Lavina baru saja selesai memblow rambutnya dan berulang kali mematut dirinya di cermin memperhatikan penampilannya yang dirasa sudah terlihat cukup sempurna dengan dress moca yang diberikan Cedric tadi pagi.
Tampaknya hari ini menjadi kali pertama untuk Lavina kembali bersemangat menjalani kehidupannya setelah pernikahan mendadaknya dengan Cedric. Karena pria itu ingin mengajaknya pergi ke pameran lukisan di mana karya miliknya juga akan dipamerkan di sana.
Tentunya Lavina sangat senang mendengarkannya dan langsung mengiyakan ajakan suaminya itu. Sudah lama sekali Lavina tidak pernah pergi ke pameran lukisan dan sekarang untuk pertama kalinya ia pergi bersama Cedric dan bahkan bisa melihat karya milik pria itu di sana, Lavina berharap karya Cedric akan diminati pengunjung nantinya.
“Mengapa kamu begitu bersemangat? Kita hanya mengunjungi pameran lukisan,” tanya Cedric.
“Aku sangat tidak sabar melihat karyamu akan di pamerkan di dalam,” jawab Lavina saat mereka telah sampai di tempat yang dituju.
Lavina sejak tadi hanya mengikuti ke mana Luke mendorong kursi roda Cedric. Ya, sekretaris pribadinya itu ikut menemani mereka, dan sejak tadi Lavina berulang kali menatap takjub melihat beberapa lukisan yang sudah di pamerkan di sana.
“Di mana milikmu?” tanya Lavina.
“Lukisanku tidak dipajang di sini.”
“Lalu?”
Luke mendorong kursi roda Cedric ke tempat lain dan lagi-lagi Lavina hanya mengikutinya. Ia masih penasaran di mana lukisan milik Cedric itu berada karena sepanjang jalan saat mereka masuk, ia belum melihat satupun karya milik pria itu.
Lavina menghentikan langkahnya saat Cedric menatapnya.
“Tunggu di sini, aku dan Luke akan pergi menemui seseorang dulu. Dan bawa ini,” Cedric menyodorkan ponsel miliknya.
“Mengapa aku harus membawa ponselmu?” tanya Lavina bingung.
“Kamu tidak punya nomorku, dan aku takut kamu akan pergi melihat-lihat jadi aku bisa meminta Luke menelepomu.”
Cedric langsung pergi meninggalkan Lavina yang sekarang menatap ponsel milik suaminya itu. Ini kali pertama Lavina memegang ponsel Cedric dan sebenarnya ia merasa tak enak karena pasti ponsel suaminya itu sangat penting untuk mengurusi pekerjaannya.
Tapi, karena sekarang ponselnya diserahkan padanya lebih baik untuk Lavina menyimpan nomor pria itu karena pada akhirnya mereka juga saling membutuhkan. Meskipun sedikit ragu untuk membuka ponselnya, namun Lavina meyakinkan dirinya tidak akan melihat-lihat isi ponsel Cedric dan hanya ingin mengetik nomornya agar mereka memiliki kontak satu sama lain..
Lavina membuka lockscreen ponsel Cedric yang tidak menggunakan password tersebut. Dengan cepat-cepat karena takut Cedric cepat datang, Lavina langsung mengetikkan nomornya di ponsel tersebut dan langsung melakukan panggilan telepon di ponselnya agar nomor pria itu juga bisa ia simpan di ponsel.
Selesai memasukkan nomornya dan Lavina juga telah menyimpan nomor Cedric di ponselnya. Lavina masih menatap ponsel milik suaminya itu yang masih menyala, tidak ada notifikasi apapun yang masuk sejak tadi ia memegangnya namun Lavina masih memperhatikan wallpaper yang digunakan pria itu yang membuatnya merasa penasaran.
Foto wallpaper tersebut adalah seorang wanita berseragam sekolah menengah atas yang kenakan baju putih dan rok selutut bewarna hitam dengan garis putih di bawahnya dan kenakan tas berwarna hitam dengan rambutnya yang terurai sedikit panjang.
Lavina penasaran dengan wajah wanita tersebut, sayangnya gambar wanita itu tidak bisa dilihatnya dengan jelas karena hanya bagian belakangnya saja. Namun bisa diperhatikan wajah perempuan itu sangat cantik. Tapi mengapa Cedric memasang wallapaper foto perempuan? Apakah foto tersebut diambilnya sendiri? Apakah wanita dalam foto tersebut adalah kekasihnya dulu?
“Ada panggilan yang masuk?”
Lavina tersebut saat Cedric sudah kembali dan melihatnya sedang mengecek ponsel pria itu. Lavina dengan sigap langsung menyerahkan benda pipih itu kembali pada Cedric.
“Nomorku sudah disimpan di sana,” ujar Lavina.
Cedric mengangguk kemudian mulai mengecek ponselnya dan membuat Lavina menjadi gugup entah mengapa meskipun ia hanya melihat wallapaper yang dipasang pria itu.
