Chapter 19 : Motor Siapa Itu?

Sebelum ke rumah, Dian mampir dulu ke toko helm terdekat.

Ia membeli helm IRC seharga 150.000 yang merupakan harga standar. tahan banting dan tahan lama.

Bagaimanapun juga, menaiki motor harus memiliki helm, dan juga seharusnya SIM agar terhindar dari surat tilang. Untungnya, Dian sudah pernah mengambil ujian SIM dan berhasil mendapatkannya sebelumnya.

Setelah membeli helm, Dian langsung menancapkan gas menuju rumahnya. Jamnya sekarang sudah menunjukkan angka 4 dan seharusnya ayahnya akan pulang sebentar lagi.

Dian memarkirkan motornya di garasi rumahnya yang kosong, dan turun dari motornya serambi membawa helm nya ke dalam.

"Dian pulang..." Ucap Dian serambi membuka pintu rumahnya.

Setelah memasuki rumahnya dan sampai ke dapur. Mira adiknya sedang disana sambil mengerjakan pr sekolahnya di meja makan

"Ah, selamat datang kakak. Bagaimana kerjaannya?" Tanya Mira serambi terus mengerjakan pr-nya.

"Seperti biasa, pelanggan ramai dan aku terus kewalahan. Oh ya, telur masih ada kan di kulkas kan? Sepertinya kakak akan membuat satu karena lapar. Kamu sendiri gimana? Mau kakak buatin?" Tanya Dian.

"Boleh, telur mata sapi ya kak." Pinta Mira.

"Oke siap." Jawab Dian.

Mira yang sedang fokus mengerjakan pr-nya, sampai tidak sadar ada suara motor di luar rumahnya dan Dian yang sedang membawa helm. Dia masih belum tahu jika Dian baru saja membeli motor.

Dian berniat untuk memberitahunya, namun rencana dia sebenarnya adalah untuk memberitahu ayah, ibu, dan Mira sekaligus untuk mengejutkan mereka.

"Oh ya, Ibu dimana Mir? Ko kakak ga liat ya?" Tanya Dian serambi mengambil telue di kulkas.

"Oh ibu? Baru saja ibu keluar tadi buat beli sayuran." Jawab Mira.

"Heeeh, udah abis sayurannya ya?" Gumam Dian.

Memang ketika Dian melihat kulkasnya, bagian bawah kulkasnya terlihat kosong. Biasanya di situ penuh diisi dengan sayuran.

Dian menyalakan kompornya, dan memanaskan wajannya terlebih dahulu sebelum menuangkan minyak ke dalamnya.

"Mir, mau yang setengah matang atau matang?" Tanya Dian.

"Setengah matang bisa kak?" Tanya Mira.

"Bisa dong, setengah matang berarti ya.." Ucap Dian.

Dian sebenarnya dulu tidak bisa membuat telur setengah matang, namun dengan sistem yang menaikkan kemampuan memasaknya menjadi 'Ahli' saat ini, memasaknya terasa sangat mudah baginya.

Dian mengambil 1 telur, dan menuangkannya ke wajan kecil yang sudah diberi minyak. Percikan minyaknya pun terlempar kemana-mana. Dian menunggu hingga kuning telur terlihat kuning terang dan mematikan kompornya.

[Ding Kemampuan memasak +1]

"Pake nasi kan Mir? Kecap juga ga?" Tanya lagi Dian.

"Iya dong pake nasi, kecap ya boleh la." Jawab Mira.

Dian mengambil 2 sendok nasi dari rice cooker karena tahu adiknya hanya makan dengan porsi kecil, dan menuangkan telur setengah matang ke dalamnya.

ia lalu melanjutkannya dengan membuat telur untuk dirinya sendiri, tentunya telur matang. Karena itu yang paling di sukainya.

Ia juga mengambil 3 sendok nasi ke dalam piringnya, karena porsi makan Dian memang cukup banyak dibandingkan adiknya.

Setelah itu, Dian mengambil kursi yang berhadapan dengan adiknya. Aslinya itu merupakan kursi orang tuanya dan Dian biasanya duduk di sebelah Mira, namun karena orang tuanya sedang pergi, Dian dapat dengan bebas menggunakannya.

"Nih, Mir. Telur setengah matangmu." Ucap Dian sambil memberikan sepiring nasi berisi telur setengah matang kepada Mira.

"Oke, terima kasih kak." Balas Mira adiknya.

Dian pun makan dengan lahap telur dan nasinya. Ia tidak menggunakan kecap karena saat ini dia sedang tidak ingin.

Tidak lama kemudian, suara pintu rumahnya terbuka. Dian langsung tahu jika itu adalah ibunya.

"Ah Dian, kamu sudah pulang ya...kukira ada tamu di sini, itu motor siapa itu di garasi rumah kita?" Tanya Ibunya penasaran.

"Ah, itu punya Dian Bu." Ucap Dian.

Ibunya terdiam tidak menganggap serius perkataan Dian, ibunya lalu masuk ke dalam dapur dan mulai memasukkan sayuran ke dalam kulkas satu persatu.

"Ibu tanya serius loh Dian, itu motor siapa di garasi rumah kita?" Tanya lagi Ibunya.

Dian bingung dengan pertanyaan ibunya, dia mengira dia sudah mengucapkan bahwa itu motor miliknya sendiri kepadanya.

"Kan Dian sudah bilang Bu, itu motor Dian. Dian baru saja beli tadi sama dealer di motor matahari." Ucap Dian.

Mendengar anaknya mengucapkan itu, Mira yang sedang mengerjakan pr melebarkan matanya melihat ke arah Dian di depannya, ibunya juga menunjukkan ekspresi bingung.

"Kakak, kamu baru saja membeli motor?" Tanya Mira.

"Iya lah, tuh kakak bawa helm kan ke rumah?" Ucap Dian sambil menunjuk ke arah helm nya yang diletakkan di bawah meja.

"Dian, kamu serius ga bohong? darimana kamu bisa beli motor coba?" Tanya ibunya.

"Kan Dian kerja Bu, udah 3 hari semenjak Dian kerja dan Dian udah ngumpulin uang cukup banyak buat beli motor." Ucap Dian.

"Loh, bukannya kamu digaji 700.000/hari? Walau itu banyak tapi belum cukup kan buat beli motor?" Ucap ibunya.

"Oh ya, Dian lupa ngasih tahu ibu soal gaji Dian yang dirubah ya Bu?" Duga Dian.

"Eh gajimu di ubah? Apa maksudnya?" Tanya Ibunya.

Dian pun menjelaskan mengenai gajinya yang ditingkatkan oleh Bu Rina kepada ibunya semenjak hari pertama. Dian memang lupa memberitahu ke ibunya sebelumnya.

Mira juga ikut mendengarkan, dan ketika Dian selesai menjelaskan. Baik Ibu maupun Mira terlihat terkejut mendengarnya.

"Eh serius Kak? Kamu digaji 1.5 Juta per hari?!" Ucap Mira terkejut.

"Iya, kakak ga bohong Mir." Balas kakaknya.

"Berarti kamu udah ngumpulin sekitar 4.5 Juta dong Di? Katanya udah kerja 3 hari kan?" Duga Ibunya.

"Iya Bu, rekening bank Dian 1.3 juta jadi total saldo yang Dian punya sebelumnya lima juta delapan ratus, ditambah sama bonus gaji pertama Dian saat itu 3 juta jadi totalnya 8.800.000." Jelas Dian.

Ibunya benar-benar terkejut mendengar Dian, ia tidak menyangka jika anaknya dapat membuat jumlah yang begitu besar dengan hanya bekerja selama 3 hari. Bahkan suaminya hanya bisa menghasilkan sekitar 5 juta rupiah per bulan.

"Ayah pulang..." Ucap Ayah Dian serambi membuka pintu rumah.

"Ah, Ayah. Selamat datang." Salim Dian dan Mira.

Ayah Dian yang masih memakai seragam polisinya, bertanya mengenai motor yang berada di garasinya. "Loh kukira, ada tamu di sini. Itu di garasi motornya siapa?" Tanya Ayahnya.

Ibu dan Mira tertawa kecil melihat pertanyaan Ayah, itu karena pertanyaan Ayah sama persis seperti Ibu saat pertama kali masuk. Ibunya pun mulai menjelaskan secara perlahan kepada Ayahnya tentang apa yang sebenarnya dialami oleh Dian.

"Jadi Yah, Dian itu gini loh..." Ibu Dian mulai menjelaskan

Terpopuler

Comments

Jun_Ho

Jun_Ho

"serambi" lagi
sembari Thor..

