Cahaya matahari perlahan masuk melalui celah gorden kamar, seorang pria remaja berusia 17 tahun berusaha menutupi wajahnya ketika merasakan sensasi panas yang membakar pipinya.
Kicauan burung mulai terdengar bagaikan irama melodi, kamar yang terlihat gelap itu perlahan mulai menunjukkan sedikit warna, dan laki-laki itu menarik selimutnya agar tubuhnya terblokir dari cahaya.
Bunyi motor yang berlalu lalang perlahan terdengar dari kamarnya, menandakan bahwa orang-orang sudah berangkat untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing di hari itu.
Namun apa yang ingin dilakukan laki-laki di ranjang itu sekarang, adalah melanjutkan mimpi indahnya, berusaha untuk berpura-pura tidak menyadari bahwa hari sudah berubah menjadi esok.
Laki-laki remaja itu adalah Dian, seorang siswa SMA berusia 17 tahun yang saat ini tengah menghadapi ujian akhir tahun untuk kenaikan kelasnya.
Pada saat itu, Dian merasa seolah-olah dia telah bermimpi sangat lama.
Dalam mimpinya, dia diterima di Universitas terbaik di wilayahnya dan mendapat pujian dari orang tuanya.
Dalam mimpinya, dirinya mendapat nilai yang bagus di semua mata pelajaran dan mendapat apresiasi dari guru dan teman-temannya.
Dalam mimpinya, wanita yang disukainya datang kepadanya dan menyatakan perasaan kepadanya, dengan ekspresi senyumannya yang secerah matahari dan menyilaukan.
Dalam mimpinya....
*Tok-Tok-Tok
Seolah-olah tidak mengizinkan, suara ketukan datang tepat ketika Dian akan melanjutkan mimpi indahnya, suara yang ingin ia kutuk agar tidak mengganggunya setiap hari.
Tentu saja, itu adalah suara ketukan yang berasal dari adik tercintanya, adik satu-satunya dan yang paling ia sayangi seumur hidupnya.
"Kakak! ayo bangun! sudah jam 07.00 nih!" Teriak suara yang berasal dari luar pintu.
Mencoba untuk mengabaikan suara itu, Dian tidak bisa. Bukan karena dirinya tidak bisa, bukan. Namun apa yang akan terjadi jika Dian mengabaikannya, dia tidak ingin membayangkannya.
"Iya-iya, aku keluar nih!" Balas Dian.
Mencoba melawan rasa malas dan nafsunya untuk kembali membaringkan badannya di ranjang, Dian berdiri dari tempat tidurnya dan menggosok-gosok matanya hingga memerah.
Dengan mata yang hanya terbuka setengah, Dian berjalan untuk membuka lemari bajunya dan mengeluarkan gantungan baju seragamnya untuk ia pakai nanti, ia juga tidak lupa untuk mengambil parfum, jam, dan lain-lainnya untuk ia pakai.
Kamarnya terbilang cukup kecil, dan karena itu Dian cukup gampang untuk mengambil barang-barang yang ia perlu.
Ia sudah menghapal semua tempat dimana barangnya disimpan, tidak. Lebih tepatnya otaknya sudah di set otomatis untuk mengambil sesuai tempatnya setiap hari.
Membuka pintu kamarnya dan menguap sebagai tanda bahwa ia mengantuk, Dian berjalan menuju lantai pertama dimana bau harum aroma masakan langsung masuk ke dalam hidungnya.
Itu karena Dapur dan ruang makan dirumahnya dijadikan satu dan terletak persis dibawah tangga, rumahnya bisa terbilang kecil dan setiap ruangan mudah dijangkau dari kamarnya.
Suara irama konstan dari pisau yang mengetuk triplet kayu membuat rasa kantuknya sedikit hilang. Ibunya tengah memotong sayuran untuk membuat soup bekal untuk suaminya di kantor nanti.