“Di mana Luke?” tanya Lavina tersadar setelah melihat Cedric hanya kembali sendiri.
“Sedang mengurusi pekerjaan lain, kita pergi sekarang. Sebentar lagi acaranya akan di mulai.”
...***...
Lavina dan Cedric sudah duduk melihat beberapa karya yang akan di pamerkan di sana dan beberapa lainnya juga akan dilelang.
Sayangnya mereka berdua tidak duduk dibarisan depan karena Cedric menolaknya dengan alasan takut Alexander akan datang dan melihat mereka. Memang pameran lukisan ini dihadiri banyak orang ternama, jadi sangat wajar jika Alexander juga tertarik untuk datang melihatnya.
Lavina melihat lukisan yang dikenalnya ada sedang di pamerkan di depannya. Bukankah itu karya milik suaminya, Cedric? Dan itu adalah lukisan anak kecil yang Lavina sukai, tapi mengapa nama pelukisnya sangat asing ditelinganya?
“Bukankah itu karyamu?” bisik Lavina.
“Aku menggunakan nama lain untuk karyaku.”
Lukisan milik Cedric tersebut ternyata akan ikut dilelang hari ini, namun sayangnya harga pembuka yang disebutkan lebih rendah dari tiga lukisan lainnya. Lavina berharap lukisan Cedric mendapat harga yang lebih tinggi dari harga pembukanya.
“Bagaimana, adakah yang ingin menawarkan lukisan ini dengan harga yang lebih tinggi?”
Lavina menatap orang-orang disekitarnya yang hadir. Tampak dari penampilannya mereka adalah para pembisnis dan pengusaha namun diantara mereka tampak tak begitu tertarik dengan lukisan karya Cedric yang sebenarnya banyak tersirat makna di dalamnya.
“Masih di 200 juta, kami akan menghitung sampai lima sebelum harganya ditutup. Satu, dua--,”
“780 juta,” seorang pria berjas hitam mengangkat tangannya lebih tinggi dan menyebutkan nominal lebih tinggi untuk lukisan milik Cedric yang membuat Lavina menoleh pada sumber suara yang didengarnya dari arah belakang.
Lavina menatap pria yang tersebut yang kini masih memegang ponsel di tangan kirinya seperti sedang menghubungi seseorang.
“Wah, angka yang sangat tinggi. Apakah di sini ada lagi yang ingin menawarkannya sedikit lebih tinggi.”
Sejak tadi Cedric tampak diam saja dan tak memperlihatkan ekspresi apapun, padahal lukisannya sudah di tawar dengan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya namun ia tampak seolah tak peduli dengan harga yang didapatkan untuk karyanya.
“Baik, karena tidak ada lagi yang menawarkan harga lebih tinggi. Kami tutup lukisan karya tuan Clavo dengan harga 780 juta.”
Setelah mengetahui lukisannya telah telah berhasil dijual dengan harga yang lumayan tinggi, Cedric lebih dulu meninggalkan tempat tersebut dengan melajukan kursi rodanya dan membuat Lavina yang sudah senang dan bangga justru menjadi bingung dan menyusul suaminya tersebut.
Belum sempat Lavina bertanya pada Cedric, langkah kakinya terhenti dan bahkan menabrak kursi roda Cedric di depannya. Pandangan Lavina menatap ke arah depannya saat ini melihat seorang pria yang perawakannya sangat dikenal Lavina bahkan meski kini berdiri berjauhan darinya.
Pria yang tujuh tahun lalu membuatnya jatuh cinta pandangan pertama, pria yang selama tujuh tahun selalu mengisi hati Lavina dan pria yang selalu dirindukan Lavina selama tujuh tahun ini. Bukankah itu Peter, cinta pertamanya yang membuatnya nekat ingin menghancurkan pertunangannya dan justru membuatnya terjebak menjadi adik ipar pria itu?
Hanya saja pandangan Lavina tidak berfokus pada wajah tampan yang sedang berbicara itu, tapi pada wanita di sampingnya yang tengah berbincang dengannya begitu dekat. Wanita yang kenakan dress merah yang membalut tubuhnya yang tampak sempurna dengan rambut panjang terurai bergelombang. Penampilan wanita itu terlihat sangat elegan ditambah parasnya yang cantik terlihat mempesona meskipun dari kejauhan.
Siapakah wanita itu? Mengapa Peter bisa sedekat itu wanita tersebut? Dan tidak, pandangan Lavina masih menatap lekat kedua insan yang terlihat sangat serasi saat ini. Tangan Peter bahkan sudah digandengnya dan mereka pergi ke tempat lain tanpa tahu jika dirinya dan Cedric ada di sana dan baru saja melihat mereka berdua.
Apakah Lavina cemburu? Apakah Lavina merasa sedih melihat Peter yang dicintainya dalam diam-diam selama tujuh tahun itu dekat wanita lain? Tapi, bukankah Lavina salah jika cemburu pada pria yang kini menjadi kakak iparnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments