Terkenang
"Sudah berapa kali kau mendapatkan peringatan ancaman?," Tanya seorang lelaki tua paruh baya yang tengah duduk di depan teras sembari memegang secangkir kopi di tangan nya. Lelaki tersebut tidak lain ialah pak Berto.
Saat ini Dirga mendatangi rumah mertua nya dan duduk bersama. Dirga memberitahukan surat ancaman yang sering sekali ia terima pada ayah mertua nya.
"Sudah beberapa kali pak. Hanya saja kali ini, Kinara yang melihat surat tersebut," Jelas Dirga yang juga tengah memegang secangkir kopi di tangan nya.
"Menurut mu kita harus bagaimana?, apakah kita mengalah saja dengan para pesaing?," Tanya pak Berto dengan berat.
"Tidak pak. Kita tetap mengespor hasil pertanian kita di dalam negeri atau pun keluar negeri," Jawab Dirga menyakinkan.
"Tapi bagaimana jika para pesaing benar-benar kembali mencelakai Kinara?," Tanya Pak Berto.
Para pesaing memang selalu mencari celah untuk mencelakai ataupun membuat rugi keluarga pak Berto. Namun rencana jahat mereka selalu gagal. Pak Berto sangat cerdik jadi tidak ada yang bisa menipu atau menjahatinya. Namun karena para pesaing selalu gagal dalam mencelakai pak Berto, membuat mereka beralih untuk mencelakai putri pak Berto yaitu Kinara.
"Saya berjanji akan melindungi Kinara. Pak Berto tenang saja. Saya kemari bukan untuk karena takut tidak sanggup menjaga Kinara, pak. Tujuan saya kemari hanya untuk memberi tahu bapak agar bapak lebih berhati-hati," Tutur Dirga dengan tenang.
"Saya tidak apa-apa, Dirga. Saya akan baik-baik saja. Saya harap kamu dan Kinara juga akan selalu baik-baik saja," Balas pak Berto sambil memegang bahu menantunya.
"Iya pak. Apapun dan bagaimana pun, saya akan melindungi Kinara," Ucap Dirga menyakinkan ayah mertua nya.
"Terima kasih Dirga. Saya mengandalkan kamu sebagai menantu untuk menjaga putri saya," Pak Berto berkata dengan nafas beratnya. Terlihat jelas kegelisahan dan ketakutan pada dirinya jika itu menyangkut putri nya.
"Iya pak." Balas Dirga sambil meletakan gelasnya di atas meja.
"Dan juga bapak ingin mengatakan mengenai Kinara pada mu,"
"Jika Kinara terkadang sangat membuat mu marah dengan tingkah dan emosi nya, tolong di maklumi dan di maafkan. Dia sebenarnya anak yang sangat baik. Namun sejak ibunya meninggal saat ia masih SMP dulu, dia lebih banyak mengurung diri di kamar. Saat itu saya masih sibuk-sibuknya merintis pertanian. Saya bersedih dengan kematian istri saya, tapi saya tetap harus menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab untuk kebahagiaan putri saya," Ucap pak Berto dengan pandangan yang sudah kosong mengingat masalalu.
"Setelah kematian ibunya beberapa tahun, saya bertemu surat di bawah tempat tidur di saat saya sedang menyapu di kamar. Surat tersebut ternyata wasiat dari ibunya. Ibu nya berpesan untuk meminta saya menikah dengan wanita masa lalu saya yang merupakan teman dekatnya saat dulu," Pak Berto berkata dengan tenang dan Dirga juga mendengar kan dengan tenang dan serius.
"Kata isi surat, saya harus menikah agar ada yang mengurus saya dan Kinara. Ternyata semenjak sakit, ibu Kinara selalu menghawatirkan kami berdua terutama Kinara. Ia kawatir jika saat ia tidak, Kinara tidak ada yang mengurus," Lanjut pak Berto dengan kedua mata yang memerah menahan tangis.
