Chapter 8 : Lupa

Tepuk tangan meriah menyambut Dian yang telah memenangkan lomba.

Para juri pun juga bertepuk tangan dan bahkan memberi selamat kepada Dian secara langsung.

Dian sebenarnya belum pernah memenangkan sebuah lomba sebelumnya, maka dari itu ia senang karena telah memenangkan lomba ini sekaligus mendapat hadiah. Walau dibantu oleh kemampuan sistem.

Panitia acara menanyakan rekening bank Dilan setelahnya, dan nominal sebesar 1 juta rupiah pun telah di transfer ke rekeningnya.

Bagi Dian, hadiah sebesar 1 juta rupiah sudah cukup besar untuk ia dapatkan dengan mudah, itu dapat digunakan untuk berbagai keperluan hal yang nantinya ia perlukan.

Hari sudah berubah menjadi sore, dan Dian sedikit lupa dengan hal yang sebenarnya ingin ia lakukan.

"Oh ya, kertas Manila sama lem! Sial, aku lupa." Keluh Dian.

Dian pun langsung segera berlari dari tempat lomba menuju ke toserba di sebelah kanannya.

Ia sempat di kerumuni orang-orang untuk bertanya padanya, namun Dian mengabaikan itu dan mengatakan bahwa dirinya sedang terburu-buru saat ini.

"Selamat datang." Ucap kasir toserba.

Untungnya, di dalam toserba saat ini cenderung sepi, Dian bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

Setelah memasuki toserba, Dian berlari menuju rak dimana kertas Manila berada, setelah itu dia langsung membeli kertas Manila berwarna biru yang diminta Mira sebelumnya, dia mengambil sebanyak 4 kertas agar tidak kekurangan dan setelahnya dia langsung berlari menuju rak lem untuk mengambil 2 lem juga.

"Totalnya 13.000 kak." Beritahu kasir toserba.

"Bayarnya menggunakan digital ya kak." Ucap Dian.

"Oh iya ka, silahkan tinggal scan saja barcode di bawah ini.." Pandu Kasir toserba.

*Tit

Setelah melihat bahwa pembayaran berhasil, Dian langsung membawa plastik berisi belanjaannya dan berlari ke luar toserba menuju rumahnya.

Ia lalu melihat ke arah jamnya untuk mengecek waktu saat ini.

"Udah jam 2 lebih? Sial! Mira pasti bakal ngomel-ngomel nih.." Pikir Dian.

Dian mencepatkan larinya menuju sekolahnya, untungnya jaraknya tidak terlalu jauh dari toserba.

...----------------...

Setelah sampai di depan gerbang sekolahnya, Dian pun langsung memberitahu Mira di Whatsupp bahwasannya dia telah di depan gerbang sekolah.

Mira pun datang tidak lama kemudian dengan wajah yang terlihat kesal

"Kakak lambat! Masa beli kertas Manila sama lem doang sampe 1 jam lebih sih?!" Bentak Mira.

"Iya-iya maaf deh, tadi ada urusan jadinya sedikit telat..." Dian mencoba memberitahu.

"Ya walau ada urusan harusnya Mira yang lebih diprioritasin dong, kan Mira duluan yang minta tolong sama kakak." Keluh Mira.

"Iya Kakak minta maaf ya, nanti kakak beliin es krim deh buat Mira.." Ucap Dian meminta maaf

"Beneran loh ya! Awas aja kalau sampe bohong!" Mira mengambil tas plastik di tangan Dian dengan kasar dan membalikkan badannya dengan kesal.

Ia pun meninggalkan Dian dan berlari menuju gedung sekolah.

"Hadehhh...sekarang harus balik lagi ke toserba buat beliin es krim deh." Ucap Dian.

Saat memikirkan tentang membeli es krim, Dian langsung mengingat sesuatu dari benaknya.

"Oh iya, kalau ga salah di sekitar sini ada toko es krim kan? dulu kayaknya Anna pernah ngasih tahu deh.." Pikir Dian.

Anna adalah teman sekolah sekaligus teman masa kecil Dian. Mereka dulunya sering bermain bersama namun akhir-akhir ini jarang bertemu. Itu dikarenakan mereka berada di kelas yang berbeda saat ini.

Dian mengingat perkataan Anna saat upacara masuk sekolah bahwa katanya ada tempat yang sudah menjual es krim cukup lama di sini. Dian masih mengingat lokasi yang diberitahukan kepadanya.