"Pagi kak, seperti biasa mukamu terlihat seperti ikan mati ketika baru bangun." Ledek adiknya.
Adiknya, bernama Mira. Ia hanya berselisih 2 tahun dari kakaknya. ia saat ini menduduki bangku kelas 10 SMA dan bersekolah di SMA yang sama dengan sekolah Dian saat ini.
Sebenarnya, adiknya tidak berniat untuk bersekolah dengan SMA yang sama dengan kakaknya, namun karena dia telat mendaftar di SMA yang dia ingin, mau tidak mau adiknya harus mendaftar ke SMA kakaknya yang terletak tidak jauh dari rumahnya.
"Pagi juga, ugh.....bau apa ini? Mira, sepertinya kamu harus mandi lagi deh." Balas Dian.
"Huh?! apa maksudmu?!" Mira kesal.
"Kalian berdua, jangan bertengkar di pagi hari oke? Dian, cepat mandi dan sarapan agar tidak telat." Ucap Ibu Dian.
"Baik buuu...." Jawab Dian kepada Ibunya.
Di sebelah kanan dapur, terdapat 1 tembok yang memisahkan kamar mandi dan dapur, tembok itu memiliki panjang kira-kira 2 meter.
Di balik tembok itu, terdapat Kamar mandi kecil yang digunakan oleh seluruh anggota keluarga untuk mandi. Itu hanya diisi dengan 1 kloset, 1 shower, dan gantungan baju yang terletak di belakang pintu.
Persis di depan kamar mandi, terdapat wastafel dan cermin yang digunakan untuk menggosok gigi atau berdandan.
Karena ukuran wastafelnya yang cukup kecil, alat make up dan lain-lain tidak dapat disimpan di atasnya. Hanya sikat gigi, odol, dan gelas untuk cuci mulut.
Karena itu jika Mira atau ibunya ingin berdandan, mereka harus mengambil alat make up di kamar mereka dulu dan mengembalikannya setelahnya, yang membuatnya cukup merepotkan.
Setelah mengambil handuk yang sudah disiapkan ibunya di kursi meja makan, Dian pun berjalan menuju wastafel dan mulai menggosok giginya terlebih dahulu.
Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, Dian langsung pergi menuju kamar mandinya dan menyalakan shower.
Waktu mandi yang diperlukan oleh Dian tidaklah lebih dari 5 menit, dia hanya perlu menutupi seluruh tubuhnya dengan sabun dan sampo, lalu membilasnya dengan cepat. Berbeda dengan adiknya yang memakan kurang lebih 10 menit.
Setelah selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya, Dian kembali ke ruang makan dan mengambil kursi di sebelah adiknya.
Total kursi yang ada diruang makan adalah 4, dua untuk ayah dan ibunya, dan dua lagi untuk Dian dan adiknya.
Ibunya yang melihat kedua anaknya sudah di meja makan, memberikan satu set sarapan berupa roti panggang yang sudah dibalut selai madu dan telor mata sapi setengah matang.
Beliau juga memberikan susu sapi agar kebutuhan kalsium anaknya tercukupi, dan sebotol selai madu apabila anaknya ingin menambahkan selai.
Walaupun sarapan yang diterima Dian dan Mira kurang lebih sama setiap harinya, mereka tidak pernah mengeluh tentang itu. Malahan, mereka bersyukur karena masih bisa sarapan dengan enak.
Keluarganya tidak bisa dibilang kaya ataupun kekurangan. sederhana adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi keluarga Dian.
Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan terkadang menjahit pakaian, sementara ayahnya bekerja sebagai polisi.
Ayahnya kerap mendapat kerja lembur setiap harinya, yang membuat beliau terkadang tidak mengikuti sarapan karena masih tertidur. Walau begitu, Dian dan Mira sama sekali tidak mempersalahkannya.
Setelah selesai sarapan dan mencuci piring mereka masing-masing, Dian dan Mira pergi ke depan pintu rumah untuk memakai sepatu mereka masing-masing.
Tidak lupa untuk berpamitan dengan ibu mereka, Dian lalu menunggu Mira selesai dengan sepatunya karena dia berangkat bersama dengannya.
Itu dikarenakan Mira saat ini berada di SMA yang sama dengannya. Dan karena jarak sekolah dengan rumahnya cukup dekat, Dian tidak perlu menggunakan kendaraan apapun dan hanya berjalan kaki bersama adiknya.
Keluarganya hanya mempunyai 1 motor, dan motor itu digunakan ayahnya untuk bekerja setiap harinya.
Jika ibunya ingin berbelanja, ibunya kerap bangun lebih pagi agar dapat menggunakan motor jika ingin pergi ke pasar. Namun jika hanya berbelanja biasa, ibunya cukup berjalan kaki beberapa meter ke toserba yang berada tidak jauh dari rumah.
Terkadang apabila ibunya sedang sibuk, Dian kerap kali menggantikannya untuk berbelanja. Dan apabila terdapat sisa atau kembalian ketika berbelanja, Dian dipersilahkan untuk menggunakan atau menabung uang jika dia mau.
Saat ini, walau belum terbilang cukup banyak. Dian sudah mempunyai tabungan di rekeningnya, ia mengumpulkannya dari menyisihkan uang jajan dan belanjaan setiap bulannya untuk ia gunakan di masa depan.
Entah itu untuk mendaftar kuliah ataupun membeli motor, Dian pasti akan menggunakan uang itu untuk sesuatu yang dia perlukan. Bukan untuk membuang-buang demi jajan ataupun hal yang tidak berguna, bukan. Namun untuk sesuatu yang membantu dirinya ataupun keluarganya kelak.
"Kalau begitu Bu, Dian sama Mira pergi dulu ya Bu." Salim Dian
"Mira berangkat ya Bu!" Salim Mira.
"Iya, hati-hati di jalan ya. Semangat ujiannya ya kakak." Ucap Ibu.
"Tentu saja Bu!" Balas Dian .
Setelah sekali lagi berpamitan dengan ibunya, Mira dan Dian pun berangkat menuju sekolahnya.
Setelah berangkat dari rumahnya dan berjalan selama kurang lebih 5 menit, Dian pun sampai di depan sekolahnya, Ia pun berpisah dengan adiknya setelah memasuki gerbang sekolah.
Itu karena kelas Mira berada di gedung A, dan kelas Dian berada di gedung B.
Gedung A adalah tempat dimana kelas 10 berada, dan gedung B adalah tempat dimana kelas 11-12 berada.
Sebenarnya, semua kelas dulunya dijadikan satu di dalam satu gedung, namun karena saat itu pernah terjadi kebakaran dan banyak kelas yang rusak, sekolah terpaksa membuat gedung baru dimana ruang kelas 10 dibuat kembali.
Kantin dan UKS pun juga dibuat di gedung baru, itu dikarenakan murid kelas 10 perlu berjalan cukup jauh untuk menuju kantin di gedung lama.
Tentu saja fasilitas di gedung A jauh lebih bagus dan baru dibandingkan gedung B, Toiletnya pun masih bersih dan catnya masih baru. Itu belum lama dibangun sekitar satu setengah tahun lalu.
Namun untuk ukuran dan besar, gedung B masihlah jauh lebih luas dibandingkan gedung A, itu karena populasi di gedung B jauh lebih besar dibandingkan gedung A.
Untuk lapangan, hanya terdapat 1 dan itu terletak di tengah-tengah sekolah. Upacara dan kegiatan olahraga dilaksanakan di sana dan dipakai oleh seluruh angkatan kelas.
*****
Berjalan dengan santainya menuju ruang kelasnya yang terletak di lantai 2 gedung sekolahnya, Dian tiba-tiba dikejutkan dengan suara bel masuk yang
berbunyi.