"Karena itu lah, saya akhirnya mencari kembali cinta masa lalu saya. Rani, teman dekat ibu kandung Kinara. Kebetulan sekali Rani juga sudah bercerai dengan suami nya dulu. Jadi saya memberi surat itu pada Rani dan kami pun menikah. Namun Sayang nya, Kinara tidak menyetujui pernikahan kami. Dia kembali mengurung diri dan menangis," Jelas pak Berto. Dirga ikut merasa iba mendengar nya.
"Kinara beranggapan jika saya melupakan ibunya. Dia marah dan sangat membenci Rani. Sampai saat ini, Kinara tidak pernah mau menerima ibu tirinya. Namun syukur nya, Rani wanita sangat baik. Dia selalu bersabar dengan tingkah Kinara. Walau kadang tidak di anggap, Rani tetap mengurus Kinara," Tutur pak Berto.
"Jadi untuk itu, tolong di maklumi segala tingkah putri bapak. Dia tidak jahat, hanya saja sikap nya berubah karena melindungi dirinya," Ucap pak Berto pada Dirga.
"Baik pak. Saya akan selalu melindungi nya," Balas Dirga.
"Kau kemari, Kinara berada di mana?," Tanya pak Berto setelah lama bercerita.
"Kinara saya titip kan di perkebunan bersama banyak orang pak. Saya mengajak nya kemari, namun ia menolaknya dengan keras," Jelas Dirga dengan senyuman.
"Tapi dia menitipkan ini untuk bapak," Dirga mengulurkan sebuah plastik pada ayah mertua nya.
"Apa ini?," Tanya pak Berto sambil mengambil plastik tersebut dan membuka nya. Isi plastik tersebut ternyata berisi sebuah sajadah. Melihat hal itu, pak Berto pun tersenyum.
"Lihat, dia selalu diam-diam begini. Tidak mau mengepresikan diri. Dia selalu marah dan dingin tapi dia selalu memperhatikan," Ucap pak Berto. Pak Berto tersenyum senang melihat sejarah yang di berikan oleh putrinya.
"Dia membelinya di mall saat kami kota beberapa hari lalu," Jelas Dirga yang juga tersenyum.
"Sejarah bapak memang sudah sangat lusuh. Bapak tidak punya waktu untuk membelinya karena selalu sibuk. Lagi pula sejarahnya masih bisa di pakai," Ucap pak Berto sambil melihat sejarah yang ia pegang dengan senang. Senang karena itu dari putrinya. Dirga kembali tersenyum.
Kedua nya saling berbincang hingga siang. Setelah beberapa lama berbincang, Dirga pun pamit pergi pada ayah mertua nya untuk kembali pulang kerumah.
* * * * *
Sesampainya di rumah, Dirga mengambil topi dan juga sarung tangan untuk ke perkebunan melihat Kinara di sana. Tujuan nya hanya satu, yaitu untuk menjemput istrinya di sana. Dirga kawatir jika Kinara kepanasan karena ia tidak terbiasa berada di kebun terlalu lama.
Namun, sesampainya di perkebunan, terlihat Istrinya sedang duduk berlingkar bersama banyak lelaki yang merupakan para perkerja di sana. Terlihat Kinara yang sedang serius bermain kartu dan tertawa bersama. Dirga yang melihat hal itu, ia pun berjalan menghampiri istrinya.
"Tuan," Sapa salah satu perkerja yang sedang beristirahat di pondok.
"Sejak kapan ia bermain dan berkumpul di sana?," Tanya Dirga pada salah satu perkerja.
"Sejak tadi, tuan," Jawabnya. Dirga pun berjalan mendekati pondok yang di duduki Kinara dan berdiri di sana.
"Ehem!." Dirga berdehem untuk memberitahu kedatangan nya pada para perkerja yang terlihat tertawa begitu akrab dengan istrinya.
"Tu .tu..tuan," Semua sangat terkejut. Dirga menggunakan insayarat dengan matanya meminta semua yang sedang bermain bubar dan berpindah tempat. Semuanya pun berpindah dan keluar dari pondok.
"Eeh. Kalian mau kemana?, ini belum selesai?," Tanya Kinara yang melihat ke para perkerja yang tiba-tiba pergi. Kinara masih belum menyadari kedatangan suaminya karena ia masih fokus dengan permainan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments