System Level Up+
Cahaya matahari perlahan masuk melalui celah gorden kamar, seorang pria remaja berusia 17 tahun berusaha menutupi wajahnya ketika merasakan sensasi panas yang membakar pipinya.
Kicauan burung mulai terdengar bagaikan irama melodi, kamar yang terlihat gelap itu perlahan mulai menunjukkan sedikit warna, dan laki-laki itu menarik selimutnya agar tubuhnya terblokir dari cahaya.
Bunyi motor yang berlalu lalang perlahan terdengar dari kamarnya, menandakan bahwa orang-orang sudah berangkat untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing di hari itu.
Namun apa yang ingin dilakukan laki-laki di ranjang itu sekarang, adalah melanjutkan mimpi indahnya, berusaha untuk berpura-pura tidak menyadari bahwa hari sudah berubah menjadi esok.
Laki-laki remaja itu adalah Dian, seorang siswa SMA berusia 17 tahun yang saat ini tengah menghadapi ujian akhir tahun untuk kenaikan kelasnya.
Pada saat itu, Dian merasa seolah-olah dia telah bermimpi sangat lama.
Dalam mimpinya, dia diterima di Universitas terbaik di wilayahnya dan mendapat pujian dari orang tuanya.
Dalam mimpinya, dirinya mendapat nilai yang bagus di semua mata pelajaran dan mendapat apresiasi dari guru dan teman-temannya.
Dalam mimpinya, wanita yang disukainya datang kepadanya dan menyatakan perasaan kepadanya, dengan ekspresi senyumannya yang secerah matahari dan menyilaukan.
Dalam mimpinya....
*Tok-Tok-Tok
Seolah-olah tidak mengizinkan, suara ketukan datang tepat ketika Dian akan melanjutkan mimpi indahnya, suara yang ingin ia kutuk agar tidak mengganggunya setiap hari.
Tentu saja, itu adalah suara ketukan yang berasal dari adik tercintanya, adik satu-satunya dan yang paling ia sayangi seumur hidupnya.
"Kakak! ayo bangun! sudah jam 07.00 nih!" Teriak suara yang berasal dari luar pintu.
Mencoba untuk mengabaikan suara itu, Dian tidak bisa. Bukan karena dirinya tidak bisa, bukan. Namun apa yang akan terjadi jika Dian mengabaikannya, dia tidak ingin membayangkannya.
"Iya-iya, aku keluar nih!" Balas Dian.
Mencoba melawan rasa malas dan nafsunya untuk kembali membaringkan badannya di ranjang, Dian berdiri dari tempat tidurnya dan menggosok-gosok matanya hingga memerah.
Dengan mata yang hanya terbuka setengah, Dian berjalan untuk membuka lemari bajunya dan mengeluarkan gantungan baju seragamnya untuk ia pakai nanti, ia juga tidak lupa untuk mengambil parfum, jam, dan lain-lainnya untuk ia pakai.
Kamarnya terbilang cukup kecil, dan karena itu Dian cukup gampang untuk mengambil barang-barang yang ia perlu.
Ia sudah menghapal semua tempat dimana barangnya disimpan, tidak. Lebih tepatnya otaknya sudah di set otomatis untuk mengambil sesuai tempatnya setiap hari.
Membuka pintu kamarnya dan menguap sebagai tanda bahwa ia mengantuk, Dian berjalan menuju lantai pertama dimana bau harum aroma masakan langsung masuk ke dalam hidungnya.
Itu karena Dapur dan ruang makan dirumahnya dijadikan satu dan terletak persis dibawah tangga, rumahnya bisa terbilang kecil dan setiap ruangan mudah dijangkau dari kamarnya.
Suara irama konstan dari pisau yang mengetuk triplet kayu membuat rasa kantuknya sedikit hilang. Ibunya tengah memotong sayuran untuk membuat soup bekal untuk suaminya di kantor nanti.
"Pagi kak, seperti biasa mukamu terlihat seperti ikan mati ketika baru bangun." Ledek adiknya.
Adiknya, bernama Mira. Ia hanya berselisih 2 tahun dari kakaknya. ia saat ini menduduki bangku kelas 10 SMA dan bersekolah di SMA yang sama dengan sekolah Dian saat ini.
Sebenarnya, adiknya tidak berniat untuk bersekolah dengan SMA yang sama dengan kakaknya, namun karena dia telat mendaftar di SMA yang dia ingin, mau tidak mau adiknya harus mendaftar ke SMA kakaknya yang terletak tidak jauh dari rumahnya.
"Pagi juga, ugh.....bau apa ini? Mira, sepertinya kamu harus mandi lagi deh." Balas Dian.
"Huh?! apa maksudmu?!" Mira kesal.
"Kalian berdua, jangan bertengkar di pagi hari oke? Dian, cepat mandi dan sarapan agar tidak telat." Ucap Ibu Dian.
"Baik buuu...." Jawab Dian kepada Ibunya.
Di sebelah kanan dapur, terdapat 1 tembok yang memisahkan kamar mandi dan dapur, tembok itu memiliki panjang kira-kira 2 meter.
Di balik tembok itu, terdapat Kamar mandi kecil yang digunakan oleh seluruh anggota keluarga untuk mandi. Itu hanya diisi dengan 1 kloset, 1 shower, dan gantungan baju yang terletak di belakang pintu.
Persis di depan kamar mandi, terdapat wastafel dan cermin yang digunakan untuk menggosok gigi atau berdandan.
Karena ukuran wastafelnya yang cukup kecil, alat make up dan lain-lain tidak dapat disimpan di atasnya. Hanya sikat gigi, odol, dan gelas untuk cuci mulut.
Karena itu jika Mira atau ibunya ingin berdandan, mereka harus mengambil alat make up di kamar mereka dulu dan mengembalikannya setelahnya, yang membuatnya cukup merepotkan.
Setelah mengambil handuk yang sudah disiapkan ibunya di kursi meja makan, Dian pun berjalan menuju wastafel dan mulai menggosok giginya terlebih dahulu.
Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, Dian langsung pergi menuju kamar mandinya dan menyalakan shower.
Waktu mandi yang diperlukan oleh Dian tidaklah lebih dari 5 menit, dia hanya perlu menutupi seluruh tubuhnya dengan sabun dan sampo, lalu membilasnya dengan cepat. Berbeda dengan adiknya yang memakan kurang lebih 10 menit.
Setelah selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya, Dian kembali ke ruang makan dan mengambil kursi di sebelah adiknya.
Total kursi yang ada diruang makan adalah 4, dua untuk ayah dan ibunya, dan dua lagi untuk Dian dan adiknya.
Ibunya yang melihat kedua anaknya sudah di meja makan, memberikan satu set sarapan berupa roti panggang yang sudah dibalut selai madu dan telor mata sapi setengah matang.
Beliau juga memberikan susu sapi agar kebutuhan kalsium anaknya tercukupi, dan sebotol selai madu apabila anaknya ingin menambahkan selai.
Walaupun sarapan yang diterima Dian dan Mira kurang lebih sama setiap harinya, mereka tidak pernah mengeluh tentang itu. Malahan, mereka bersyukur karena masih bisa sarapan dengan enak.
Keluarganya tidak bisa dibilang kaya ataupun kekurangan. sederhana adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi keluarga Dian.
Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan terkadang menjahit pakaian, sementara ayahnya bekerja sebagai polisi.
Ayahnya kerap mendapat kerja lembur setiap harinya, yang membuat beliau terkadang tidak mengikuti sarapan karena masih tertidur. Walau begitu, Dian dan Mira sama sekali tidak mempersalahkannya.
Setelah selesai sarapan dan mencuci piring mereka masing-masing, Dian dan Mira pergi ke depan pintu rumah untuk memakai sepatu mereka masing-masing.
Tidak lupa untuk berpamitan dengan ibu mereka, Dian lalu menunggu Mira selesai dengan sepatunya karena dia berangkat bersama dengannya.
Itu dikarenakan Mira saat ini berada di SMA yang sama dengannya. Dan karena jarak sekolah dengan rumahnya cukup dekat, Dian tidak perlu menggunakan kendaraan apapun dan hanya berjalan kaki bersama adiknya.
Keluarganya hanya mempunyai 1 motor, dan motor itu digunakan ayahnya untuk bekerja setiap harinya.
Jika ibunya ingin berbelanja, ibunya kerap bangun lebih pagi agar dapat menggunakan motor jika ingin pergi ke pasar. Namun jika hanya berbelanja biasa, ibunya cukup berjalan kaki beberapa meter ke toserba yang berada tidak jauh dari rumah.
Terkadang apabila ibunya sedang sibuk, Dian kerap kali menggantikannya untuk berbelanja. Dan apabila terdapat sisa atau kembalian ketika berbelanja, Dian dipersilahkan untuk menggunakan atau menabung uang jika dia mau.
Saat ini, walau belum terbilang cukup banyak. Dian sudah mempunyai tabungan di rekeningnya, ia mengumpulkannya dari menyisihkan uang jajan dan belanjaan setiap bulannya untuk ia gunakan di masa depan.
Entah itu untuk mendaftar kuliah ataupun membeli motor, Dian pasti akan menggunakan uang itu untuk sesuatu yang dia perlukan. Bukan untuk membuang-buang demi jajan ataupun hal yang tidak berguna, bukan. Namun untuk sesuatu yang membantu dirinya ataupun keluarganya kelak.
"Kalau begitu Bu, Dian sama Mira pergi dulu ya Bu." Salim Dian
"Mira berangkat ya Bu!" Salim Mira.
"Iya, hati-hati di jalan ya. Semangat ujiannya ya kakak." Ucap Ibu.
"Tentu saja Bu!" Balas Dian .
Setelah sekali lagi berpamitan dengan ibunya, Mira dan Dian pun berangkat menuju sekolahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Syas Ann
sejauh ini masih bagus aeritanua,kita bab k dua dlu
2024-01-02
1
Ali Dodikin
dion bagus
2023-09-01
0
「Hikotoki」
sekedar saran
diawal sudah ada kata "bukan" tidak perlu diulangi lagi kata "bukan" diakhir kalimat.
2023-08-19
1