2023-08-26

2

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😛😀💪👍👍

2023-08-09

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Waahh... keluarganya jadi senang, anak pertamanya baru kerja 3 hari sudah mampu beli motor walopun bekas...😛😀💪👍👍👍

2023-08-09

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Keluarga Sederhana
2 Chapter 2 : Mendapat Sistem
3 Chapter 3 : Memperoleh Exp! Tingkat Kemahiran ditingkatkan!
4 Chapter 4 : Rasa Ini?!
5 Chapter 5 : Lomba Berhadiah!
6 Chapter 6 : Lomba Memasak Babak 2
7 Chapter 7 : Babak Final
8 Chapter 8 : Lupa
9 Chapter 9 : Seorang perempuan dan ketiga berandalan
10 Chapter 10 : Aku mengenalnya
11 Chapter 11 : Senyuman Mematikan
12 Chapter 12 : Tamu yang mengejutkan
13 Chapter 13 : Ajakan dan Angka yang Fantastis
14 Chapter 14 : Coba Buatkan
15 Chapter 15 : Bau Yang Menggoda
16 Chapter 16 : Stok Habis! Penghasilan Yang Menakjubkan!
17 Chapter 17 : Rekening Bank
18 Chapter 18 : Membeli Motor
19 Chapter 19 : Motor Siapa Itu?
20 Chapter 20 : Rencana Beasiswa
21 Chapter 21 : Paman Casey
22 Chapter 22 : Tantangan Mengejutkan
23 Chapter 23 : Ding! Ding! Ding!
24 Chapter 24 : Bertani
25 Chapter 25 : Pasar Tirta
26 Chapter 26 : Wanto
27 Chapter 27 : Membeli Peternakan
28 Chapter 28 : Deal Pertama
29 Chapter 29 : +1 Peternakan
30 Chapter 30 : Membeli Transportasi
31 Chapter 31 : Fendy
32 Chapter 32 : Sunbright Supplier
33 Chapter 33 : Kemampuan Berkendara+1
34 Chapter 34 : Rencana Licik
35 Chapter 35 : Segitu Doang? Lemah
36 Chapter 36 : Senyuman Puas Hakiki
37 Chapter 37 : Gangguan lainnya
38 Chapter 38 : Jangan-jangan...
39 Chapter 39 : Permanent Partnership
40 Chapter 40 : Jamuan
41 Chapter 41 : Kenyataan yang tidak terduga
42 Chapter 42 : Senyuman Licik
43 Chapter 43 : Plan Kedepan Dan Telepon
44 Chapter 44 : Perbuatan Yang Keterlaluan
45 Chapter 45 : Perayaan dan Rasa Khawatir
46 Chapter 46 : Masuk ke dalam
47 Chapter 47 : Pembalasan Dian
48 Chapter 48 : Cerita yang sebenarnya
49 Chapter 49 : Ayah dan Anak
50 Chapter 50 : Rencana
51 Chapter 51 : Negosiasi dan Telepon Kepanikan
52 Chapter 52 : Protes dan Mafia?
53 Chapter 53 : Dian dan rencana mengenai Mafia
54 Chapter 54 : Melunasi Hutang, Beatrice Bergabung Dalam Tim
55 Chapter 55 : Membuat Jaringan Mafia, Tanggerang.
56 Chapter 56 : Membentuk Otot
57 Chapter 57 : Transformasi Dian menjadi Pria Sejati
58 Chapter 58 : Persiapan
59 Chapter 59 : Joy
60 Chapter 60 : Ala Karte
61 Chapter 61 : Rencana Dian
62 Chapter 62 : Uang adalah kekuatan
63 Chapter 63 : Informasi Valid
64 Chapter 64 : Pistol yang menempel di Dahi
65 Chapter 65 : Dian dan Ketakutan Roy
66 Chapter 66 : Dian menjadi pemimpin tertinggi White Boys
67 Chapter 67 : Perkembangan dan Berita Mengejutkan
68 Chapter 68 : Penawaran Maria
69 Chapter 69 : Rencana pembuatan Kasino
70 Chapter 70 : Bisnis Casino dan Badai baru
71 Chapter 71 : Kerusuhan di Kasino
72 Chapter 72 : Rose
73 Chapter 73 : Yeremiah dan Pengkhianatan
74 Chapter 74 : Perlawanan
75 Chapter 75 : Deklarasi Perang
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Chapter 1 : Keluarga Sederhana
2
Chapter 2 : Mendapat Sistem
3
Chapter 3 : Memperoleh Exp! Tingkat Kemahiran ditingkatkan!
4
Chapter 4 : Rasa Ini?!
5
Chapter 5 : Lomba Berhadiah!
6
Chapter 6 : Lomba Memasak Babak 2
7
Chapter 7 : Babak Final
8
Chapter 8 : Lupa
9
Chapter 9 : Seorang perempuan dan ketiga berandalan
10
Chapter 10 : Aku mengenalnya
11
Chapter 11 : Senyuman Mematikan
12
Chapter 12 : Tamu yang mengejutkan
13
Chapter 13 : Ajakan dan Angka yang Fantastis
14
Chapter 14 : Coba Buatkan
15
Chapter 15 : Bau Yang Menggoda
16
Chapter 16 : Stok Habis! Penghasilan Yang Menakjubkan!
17
Chapter 17 : Rekening Bank
18
Chapter 18 : Membeli Motor
19
Chapter 19 : Motor Siapa Itu?
20
Chapter 20 : Rencana Beasiswa
21
Chapter 21 : Paman Casey
22
Chapter 22 : Tantangan Mengejutkan
23
Chapter 23 : Ding! Ding! Ding!
24
Chapter 24 : Bertani
25
Chapter 25 : Pasar Tirta
26
Chapter 26 : Wanto
27
Chapter 27 : Membeli Peternakan
28
Chapter 28 : Deal Pertama
29
Chapter 29 : +1 Peternakan
30
Chapter 30 : Membeli Transportasi
31
Chapter 31 : Fendy
32
Chapter 32 : Sunbright Supplier
33
Chapter 33 : Kemampuan Berkendara+1
34
Chapter 34 : Rencana Licik
35
Chapter 35 : Segitu Doang? Lemah
36
Chapter 36 : Senyuman Puas Hakiki
37
Chapter 37 : Gangguan lainnya
38
Chapter 38 : Jangan-jangan...
39
Chapter 39 : Permanent Partnership
40
Chapter 40 : Jamuan
41
Chapter 41 : Kenyataan yang tidak terduga
42
Chapter 42 : Senyuman Licik
43
Chapter 43 : Plan Kedepan Dan Telepon
44
Chapter 44 : Perbuatan Yang Keterlaluan
45
Chapter 45 : Perayaan dan Rasa Khawatir
46
Chapter 46 : Masuk ke dalam
47
Chapter 47 : Pembalasan Dian
48
Chapter 48 : Cerita yang sebenarnya
49
Chapter 49 : Ayah dan Anak
50
Chapter 50 : Rencana
51
Chapter 51 : Negosiasi dan Telepon Kepanikan
52
Chapter 52 : Protes dan Mafia?
53
Chapter 53 : Dian dan rencana mengenai Mafia
54
Chapter 54 : Melunasi Hutang, Beatrice Bergabung Dalam Tim
55
Chapter 55 : Membuat Jaringan Mafia, Tanggerang.
56
Chapter 56 : Membentuk Otot
57
Chapter 57 : Transformasi Dian menjadi Pria Sejati
58
Chapter 58 : Persiapan
59
Chapter 59 : Joy
60
Chapter 60 : Ala Karte
61
Chapter 61 : Rencana Dian
62
Chapter 62 : Uang adalah kekuatan
63
Chapter 63 : Informasi Valid
64
Chapter 64 : Pistol yang menempel di Dahi
65
Chapter 65 : Dian dan Ketakutan Roy
66
Chapter 66 : Dian menjadi pemimpin tertinggi White Boys
67
Chapter 67 : Perkembangan dan Berita Mengejutkan
68
Chapter 68 : Penawaran Maria
69
Chapter 69 : Rencana pembuatan Kasino
70
Chapter 70 : Bisnis Casino dan Badai baru
71
Chapter 71 : Kerusuhan di Kasino
72
Chapter 72 : Rose
73
Chapter 73 : Yeremiah dan Pengkhianatan
74
Chapter 74 : Perlawanan
75
Chapter 75 : Deklarasi Perang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!