NovelToon NovelToon

One Night Incident

Chapter 1 Kenangan Semalam

Arine membuka mata secara perlahan, dan tangannya terangkat untuk memijit pelipis yang masih terasa pusing. Beberapa saat gadis itu melakukannya, dan seakan terlupakan apa yang telah terjadi pada dirinya. Namun tanpa sadar, sebuah tangan terasa hangat tiba-tiba melingkar di pinggang gadis itu. Arine tersadar, dan mata gadis itu terbuka dengan lebar, barulah gadis itu menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya.. Sontak gadis itu terbangun,

"Oh my God... apa yang sudah terjadi dengan diriku.." perlahan Arine berusaha untuk menyingkirkan tangan di pinggangnya itu dengan hati-hati. Terbayang apa yang sudah terjadi semalam, dengan laki-laki yang masih tertidur di sampingnya saat ini.

Dengan hati-hati, Arine mencoba bangun dan melihat pakaian yang dikenakan tadi malam, sudah berserakan di atas lantai. Masih teringat dengan jelas dalam ingatannya, bagaimana dirinya bisa berakhir di atas ranjang tersebut. Ketika gadis itu masuk dan membaringkan tubuhnya, seorang laki-laki baru saja keluar dari kamar mandi. Karena pengaruh obat yang sudah dicampurkan ke dalam minumannya, seperti orang yang kehausan, Arine menarik laki-laki itu dan membawanya ke atas ranjang.

"Aku harus segera pergi meninggalkan kamar ini.. Aku tidak akan memiliki wajah lagi, jika sampai berhadapan dengan laki-laki ini. Insiden itu terjadi bukan karena kesalahannya, tapi karena kegilaanku sendiri.." Arine bergumam lirih. Mendadak ada rasa malu menyergap dalam pikirannya.

Secepat kilat, Arine segera mengambil pakaiannya yang berserakan di atas lantai, kemudian membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi sebentar, tidak lama kemudian Arine sudah kembali keluar dan berpakaian lengkap. Beberapa saat gadis itu berpikir, dan sebelum meninggalkan kamar, Arine mengambil dompet dari dalam tas, kemudian mengambil 10 lembar uang ratusan ribu, dan menaruhnya di atas meja.

"Lupakan apa yang terjadi tadi malam...! Anggap saja aku menyewa gigolo, dan aku hanya mampu membayarmu dengan uang sejumlah ini. Maafkan aku, dan jangan pernah mengingat kesalahan ini.." setelah menulis memo di atas selembar kertas yang disobeknya dari paper note, Arine mengambil uang tadi, dan meletakkan di atas memo tersebut.

Setelah merasa urusannya selesai, Arine dengan menahan rasa nyeri dan pedih di ************, berjalan cepat meninggalkan kamar laknat tersebut. Begitu sampai di luar kamar, Arine menundukkan kepalanya dan berjalan cepat keluar dari hotel tersebut.

*********

***Hummingbird House ***

Begitu taksi berhenti, Arine langsung memasuki rumah mewah tersebut, dan berjalan santai menuju kamarnya. Gadis itu mencoba untuk mengabaikan rasa nyeri, karena tidak mau menimbulkan pertanyaan pada orang rumah. Dalam hati, Arine menduga kecurangan mama dan adik tirinya yang sudah menjerumuskan pada kejadian menjijikkan tersebut.

"Aduh... aduh.., anak gadis kenapa baru pulang sekarang.. Apakah kamu tidak tahu, jika kita sekeluarga telah menunggu kedatanganmu sampai larut malam ...?" tiba-tiba langkah Arine terhenti, karena suara mama tirinya terdengar dari arah samping.

"Iya nih kak Arine.. masak  acara Claudia ditinggalkan begitu saja. Apa belum bisa menerima dan memperlakukan Claudia seperti adik kandung kakak..." selain mamanya, ternyata Claudia adik tirinya turut memberikan komentar.

