirga sembari beranjak duduk dan berusaha sadar sepenuhnya.

"Tidak apa-apa. Kau tidur lah," Jawab Kinara sambil terus meringkuk menahan sakit.

"Tidak apa-apa apanya?, kau sakit?, bagian mana?," Tanya Dirga sambil menempelkan tangan nya di kening Kinara dan ia tidak merasa panas atau pun terlalu dingin. Suhu tubuh Kinara terasa cukup normal.

"Aku sakit perut bukan kepala," Ucap Kinara sambil menepis tangan Dirga dari Keningnya.

"Sakit perut?, Tunggu aku punya obat sakit perut," Dirga beranjak turun untuk mengambil obat sakit perut di dalam lemari, namun Kinara dengan cepat menahan nya dan menghentikan Dirga.

"Bukan. Aku tidak butuh obat sakit perut," Tahan Kinara.

"Lalu?," Tanya Dirga sambil menaikan satu alis ke atas kebingungan.

"Aku harus memberitahunya bagaimana?, tidak nyaman sekali memberitahunya." Batin Kinara.

"Kenapa malah diam?, katakan obata seperti apa?," Tanya Dirga.

"Aku..aku sedang datang bulan. Perut ku selalu sakit jika hari pertama datang bulan," Jelas Kinara dengan terpaksa. Demi apapun Kinara sangat malu memberitahu Dirga hal ini karena bagi Kinara ini memalukan.

"Oh. Kenapa tidak bilang dari awal," Jawab Dirga santai dan terlihat biasa saja.

"Apa guna nya memberitahu mu." Ucap Kinara dengan suara pelan namun tetap terdengar di telinga Dirga.

"Aku punya cara. Tunggu sebentar," Dirga turun dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar. Sementara Kinara hanya terdiam membiarkan Dirga keluar.

Selang beberapa menit, Dirga kembali ke kamar dengan membawakan sebaskom kecil air hangat dan juga handuk kecil. Dirga meletakan baskom dan handuk di atas kursi kecil yang sengaja ia bawa.

"Berbaring," Titah Dirga pada Kinara.

"Kenapa?, kenapa aku harus berbaring?, kau jangan macam-macam dengan ku," Ucap Kinara yang duduk dan masih memegang perutnya.

"Aku bermaksud membantumu meredakan sakit perut. Pikiran mu memang selalu kotor," Balas Dirga sambil memasukan handuk kecil ke dalam baskom air panas yang tidak terlalu panas, dan kemudian memerasnya. Kinara masih terdiam memperhatikan apa yang di lakukan oleh Dirga.

"Berbaring cepat," Perintah Dirga.

"Ini untuk apa?," Tanya Kinara yang masih kebingungan memperhatikan baskom dan juga handuk kecil.

"Banyak tanya. Berbaring saja dulu," Ucap Dirga dengan helaan.

"Katakan untuk apa ini?," Tanya Kinara yang masih tidak mengerti.

"Ya tuhan. Ini untuk meredakan sakit perut mu. Cepat berbaring," Ucap Dirga. Mendengar hal itu, Kinara pun dengan ragu berbaring.

"Kau ingin aku memasang kan handuk ini di perutmu atau kau sendiri yang memasang nya?," Tanya Dirga.

"Oh ini di pasang di perut?," Tanya Kinara lagi.

"Iya." Jawab Dirga.

"Aku saja yang memasang nya. Sini handuk nya," Kinara mengambil handuk basah tersebut di tangan Dirga.

"Kenapa kau masih duduk di sana?, cepat balikan tubuh mu jangan melihat ke sini," Perintah Kinara.

"Cara berpakaian mu selalu menampakan perutmu. Apa salah nya sekarang. Terlihat atau tidak sama saja." Gumam Dirga sambil membalikan tubuhnya membelakangi Kinara yang mau menempelkan handuk tersebut di perut. Memang pada kenyataan nya, Kinara terbiasa memakai baju yang menampakan sedikit perut nya.

"Sudah." Kinara menutup kembali bajunya dan membiarkan handuk basah menempel di perutnya.

"Bagaimana?, apa masih sakit?," Tanya Dirga sambil melihat ke arah Kinara yang masih berbaring.

"Agak mendingan," Jawab Kinara.

"Hmm. Kau tau dari mana cara ini?," Tanya Kinara penasaran.

"Aku sering membantu mantan tunangan ku dulu. Saat dia datang bulan, aku menempelkan handuk hangat di perutnya," Jelas Dirga. Dirga kembali teringat dengan kenangan di masa lalu nya.

"Oh. Jadi kau punya tunangan?, kenapa tidak menikah dengan tunangan mu saja?," Tanya Kinara.

"Bukan urusanmu." Jawab Dirga dengan dingin. Kinara yang mendengar pun menjadi takut dan terdiam.

"Kenapa dia malah terlihat marah begitu?." Batin Kinara.

"Hmm. Besok aku akan ke kota. Tadi sore kau mengatakan ingin mengantarku tapi tidak jadi. Besok aku sendiri saja," Ucap Kinara mengalihkan pembicaraan.

"Tidak ada yang namanya ke kota. Di mana aku tinggal, disitu kau tinggal. Jangan membantah!. Tidur sekarang!," Dirga berkata sambil melihat ke arah Kinara. Dirga berkata dengan nada dingin ke Kinara.

"Kenapa dia marah?,." Pikir Kinara di dalam hati.

"Apa yang masih kau lihat?, tidur sekarang." Perintah Dirga. Kinara yang merasa takut pun akhirnya terdiam dan memejamkan kedua matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!