Dian pun secara reflek langsung mencepatkan langkahnya, walau ia tahu ia tidak akan telat karena sudah melewati gerbang.
Setelah berjalan selama kurang lebih 30 detik, Dian sampai di depan ruang kelasnya dimana para murid sudah mulai masuk untuk segera melaksanakan ujian.
Ia pun segera menyusul masuk dan mengambil duduk sesuai nomor kartu ujiannya
Dian juga tidak lupa untuk mengambil peralatan tulisnya, dan menaruh tasnya di bawah papan tulis.
"Baiklah, karena semuanya sudah masuk, mari kita segera mulai ujiannya." Ucap pengawas ujian.
Setelah menutup pintu kelas, Pengawas ujian segera membagikan soal dan lembar jawaban kepada setiap peserta ujian.
Posisi tempat duduk Dian berada di belakang pojok kiri ruangan, Dian adalah orang terakhir yang diberi soal dan lembar jawab.
Setelah semuanya selesai diberi soal dan lembar jawaban ujian, 10 detik kemudian bel pertanda ujian dimulai pun berbunyi.
Semua murid termasuk Dian pun segera membuka soal untuk segera memulai mengerjakan.
"Eh? Ini..."
Setelah membuka lembar soalnya, Dian langsung merasa terkejut setelah melihat mata pelajarannya
Itu karena jadwal pelajaran yang ia kira hari ini akan muncul yaitu Ilmu sosial dan Fisika, ternyata adalah Matematika dan Bahasa Inggris.
"Duh, gimana nih...malah salah belajar lagi, ck." Gumam Dian.
Dian adalah orang yang berniat untuk mengikuti program beasiswa agar dapat bersekolah di universitas impiannya. Hal yang diperlukan untuk mengikuti program itu salah satunya adalah dengan mendapat nilai bagus di setiap mata pelajaran.
Dian sebenarnya bukanlah orang yang pintar ataupun jenius, dia adalah orang dengan standar belajar rata-rata dan nilai rata-rata juga. Karena itu nilai jelek akan sangat berdampak bagi nilai Dian.
Ujian yang Dian ikuti kali ini adalah ujian kenaikkan kelas, dan termasuk salah satu ujian yang paling mempengaruhi nilai rapot akhir yang akan ia terima sebelum mendaftar kuliah.
Maka dari itu Dian aslinya berniat untuk mendapat nilai maksimal di ujian kenaikan ini, namun baru saja masuk ke hari 2 ujian, Dian sudah tertimpa kesialan dimana ia salah melihat jadwal.
"Hadehhh, sial-sial.." Keluh Dian pelan.
Dian pun dengan pasrah hanya bisa menghela napas dan mulai menulis nama di lembar jawabnya sebelum memulai menjawab soalnya dengan jawaban seadanya.
[Target ditemukan...mengikat Host...sistem Peningkatan Ilahi berhasil diikat ke Host]
"?!"
Dian tiba-tiba mendengar suara aneh keras di dekatnya. Ia pun reflek memutar kepalanya untuk melihat apakah ada yang berbicara padanya.
"A-apa itu tadi? Suara barusan..." Dian bingung karena di sekitarnya hanya ada murid yang fokus ke ujian mereka.
Tidak ada satupun murid yang bereaksi terhadap suara itu kecuali dirinya, Dian pun menggaruk kepalanya sekali dan kembali melihat ke lembar jawabnya.
"Apa aku cuman menghayal? Mungkin aku masih mengantuk..." Pikir Dian.
Dian pun sekali lagi kembali menulis nama dan nomor absen di lembar jawabnya, ia mencoba untuk tidak memikirkan kejadian tadi dan menganggap itu hanya halusinasi belaka.
Setelah selesai menulis nama dan absennya, Dia langsung melihat ke soal nomor 1 di lembar soalnya. Tentu saja, Dian sama sekali tidak tahu cara mengerjakannya.
Namun 5 detik setelah Dian melihatnya, pada saat yang sama, suara tadi terdengar di benaknya sekali lagi...
[Ding! Menganalisis soal matematika... Kemampuan matematika ditingkatkan +1, Peningkatan saat ini (1/10), Level kemampuan : 'Rendah']
Dian melebarkan matanya tidak percaya dengan apa yang dia lihat, meskipun dia sama sekali tidak mengerti soal di bawahnya sebelumnya, tiba-tiba dia merasa seperti mengerti cara pengerjaannya.
Dia merasa seolah-olah, dia menghapal banyak rumus matematika di dalam kepalanya.
Dian pun mengambil lembar coretannya yang terletak di belakang lembar jawabannya, dan mulai menghitung sesuai rumus yang dia tahu di kepalanya.
Dan setelah mengerjakannya selama 10 detik, Dian menemukan jawabannya.
"I-ini..."
Seperti keajaiban, Dian berhasil menjawab soal matematika dengan mudahnya.
Ia padahal tidak belajar sama sekali sebelumnya, namun dia merasa dia tau betul rumus yang diperlukan di kepalanya.
Tanpa berpikir panjang, Dian langsung menuju ke soal berikutnya.
Sama seperti sebelumnya, Dian langsung tahu cara pengerjaannya dengan mudah.
Dengan begitu, Dian mulai menyelesaikan soal demi soal...
[Ding! Kemampuan Matematika +1...]
[Ding! Kemampuan Matematika +1...]
[Ding! peningkatan saat ini : 7/50, kemampuan matematika ditingkatkan ke level menengah]
Mengalir seperti air, Dian mengerjakan soalnya tanpa perlu berpikir keras seperti yang biasanya ia lakukan.
Kemampuan motoriknya dengan cepat berjalan setiap kali ia melihat soal tanpa perlu berpikir, Dian merasa seolah-olah soal dihadapannya saat ini sangatlah mudah, itu karena rumus setiap soal terlihat jelas di benaknya.
Dalam waktu kurang dari 10 menit, dengan total 50 soal pilihan ganda, Dian berhasil menyelesaikan soalnya paling awal daripada teman-temannya yang masih berpikir keras.
"K-kenapa terasa sangat mudah ya?" Pikir Dian dalam hatinya.
Dian tidak tahu pasti apa yang terjadi padanya barusan, namun setelah dia mendengar suara aneh itu di kepalanya, dia merasa seperti mendapat penglihatan ilahi dari surga.
1 jam dengan cepat berlalu, bel yang menandakan ujian pertama sudah selesai pun berbunyi.
"Baiklah semua, silahkan angkat tangan kalian dari atas meja, dan keluar dari ruangan dengan tertib. Ujian selanjutnya akan di mulai 10 menit kemudian." Ucap Pengawas ujian.
Masih berpikir keras tentang yang terjadi pada dirinya, Dian keluar dari kelasnya dengan percaya diri bahwa ujian matematikanya kali ini akan mendapat nilai sempurna.
[Ding! Menganalisis soal bahasa inggris..Kemampuan Bahasa inggris ditingkatkan +1, peningkatan saat ini (1/10), level kemampuan : 'Rendah'
Sama seperti sebelumnya, kali ini Dian merasa seolah-olah kepalanya dipenuhi dengan kamus bahasa inggris.
Tanpa disadari bibirnya melengkung ke atas, merasa sangat bahagia bahwa dirinya bisa mengerjakan soal yang bahkan sama sekali tidak ia pelajari sebelumnya.
Padahal tadinya, Dian merasa panik karena salah dalam mengingat jadwal. Namun setelah mendengar suara aneh tadi, Dian merasa dirinya benar-benar berubah menjadi orang jenius dalam sekejap.
Hal yang ia perlukan hanyalah melihat soal sejenak, lalu sebuah jawaban dengan otomatis langsung muncul di kepalanya dan dia hanya perlu menyilang jawaban tersebut.
Hanya kurang dari 10 menit setelah ujian bahasa inggris dimulai, Dian pun sudah mengerjakan semua soalnya dengan rapih.
Dia juga tidak merasa gugup seperti sebelumnya. Malahan, Dian merasa kali ini nilainya akan cukup bagus tanpa perlu ia mengoreksi jawabannya sama sekali.
Mengingat hal ini, Dian yakin jika dirinya mencoba ke semua mata pelajarannya. Dia akan memahami semua isi materi dari mata pelajarannya tanpa perlu bersusah payah belajar.
Bahkan mungkin jika dirinya mau, dia bisa mempelajari buku mata pelajaran kuliah dan menjadi lebih pintar lagi.
Setelah membayangkan hal itu dikepalanya, tanpa sadar bel akhir ujian ke dua pun berbunyi. Para murid langsung merapikan alat tulis mereka dan membawa tas mereka keluar dari ruangan.
Dian pun langsung pergi menuju gerbang sekolah tanpa pikir panjang, dikarenakan dirinya sudah tidak sabar mencoba kemampuannya lebih banyak lagi.
Berhubung adiknya juga masih lama keluar dari sekolahnya, Dian punya banyak waktu luang di dalam kamarnya untuk mengeksplor lebih banyak lagi.
Dia juga tidak perlu khawatir akan diminta untuk belanja oleh ibunya, karena barusan saja kemarin ibunya berbelanja.
Dengan berlari dari sekolah ke rumahnya, Dian pun sampai hanya dalam waktu 2 menit, ia langsung naik ke tangga setelah menyapa ibunya yang sedang menjahit, dan mengunci pintunya agar tidak ada yang menganggu.
Ia lalu mengeluarkan semua buku mata pelajarannya satu per satu, dan membukanya untuk membacanya.
[Ding! Menganalisis buku paket bahasa Indonesia..Kemampuan Bahasa Indonesia ditingkatkan +1, peningkatan saat ini (1/10), level kemampuan : 'Rendah'
[Ding! Menganalisis buku paket sejarah..Kemampuan memahami sejarah ditingkatkan +1, peningkatan saat ini (1/10), level kemampuan : 'Rendah'
[Ding! Menganalisis buku paket ekonomi..Kemampuan berekonomi ditingkatkan +1, peningkatan saat ini (1/10), level kemampuan : 'Rendah'
[Ding! Menganalisis buku paket biologi...Pemahaman biologi ditingkatkan +1, peningkatan saat ini (1/10), level kemampuan : 'Rendah'
[Ding! Menganalisis buku paket Sosiologi.. Pemahaman sosiologi ditingkatkan +1, peningkatan saat ini (1/10), level kemampuan : 'Rendah'
Dian membalikkan bukunya satu per satu, dan setiap suara itu muncul di dalam kepalanya, Dian merasa dirinya sudah sepenuhnya memahami satu lembar halaman bacaan tanpa perlu dia benar-benar baca sama sekali.
Semua informasi yang berada di satu halaman secara otomatis muncul di dalam kepalanya, setiap Dian membalikkan halamannya, sebuah notifikasi sistem muncul di depannya.
"Hehehe....dengan ini, harusnya aku tidak perlu bersusah payah belajar lagi kan?" Dilan tersenyum puas sambil terus membalikkan halaman bukunya satu per satu.
Dalam waktu yang singkat, kemampuanya dalam berbagai mata pelajaran telah ditingkatkan ke 'level menengah' dengan mudah.
Dian tidak perlu bersusah payah lagi mempelajari apapun sekarang. Hanya perlu melihat dan dia akan paham dengan sendirinya,
Setelah membaringkan badannya di ranjangnya karena kelelahan, Dian baru sadar bahwa disekitarnya terdapat panel hologram berwarna biru yang bertuliskan teks sesuai dengan yang ia dengar di kepalanya barusan.
Ia tidak terkejut dengan panel hologram itu, semua kejadiaan gila yang ia alami hari ini sudah cukup untuk membuatnya terkejut.
Dian mencoba untuk menyentuh panel itu, namun ia tidak bisa. Lalu setelah ia membiarkannya selama beberapa detik, panel itu secara otomatis menghilang sendiri satu per satu.
Dian pun mengingat sebuah cerita dari komik yang dulu pernah ia baca sewaktu kecil, sebuah cerita tentang manusia yang mendapatkan kemampuan bernama 'sistem' yang membuat dirinya mempunyai kekuatan seperti cheat.
Karena penasaran, Dian pun akhirnya mencari komik itu untuk membacanya ulang. Dian menemukan komik itu dilaci lemari belajar yang sudah lama tidak dia buka.
Dian pun mengambil komik itu, dan tercantup judul : 'Partner System'. Dian langsung membuka komik itu dan membacanya satu per satu.
Anehnya, kali ini tidak ada suara ataupun notifikasi pop up yang muncul lagi, Dian mengabaikan fakta itu dan terus membaca komiknya hingga selesai.
Setelah selesai, akhirnya Dian menyadari jika dirinya sama dengan karakter yang ada di dalam komik itu, yaitu mendapat sebuah kekuatan cheat bernama sistem.
Bedanya, kemampuan cheat yang didapatkan Dian ini sepertinya bukan seperti sistem yang membuat dirinya kaya atau bagaimana, namun sebuah peningkatan kemampuan edukatif atau motoriknya.
Tetap saja, itu saja sudah cukup untuk dibilang cheat karena berada di luar akal sehat manusia, dimana seseorang dapat memahami isi dari satu buku dengan hanya melihat tanpa membaca.
"Jadi begitu, ya. Namun tetap saja, apa yang membuatku mendapat sistem ini? apakah aku memakan sesuatu seperti yang aku baca di komik tadi?" Pikir Dian.
Dian penasaran tentang bagaimana dia bisa mendapatkan sistem, namun sesaat setelah dia mulai memikirkannya, sebuah suara datang dari luar kamarnya.
"Kakak! sini bantu ibu masak!" Panggil ibunya dari bawah.
Mendengar ibunya memanggilnya, Dianlangsung segera melepas seragamnya untuk menggantinya dengan pakaian rumah dan pergi menuju lantai bawah.
"Diandi sini bu, mau diminta bantu apa bu?" Tanya Dion.
Ibu Dianyang melihat anaknya berada di belakangnya, memberi Dianpisau dan menunjuk ke arah sayur di ranjang plastik. "Tolong potong semua sayurnya ya." Pinta Ibu Dion.
Dianpun mengangguk dan menerima pisau dari ibunya, ia lalu mengambil ranjang berisi sayuran itu dan menaruhnya dekat dengan taplak kayu untuk ia potong.
Namun, saat Dianmulai mengiris sayurnya. suara sistem terdengar lagi. [Ding! Kegiatan memotong terdeteksi! kemampuan memotong +1 peningkatan saat ini (1/10) level kemampuan : 'Rendah']
Mendengar suara sistemnya lagi, Dianmerasakan jika potongan ia lakukan menjadi lebih tepat dan akurat. Ia pun reflek tersenyum karena kegirangan.
[Ding! Kemampuan memotong +1]
[Ding! kemampuan memotong +1]
[Ding! Level kemampuan memotong ditingkatkan ke level menengah! peningkatan saat ini (4/50)]
"Tak-tak-tak-tak." Suara potongan yang dilakukan Dianberirama dengan konstan seperti metronom.
Di sisi lain, ibunya yang mendengar suara potongan anaknya sangatlah halus, menengok dan terkejut karena potongan anaknya bisa sangatlah rapih bahkan melebihi dirinya.
"Kapan anak ini belajar memotong?" Pikir Ibunya dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!