"Yaudah deh, sekali-kali coba beli di tempat lain apa ya?" Pikir Dian.

Sambil mengingat-ngingat, Dian pun berjalan menuju arah yang dulu Anna beritahukan.

...----------------...

Setelah berjalan selama 5 menit, Dian menemukan sebuah plang nama kayu bertuliskan "eskrim gunung" yang sudah terlihat cukup tua.

Tempat itu sendiri terlihat cukup kecil dan sepi pengunjung saat ini.

Dian pun berjalan masuk ke dalamnya untuk melihat apakah toko itu masih menjual hingga sekarang.

"Permisi." Ucap Dian

Setelah masuk, Dian disuguhi dengan pemandangan stiker yang menempel di dinding dan sebuah Freezer kecil yang menyimpan berbagai es krim di dalamnya.

Ia juga melihat sebuah kulkas yang menjual berbagai minuman dingin di dalamnya, yang terlihat sudah cukup tua.

"Ah, ada pelanggan ya?." Ucap pemilik toko.

Setelah mendengar bahwa ada suara di bagian kasir, Dian pun langsung memutar kepalanya untuk melihat.

Di sana, terlihat seorang nenek-nenek berumur sekitar 70-an yang sedang tersenyum lembut ke arah Dian.

"Ah iya, Bu. Saya sedang ingin membeli es krim untuk adik saya..." Ucap Dian.

"Oh gitu ya? Udah cukup lama sejak terakhir ada pelanggan yang ingin membeli es krim...es krim di sini semuanya saya dan cucu saya yang bikin loh.." Beritahu pemilik toko.

"Ah begitu ya? Pantes saja saya lihat-lihat eskrim di sini seperti berbeda dengan yang ada di toserba.." Balas Dian.

"Es krim di sini lezat dan cukup sehat loh, harganya juga murah. Kalau mau silahkan dicoba dulu buat mencoba.." Tawar pemilik toko.

"Terima kasih Bu, namun tidak usah. Saya hanya ingin membelikan es krim untuk adik saya doang kok." Tolak Dian dengan halus.

"Ohh begitu? kalau gitu silahkan dipilih mas." Ucap pemilik toko.

"Oke Bu." Balas Dian.

Dian pun membuka freezer dan melihat berbagai es krim di dalamnya.

Semuanya murni buatan sendiri, ada yang rasa stroberi, coklat, dan lemon.

Karena Dian tahu bahwa Mira menyukai rasa stroberi, Dian pun mengambil 1. Dia juga mengambil rasa coklat dan lemon masing-masing 1 hitung-hitung untuk membelikan untuk orang tuanya sekaligus membantu pemilik toko.

"Ini Bu yang ingin saya beli." Ucap Dian.

Pemilik toko mengambil plastik untuk memasuki belanjaan Dian satu persatu. "Totalnya 6000 mas." Ucap pemilik toko.

"Di sini tidak menyediakan pembayaran non-tunai ya Bu?" Tanya Dian.

"Iya mas, maaf ya. karena toko ini cukup tua, jadinya cuman memakai tunai." Ucap Pemilik toko.

"Begitu ya. Kalau begitu ini Bu, 10.000. kembaliannya disimpan aja ya Bu." Ucap Dian.

"Oh gitu ya. Terima kasih ya mas." Ucap pemilik toko.

Setelah selesai membeli es krim, Dian pun berpamitan dengan pemilik toko dan berjalan balik menuju rumahnya.

Tempat es krim itu berada di gang yang cukup gelap.

Karena ibunya biasa mengatakan bahwa gang seperti itu berbahaya, biasanya Dian tidak berani menggunakan jalan itu.

Namun karena sekarang adalah siang hari, dan dia memiliki sistem dalam dirinya, Kepercayaan dirinya tanpa sadar meningkat. Dian berjalan cukup santai tanpa ada rasa khawatir dalam dirinya.

Jika ini malam hari, karena lampu dalam gang itu banyak yang rusak dan belum diperbaiki, mungkin akan terlihat gelap gulita. Bahkan di siang hari sudah cukup gelap, Orang-orang tidak akan bisa melihat apapun di depan dan sekitar mereka.

Di tengah perjalanan menuju rumahnya, sebuah suara datang dari dalam gang itu. Suara wanita yang berteriak. "Tolong!"

Terpopuler

Comments

Izhar Assakar

Izhar Assakar

apalh jam 2 lebih itu sdah di bisa sebut sore,,,?????

2023-12-18

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjuuutt Thor 😛😀💪👍👍👍

2023-08-08

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Siapa... tuuuhh...yang minta tolong ?? bantuin dong Dian. !! 🤔🙄😠😡💪👍👍

2023-08-08

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Keluarga Sederhana
2 Chapter 2 : Mendapat Sistem
3 Chapter 3 : Memperoleh Exp! Tingkat Kemahiran ditingkatkan!
4 Chapter 4 : Rasa Ini?!
5 Chapter 5 : Lomba Berhadiah!
6 Chapter 6 : Lomba Memasak Babak 2
7 Chapter 7 : Babak Final
8 Chapter 8 : Lupa
9 Chapter 9 : Seorang perempuan dan ketiga berandalan
10 Chapter 10 : Aku mengenalnya
11 Chapter 11 : Senyuman Mematikan
12 Chapter 12 : Tamu yang mengejutkan
13 Chapter 13 : Ajakan dan Angka yang Fantastis
14 Chapter 14 : Coba Buatkan
15 Chapter 15 : Bau Yang Menggoda
16 Chapter 16 : Stok Habis! Penghasilan Yang Menakjubkan!
17 Chapter 17 : Rekening Bank
18 Chapter 18 : Membeli Motor
19 Chapter 19 : Motor Siapa Itu?
20 Chapter 20 : Rencana Beasiswa
21 Chapter 21 : Paman Casey
22 Chapter 22 : Tantangan Mengejutkan
23 Chapter 23 : Ding! Ding! Ding!
24 Chapter 24 : Bertani
25 Chapter 25 : Pasar Tirta
26 Chapter 26 : Wanto
27 Chapter 27 : Membeli Peternakan
28 Chapter 28 : Deal Pertama
29 Chapter 29 : +1 Peternakan
30 Chapter 30 : Membeli Transportasi
31 Chapter 31 : Fendy
32 Chapter 32 : Sunbright Supplier
33 Chapter 33 : Kemampuan Berkendara+1
34 Chapter 34 : Rencana Licik
35 Chapter 35 : Segitu Doang? Lemah
36 Chapter 36 : Senyuman Puas Hakiki
37 Chapter 37 : Gangguan lainnya
38 Chapter 38 : Jangan-jangan...
39 Chapter 39 : Permanent Partnership
40 Chapter 40 : Jamuan
41 Chapter 41 : Kenyataan yang tidak terduga
42 Chapter 42 : Senyuman Licik
43 Chapter 43 : Plan Kedepan Dan Telepon
44 Chapter 44 : Perbuatan Yang Keterlaluan
45 Chapter 45 : Perayaan dan Rasa Khawatir
46 Chapter 46 : Masuk ke dalam
47 Chapter 47 : Pembalasan Dian
48 Chapter 48 : Cerita yang sebenarnya
49 Chapter 49 : Ayah dan Anak
50 Chapter 50 : Rencana
51 Chapter 51 : Negosiasi dan Telepon Kepanikan
52 Chapter 52 : Protes dan Mafia?
53 Chapter 53 : Dian dan rencana mengenai Mafia
54 Chapter 54 : Melunasi Hutang, Beatrice Bergabung Dalam Tim
55 Chapter 55 : Membuat Jaringan Mafia, Tanggerang.
56 Chapter 56 : Membentuk Otot
57 Chapter 57 : Transformasi Dian menjadi Pria Sejati
58 Chapter 58 : Persiapan
59 Chapter 59 : Joy
60 Chapter 60 : Ala Karte
61 Chapter 61 : Rencana Dian
62 Chapter 62 : Uang adalah kekuatan
63 Chapter 63 : Informasi Valid
64 Chapter 64 : Pistol yang menempel di Dahi
65 Chapter 65 : Dian dan Ketakutan Roy
66 Chapter 66 : Dian menjadi pemimpin tertinggi White Boys
67 Chapter 67 : Perkembangan dan Berita Mengejutkan
68 Chapter 68 : Penawaran Maria
69 Chapter 69 : Rencana pembuatan Kasino
70 Chapter 70 : Bisnis Casino dan Badai baru
71 Chapter 71 : Kerusuhan di Kasino
