One Night Incident
Arine membuka mata secara perlahan, dan tangannya terangkat untuk memijit pelipis yang masih terasa pusing. Beberapa saat gadis itu melakukannya, dan seakan terlupakan apa yang telah terjadi pada dirinya. Namun tanpa sadar, sebuah tangan terasa hangat tiba-tiba melingkar di pinggang gadis itu. Arine tersadar, dan mata gadis itu terbuka dengan lebar, barulah gadis itu menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya.. Sontak gadis itu terbangun,
"Oh my God... apa yang sudah terjadi dengan diriku.." perlahan Arine berusaha untuk menyingkirkan tangan di pinggangnya itu dengan hati-hati. Terbayang apa yang sudah terjadi semalam, dengan laki-laki yang masih tertidur di sampingnya saat ini.
Dengan hati-hati, Arine mencoba bangun dan melihat pakaian yang dikenakan tadi malam, sudah berserakan di atas lantai. Masih teringat dengan jelas dalam ingatannya, bagaimana dirinya bisa berakhir di atas ranjang tersebut. Ketika gadis itu masuk dan membaringkan tubuhnya, seorang laki-laki baru saja keluar dari kamar mandi. Karena pengaruh obat yang sudah dicampurkan ke dalam minumannya, seperti orang yang kehausan, Arine menarik laki-laki itu dan membawanya ke atas ranjang.
"Aku harus segera pergi meninggalkan kamar ini.. Aku tidak akan memiliki wajah lagi, jika sampai berhadapan dengan laki-laki ini. Insiden itu terjadi bukan karena kesalahannya, tapi karena kegilaanku sendiri.." Arine bergumam lirih. Mendadak ada rasa malu menyergap dalam pikirannya.
Secepat kilat, Arine segera mengambil pakaiannya yang berserakan di atas lantai, kemudian membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi sebentar, tidak lama kemudian Arine sudah kembali keluar dan berpakaian lengkap. Beberapa saat gadis itu berpikir, dan sebelum meninggalkan kamar, Arine mengambil dompet dari dalam tas, kemudian mengambil 10 lembar uang ratusan ribu, dan menaruhnya di atas meja.
"Lupakan apa yang terjadi tadi malam...! Anggap saja aku menyewa gigolo, dan aku hanya mampu membayarmu dengan uang sejumlah ini. Maafkan aku, dan jangan pernah mengingat kesalahan ini.." setelah menulis memo di atas selembar kertas yang disobeknya dari paper note, Arine mengambil uang tadi, dan meletakkan di atas memo tersebut.
Setelah merasa urusannya selesai, Arine dengan menahan rasa nyeri dan pedih di ************, berjalan cepat meninggalkan kamar laknat tersebut. Begitu sampai di luar kamar, Arine menundukkan kepalanya dan berjalan cepat keluar dari hotel tersebut.
*********
***Hummingbird House ***
Begitu taksi berhenti, Arine langsung memasuki rumah mewah tersebut, dan berjalan santai menuju kamarnya. Gadis itu mencoba untuk mengabaikan rasa nyeri, karena tidak mau menimbulkan pertanyaan pada orang rumah. Dalam hati, Arine menduga kecurangan mama dan adik tirinya yang sudah menjerumuskan pada kejadian menjijikkan tersebut.
"Aduh... aduh.., anak gadis kenapa baru pulang sekarang.. Apakah kamu tidak tahu, jika kita sekeluarga telah menunggu kedatanganmu sampai larut malam ...?" tiba-tiba langkah Arine terhenti, karena suara mama tirinya terdengar dari arah samping.
"Iya nih kak Arine.. masak acara Claudia ditinggalkan begitu saja. Apa belum bisa menerima dan memperlakukan Claudia seperti adik kandung kakak..." selain mamanya, ternyata Claudia adik tirinya turut memberikan komentar.
Arine mengambil nafas panjang, kemudian dengan berani, Arine menoleh dan menatap kedua perempuan baru dalam hidupnya itu. Senyuman smirk diberikan gadis itu pada keduanya...,
"Tumben sekali, mama dan adikku tersayang punya perhatian padaku.. Ternyata sangat menyenangkan dan membuatku terharu, bisa mengingat lagi kala mama kandungku memperhatikanku.." tanpa takut. Arine membalas perkataan itu. Bagi kedua perempuan di depannya itu, senyumannya bukan sesuatu yang menyenangkan, namun seperti senyuman malaikat pencabut nyawa.
"Arine..., jaga bicaramu. Tidak bisakah kamu menghargai maksud baik mama dan adik tirimu. Apakah masih kurang papa memberikanmu pelajaran selama ini.." tidak tahu dari mana arah datangnya, tuan Abraham tiba-tiba berteriak memarahi gadis itu.
Arine kaget, tetapi terlalu tanggung jika dirinya harus menghindar. Arine membalikkan badannya, dan menatap ke arah papanya, kemudian..
"Ingat pa.., mama tiri dan adik tiri. Papa belum lengkap menyebutnya.." gadis itu menegaskan sambil tersenyum meremehkan, namun bukannya tetap diam di tempat itu, Arine langsung berlalu meninggalkan tempat tersebut.
"Dasar anak tidak tahu diuntung.." tuan Abraham terpancing dengan provokasi putrinya sendiri. Laki-laki itu tampak terengah-engah menahan amarah.
Mama tiri Arine dengan sigap mendekati dan menghentikan suaminya, dengan tujuan pura-pura menenangkan kemarahan laki-laki itu. Claudia tersenyum penuh arti, dan merasa sukses atas pemanasan yang dilakukannya.
"Sudahlah pa... tidak perlu dianggap omongan Arine. Yah.. begitulah anak muda jaman sekarang, terkadang kurang bisa mengontrol atau mengendalikan perilaku dan kata-katanya. Mama janji.. akan lebih memperhatikan Arine, dan melembutkan hatinya.." nyonya Sarah, mama tiri Arine mencoba mempengaruhi suaminya.
Tuan Abraham berusaha menekan emosi di dadanya. Terlihat laki-laki itu mengambil nafas dalam.
"Terima kasih Sarah... untung aku menemukanmu, dan bisa membawamu pulang untuk menggantikan peran istriku yang sudah meninggal lebih dahulu.. Arine kurang kasih sayang seorang mama, aku harap kamu bisa menggantikan peran almarhum istriku dulu." akhirnya tuan Abraham bisa mengurangi rasa amarahnya. Tatapan laki-laki itu penuh harap melihat ke arah istri barunya. Nyonya Sarah tersenyum manis,
"Sama-sama pa.., kita ke meja makan saja dulu pa.. Tadi mama sudah memasak oseng-oseng cumi cabe hijau, persis dengan makanan kesukaan papa,.. Kita makan dulu yuk.." melihat suaminya sudah kembali stabil, Nyonya Sarah merangkul suaminya dan mengajaknya untuk duduk di meja makan. Tanpa keberatan, tuan Abraham mengikuti langkah kaki istrinya.
Laki-laki paruh baya itu tersenyum melihat bagaimana Sarah memberinya pelayanan. Dengan cekatan, istri barunya itu menuangkan nasi ke atas piring, kemudian juga mengambilkan lauk untuknya. Sudah lama tidak mendapatkan layanan setelah kematian istrinya, tuan Abraham seperti menemukan kebahagiaan baru.
"Pa.., mam.., bolehkan Claudia bergabung sarapan pagi juga. Soalnya Claudia harus berangkat lebih pagi pa, ada jadwal kuliah di jam delapan." tiba-tiba Claudia datang, dan duduk di kursi yang ada di depan tuan Abraham.
"Tentu saja boleh Claudia sayang. Nanti minta pak Bahar untuk mengantarmu ke kampus.." dengan cepat, laki-laki paruh baya itu memberikan tanggapan.
"Baik pa..., tapi andai saja Claudia diijinkan untuk membawa mobil sendiri, pasti Claudia tidak akan tergantung dengan pak Bahar ya pa.. Soalnya dalam sehari, jadwal kuliah sering tidak berurutan. dan juga terkadang masih banyak home work. Jadi, jika hanya mengandalkan pak Bahar.., Claudia sering terlambat mengikuti kuliah.." sambil menuangkan nasi ke piring, Claudia sengaja berkeluh kesah. Gadis itu cukup licik, untuk mengambil hati papa tirinya.
Tuan Abraham tersenyum, seakan memahami apa yang diinginkan oleh gadis itu.
"Papa paham apa yang kamu inginkan Claudia. Nanti siang, pergilah dengan mamamu ke dealer mobil langganan papa.. Pilih mobil mana yang kamu inginkan, dengan budget di bawah dua milyar.." tanpa berpikir panjang, tuan Abraham menawarkan sesuatu yang memang diinginkan oleh gadis itu. Pancingan putri tirinya ternyata berhasil.
"Beneran pa... papa ternyata sangat baik dan murah hati. Terima kasih pa..." wajah Claudia tampak berbinar. Ternyata sangat mudah untuk mempengaruhi papa barunya..
"Pa... papa terlalu memanjakan Claudia pa.. Seharusnya jangan seperti itu, Claudia harus banyak belajar, harus berlatih prihatin dan tidak mengedepankan kekayaan orang tua.." nyonya Sarah pura-pura menyayangkan apa yang dilakukan suaminya. Perempuan itu menunjukkan ekspresi seperti keberatan dengan tindakan suaminya.
"Bukan apa-apa Sarah... papa hanya akan menyamakan perlakuan antara Claudia dengan Arine. Sebenarnya papa juga akan memberikan Arine mobil, tapi melihat kelakuannya, tampaknya papa akan menunda pemberian mobil kepadanya. Biar Arine berpikir dulu, melakukan introspeksi untuk bisa membedakan mana yang salah, dan mana yang benar.." tuan Abraham berkomentar tentang putri kandungnya, dan tidak mempermasalahkan janjinya pada Claudia.
Claudia senyum senyum sendiri, dan gadis itu melanjutkan aktivitas makan paginya. Tanpa diketahui oleh tuan Abraham, kedua perempuan itu berusaha untuk mengeruk kekayaan, dan akan mewarisi semua kekayaan keluarga itu. Padahal tuan Abraham bisa membangun kerajaan bisnis seperti saat ini, karena bantuan modal dari mama kandung Arine, dan keluarga besarnya. Begitu istrinya meninggal, semua asset dan kekayaan jatuh ke tangan laki-laki itu.
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lutfie Wachad
biasa kebanyakan perilaku ibu tiri dan anaknya selalu ingin morotin harta suami baru atau ayah tiri... dan akan menyingkirkan anak kandung suami 🤣🤣🤣
2023-11-10
0