72 Chapter 72 : Rose
73 Chapter 73 : Yeremiah dan Pengkhianatan
74 Chapter 74 : Perlawanan
75 Chapter 75 : Deklarasi Perang
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Chapter 1 : Keluarga Sederhana
2
Chapter 2 : Mendapat Sistem
3
Chapter 3 : Memperoleh Exp! Tingkat Kemahiran ditingkatkan!
4
Chapter 4 : Rasa Ini?!
5
Chapter 5 : Lomba Berhadiah!
6
Chapter 6 : Lomba Memasak Babak 2
7
Chapter 7 : Babak Final
8
Chapter 8 : Lupa
9
Chapter 9 : Seorang perempuan dan ketiga berandalan
10
Chapter 10 : Aku mengenalnya
11
Chapter 11 : Senyuman Mematikan
12
Chapter 12 : Tamu yang mengejutkan
13
Chapter 13 : Ajakan dan Angka yang Fantastis
14
Chapter 14 : Coba Buatkan
15
Chapter 15 : Bau Yang Menggoda
16
Chapter 16 : Stok Habis! Penghasilan Yang Menakjubkan!
17
Chapter 17 : Rekening Bank
18
Chapter 18 : Membeli Motor
19
Chapter 19 : Motor Siapa Itu?
20
Chapter 20 : Rencana Beasiswa
21
Chapter 21 : Paman Casey
22
Chapter 22 : Tantangan Mengejutkan
23
Chapter 23 : Ding! Ding! Ding!
24
Chapter 24 : Bertani
25
Chapter 25 : Pasar Tirta
26
Chapter 26 : Wanto
27
Chapter 27 : Membeli Peternakan
28
Chapter 28 : Deal Pertama
29
Chapter 29 : +1 Peternakan
30
Chapter 30 : Membeli Transportasi
31
Chapter 31 : Fendy
32
Chapter 32 : Sunbright Supplier
33
Chapter 33 : Kemampuan Berkendara+1
34
Chapter 34 : Rencana Licik
35
Chapter 35 : Segitu Doang? Lemah
36
Chapter 36 : Senyuman Puas Hakiki
37
Chapter 37 : Gangguan lainnya
38
Chapter 38 : Jangan-jangan...
39
Chapter 39 : Permanent Partnership
40
Chapter 40 : Jamuan
41
Chapter 41 : Kenyataan yang tidak terduga
42
Chapter 42 : Senyuman Licik
43
Chapter 43 : Plan Kedepan Dan Telepon
44
Chapter 44 : Perbuatan Yang Keterlaluan
45
Chapter 45 : Perayaan dan Rasa Khawatir
46
Chapter 46 : Masuk ke dalam
47
Chapter 47 : Pembalasan Dian
48
Chapter 48 : Cerita yang sebenarnya
49
Chapter 49 : Ayah dan Anak
50
Chapter 50 : Rencana
51
Chapter 51 : Negosiasi dan Telepon Kepanikan
52
Chapter 52 : Protes dan Mafia?
53
Chapter 53 : Dian dan rencana mengenai Mafia
54
Chapter 54 : Melunasi Hutang, Beatrice Bergabung Dalam Tim
55
Chapter 55 : Membuat Jaringan Mafia, Tanggerang.
56
Chapter 56 : Membentuk Otot
57
Chapter 57 : Transformasi Dian menjadi Pria Sejati
58
Chapter 58 : Persiapan
59
Chapter 59 : Joy
60
Chapter 60 : Ala Karte
61
Chapter 61 : Rencana Dian
62
Chapter 62 : Uang adalah kekuatan
63
Chapter 63 : Informasi Valid
64
Chapter 64 : Pistol yang menempel di Dahi
65
Chapter 65 : Dian dan Ketakutan Roy
66
Chapter 66 : Dian menjadi pemimpin tertinggi White Boys
67
Chapter 67 : Perkembangan dan Berita Mengejutkan
68
Chapter 68 : Penawaran Maria
69
Chapter 69 : Rencana pembuatan Kasino
70
Chapter 70 : Bisnis Casino dan Badai baru
71
Chapter 71 : Kerusuhan di Kasino
72
Chapter 72 : Rose
73
Chapter 73 : Yeremiah dan Pengkhianatan
74
Chapter 74 : Perlawanan
75
Chapter 75 : Deklarasi Perang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!