Arine mengambil nafas panjang, kemudian dengan berani, Arine menoleh dan menatap kedua perempuan baru dalam hidupnya itu. Senyuman smirk diberikan gadis itu pada keduanya...,

"Tumben sekali, mama dan adikku tersayang punya perhatian padaku.. Ternyata sangat menyenangkan dan membuatku terharu, bisa mengingat lagi kala mama kandungku memperhatikanku.." tanpa takut. Arine membalas perkataan itu. Bagi kedua perempuan di depannya itu, senyumannya bukan sesuatu yang menyenangkan, namun seperti senyuman malaikat pencabut nyawa.

"Arine..., jaga bicaramu. Tidak bisakah kamu menghargai maksud baik mama dan adik tirimu. Apakah masih kurang papa memberikanmu pelajaran selama ini.." tidak tahu dari mana arah datangnya, tuan Abraham tiba-tiba berteriak memarahi gadis itu.

Arine kaget, tetapi terlalu tanggung jika dirinya harus menghindar. Arine membalikkan badannya, dan menatap ke arah papanya, kemudian..

"Ingat pa.., mama tiri dan adik tiri. Papa belum lengkap menyebutnya.." gadis itu menegaskan sambil tersenyum meremehkan, namun bukannya tetap diam di tempat itu, Arine langsung berlalu meninggalkan tempat tersebut.

"Dasar anak tidak tahu diuntung.." tuan Abraham terpancing dengan provokasi putrinya sendiri. Laki-laki itu tampak terengah-engah menahan amarah.

Mama tiri Arine dengan sigap mendekati dan menghentikan suaminya, dengan tujuan pura-pura menenangkan kemarahan laki-laki itu. Claudia tersenyum penuh arti, dan merasa sukses atas pemanasan yang dilakukannya.

"Sudahlah pa... tidak perlu dianggap omongan Arine. Yah.. begitulah anak muda jaman sekarang, terkadang kurang bisa mengontrol atau mengendalikan perilaku dan kata-katanya. Mama janji.. akan lebih memperhatikan Arine, dan melembutkan hatinya.." nyonya Sarah, mama tiri Arine mencoba mempengaruhi suaminya.

Tuan Abraham berusaha menekan emosi di dadanya. Terlihat laki-laki itu mengambil nafas dalam.

"Terima kasih Sarah... untung aku menemukanmu, dan bisa membawamu pulang untuk menggantikan peran istriku yang sudah meninggal lebih dahulu.. Arine kurang kasih sayang seorang mama, aku harap kamu bisa menggantikan peran almarhum istriku dulu." akhirnya tuan Abraham bisa mengurangi rasa amarahnya. Tatapan laki-laki itu penuh harap melihat ke arah istri barunya. Nyonya Sarah tersenyum manis,

"Sama-sama pa.., kita ke meja makan saja dulu pa.. Tadi mama sudah memasak oseng-oseng cumi cabe hijau, persis dengan makanan kesukaan papa,.. Kita makan dulu yuk.." melihat suaminya sudah kembali stabil, Nyonya Sarah merangkul suaminya dan mengajaknya untuk duduk di meja makan. Tanpa keberatan, tuan Abraham mengikuti langkah kaki istrinya.

Laki-laki paruh baya itu tersenyum melihat bagaimana Sarah memberinya pelayanan. Dengan cekatan, istri barunya itu menuangkan nasi ke atas piring, kemudian juga mengambilkan lauk untuknya. Sudah lama tidak mendapatkan layanan setelah kematian istrinya, tuan Abraham seperti menemukan kebahagiaan baru.

"Pa.., mam.., bolehkan Claudia bergabung sarapan pagi juga. Soalnya Claudia harus berangkat lebih pagi pa, ada jadwal kuliah di jam delapan." tiba-tiba Claudia datang, dan duduk di kursi yang ada di depan tuan Abraham.

"Tentu saja boleh Claudia sayang. Nanti minta pak Bahar untuk mengantarmu ke kampus.." dengan cepat, laki-laki paruh baya itu memberikan tanggapan.

"Baik pa..., tapi andai saja Claudia diijinkan untuk membawa mobil sendiri, pasti Claudia tidak akan tergantung dengan pak Bahar ya pa.. Soalnya dalam sehari, jadwal kuliah sering tidak berurutan. dan juga terkadang masih banyak home work. Jadi, jika hanya mengandalkan pak Bahar.., Claudia sering terlambat mengikuti kuliah.." sambil menuangkan nasi ke piring, Claudia sengaja berkeluh kesah. Gadis itu cukup licik, untuk mengambil hati papa tirinya.

Tuan Abraham tersenyum, seakan memahami apa yang diinginkan oleh gadis itu.

"Papa paham apa yang kamu inginkan Claudia. Nanti siang, pergilah dengan mamamu ke dealer mobil langganan papa.. Pilih mobil mana yang kamu inginkan, dengan budget di bawah dua milyar.." tanpa berpikir panjang, tuan Abraham menawarkan sesuatu yang memang diinginkan oleh gadis itu. Pancingan putri tirinya ternyata berhasil.

"Beneran pa... papa ternyata sangat baik dan murah hati. Terima kasih pa..." wajah Claudia tampak berbinar. Ternyata sangat mudah untuk mempengaruhi papa barunya..

"Pa... papa terlalu memanjakan Claudia pa.. Seharusnya jangan seperti itu, Claudia harus banyak belajar, harus berlatih prihatin dan tidak mengedepankan kekayaan orang tua.." nyonya Sarah pura-pura menyayangkan apa yang dilakukan suaminya. Perempuan itu menunjukkan ekspresi seperti keberatan dengan tindakan suaminya.

"Bukan apa-apa Sarah... papa hanya akan menyamakan perlakuan antara Claudia dengan Arine. Sebenarnya papa juga akan memberikan Arine mobil, tapi melihat kelakuannya, tampaknya papa akan menunda pemberian mobil kepadanya. Biar Arine berpikir dulu, melakukan introspeksi untuk bisa membedakan mana yang salah, dan mana yang benar.." tuan Abraham berkomentar tentang putri kandungnya, dan tidak mempermasalahkan janjinya pada Claudia.

Claudia senyum senyum sendiri, dan gadis itu melanjutkan aktivitas makan paginya. Tanpa diketahui oleh tuan Abraham, kedua perempuan itu berusaha untuk mengeruk kekayaan, dan akan mewarisi semua kekayaan keluarga itu. Padahal tuan Abraham bisa membangun kerajaan bisnis seperti saat ini, karena bantuan modal dari mama kandung Arine, dan keluarga besarnya. Begitu istrinya meninggal, semua asset dan kekayaan jatuh ke tangan laki-laki itu.

**************

Chapter 2 Penindasan

Beberapa Saat kemudian ...

Setelah mendapatkan lampu hijau dari tuan Abraham, begitu laki-laki itu pergi, Claudia dan nyonya Sarah langsung bersiap. Kedua perempuan itu meminta sopir keluarga untuk mengantarkan mereka untuk menuju ke dealer langganan keluarga itu. Ketika dua perempuan itu akan berjalan keluar rumah, mereka berpapasan dengan Arine yang akan menuju ke arah dapur. Tatapan mata perempuan paruh baya itu berkilat, dan memindai putri tirinya itu.

"Sudah puaskah menjual dirimu tadi malam Arine... Kamu seharusnya tidak layak untuk berada dan tinggal di rumah ini, dengan keliaran dan kebejatanmu.. Tubuhmu sudah kotor dan najis.. " tiba-tiba dengan sinis, nyonya Sarah menegur Arine.

Arine yang merasa disebut namanya tersenyum, dan kemudian berjalan mendekati dua perempuan itu. Dengan mengatakan hal itu kepadanya, Arine tahu siapa yang berada di balik kejadian tadi malam yang dialaminya. Kemudian, dengan berani Arine menatap balik ke mata mama tirinya ...

"Hempphh... apa yang kamu katakan perempuan culas.. Mungkin kali ini, papaku terbuai dengan mulut manis kalian, tapi lihat saja... Tidak akan lama lagi, aku akan membawa kalian berdua keluar dari rumah ini.. Dan apa yang kamu katakan dan tuduhkan padaku, aku mengiyakan. Ternyata sangat enak dan menyenangkan bisa tidur dengan laki-laki kaya, he.. he.. he.. " bukannya merasa terpojok, Arine malah memberikan tanggapan sambil tersenyum sinis pada perempuan paruh baya itu.

Tatapan mata gadis itu seakan menelanjangi dua perempuan di depannya. Claudia merasa ngeri dan begidik melihat ekspresi Arine, dan gadis itu merapat ke arah mamanya. Tetapi dengan tatapan beringas, nyonya Sarah tampak tidak berkenan dengan ucapan putri tirinya. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan seksi itu mendekat, dan mengangkat tangannya untuk memukul Arine. Tetapi ....

"Ooppss.. apa yang akan kamu lakukan nyonya Sarah..? Jangan kamu pikir, aku akan tinggal diam ketika kamu akan menindasku. Hanya di depan papa saja, aku akan pura-pura memperhatikanmu. Tetapi di belakangnya, aku akan bermain denganmu, aku masih sanggup untuk meladeni permainan kalian berdua .." dengan berani Arine menangkap pergelangan tangan mama tirinya, kemudian dengan sekuat tenaga menghempaskan ke bawah.

"Kamu... " nyonya Sarah merasa kesakitan, dan segera menarik tangannya kembali, kemudian mengusap tangan serta lengannya.

Melihat mamanya kesakitan, Claudia mendekat dan membantu mamanya dengan ikut mengusap-usap lengan tersebut.

"Dasar gadis urakan, tidak punya tata krama dan etika. Aku akan membalasmu, dan mengadukan pada papa tentang sifat urakanmu, yang tidak bisa menghargai mama selaku orang tua.." Claudia berteriak pada Arine. Tatapan mata Claudia seakan mau meloncat keluar dari kelopak matanya.

Tapi Arine bukanlah gadis yang mudah untuk mereka tindas. Tanpa kata, Arine malah berjalan meninggalkan kedua perempuan itu untuk menuju ke arah dapur. Di luar sepengetahuan gadis itu, nyonya Sarah sudah memerintahkan pada para ART untuk menyembunyikan semua lauk yang sudah disiapkan. Dan bagi ART yang ketahuan memberikan pelayanan pada Arine, akan diberikan hukuman oleh perempuan paruh baya itu.

"Sudahlah Claudia, kita tinggalkan saja gadis tidak berguna itu. Mumpung papamu baru berkata tadi pagi, kita harus segera berangkat menuju ke dealer. Kamu akan bisa memilih mobil sesukamu, dan bisa memamerkan pada ****** itu.." merasa tidak  bisa berargumentasi dengan Arine, akhirnya nyonya Sarah memilih untuk mengalah.

"Baik ma.." akhirnya kedua orang itu segera berjalan menuju ke arah pintu keluar.

Di garasi, pak Bahar sudah menunggu kedua perempuan itu untuk mengantarkan mereka pergi.

*********

Di perjalanan...

"Claudia... coba kamu hubungi dua preman yang kamu bayar untuk memperkosa Arine tadi malam. Mama curiga, dua preman itu gagal melakukannya, karena gadis itu masih terlihat seperti tidak terjadi sesuatu padanya.." tidak melihat ada keanehan dalam perilaku Arine, nyonya Sarah meminta putrinya untuk mencari informasi.

"Baik ma.. tunggu sebentar.,"

Claudia segera menggulir ponsel di tangannya, dan tidak lama kemudian gadis itu melakukan panggilan keluar. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya..

"John... bagaimana dengan tadi malam. Apakah kamu dan temanmu berhasil melakukan apa yang sudah kita rencanakan..?" tanpa basa-basi, Claudia mengajukan pertanyaan.

Dari belakang kemudi, pak Bahar sopir keluarga yang sudah lama mengabdi pada keluarga Abraham, hanya bisa menghela nafas. Laki-laki itu sangat paham, bagaimana mama Arine yang bernama Arimbi sangat menyayangi dan memperhatikan putrinya. Demikian juga dengan tuan Abraham.. Tapi kecelakaan sudah mengambil nafas perempuan baik itu duluan..

"Target lepas non... maafkan kami. Pada saat gadis itu keluar dari club, kami sudah mengikutinya. Tapi tahu-tahu gadis itu sudah hilang dari pantauan kami, dan beberapa saat mencari, kami tidak bisa menemukannya non.." peryataan yang disampaikan John membuat gadis itu terkejut.

"Dasar bego... aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk membayarmu.. Tapi dengan mudahnya, kalian melepaskan buruan yang sudah ada di depan mata. Pembayaran tahap kedua akan aku tahan. sebelum kalian bisa merealisasikan rencana itu. Jangan muncul dulu di depanku, atau aku akan menghabisimu dengan tanganku sendiri.." gadis itu berteriak marah. Wajah Claudia dan nyonya Sarah terlihat sangat kecewa.

"Baik non... maaf, kami akan berusaha di lain waktu. Dan akan aku pastikan, jika kali lain, kami tidak akan bisa melepaskannya.." suara John berusaha melunakkan hati Claudia.

Tetapi Claudia sudah sangat marah. Gadis itu secara sepihak mematikan panggilan telpon.

Melihat ekspresi dan reaksi putrinya, nyonya Sarah sepertinya sudah bisa mengambil kesimpulan apa yang telah terjadi. Perempuan itu tampak mengambil nafas dalam, dan menatap ke depan..

"John dan temannya telah gagal ma.. Tapi John berjanji, meminta waktu untuk mewujudkan keinginan kita. Buronan tadi malam terlepas, dan John tidak dapat menemukannya.." dengan lesu, Claudia melaporkan apa yang terjadi pada mamanya.

"Hempph.., mama sudah menduga dan mendengar sendiri apa kata John .. Claudia. Tapi kenapa gadis itu baru pulang setelah pagi hari, ada dimana dirinya tadi malam.. Jikapun gadis itu tidak mendapatkan pelampiasan, seharusnya ****** itu tidak bisa pulang dalam kondisi sesehat itu. Sarafnya seharusnya ikut terkena " nyonya Sarah berbicara sendiri, dan berusaha menduga apa yang dilakukan oleh Arine tadi malam.

"Benar ma.., aku malah tidak mengingatnya. Padahal melihat obat yang aku masukkan pada minuman,. saraf gadis itu akan rusak jika tidak mendapatkan pelampiasan untuk menyalurkan nafsunya. Atau jika tidak, harus mendapatkan penanganan serius dari dokter, itupun tidak bisa menjamin.." seperti sudah mempelajari dengan benar, dampak yang ditimbulkan dari obat aphrosidiac itu, Claudia menjelaskan.

Perempuan paruh baya itu terdiam beberapa saat. Kemudian..

"Ataukah tadi malam Arine menemukan laki-laki asal, kemudian mereka melampiaskan keadaan itu. Karena tadi pagi, melihat ekspresi Arine, seperti tidak terjadi apa-apa dengan gadis itu.." nyonya Sarah berbicara sendiri.

"Tapi ma... setahuku, untuk pertama kalinya seorang gadis melakukan hubungan intim, gadis itu akan merasa kesulitan untuk berjalan, karena akan menimbulkan luka. Tapi.. tadi aku lihat, Arine masih bisa berdiri tegak, dan berjalan seperti biasanya. Ataukah Arine menahannya, agar tidak terdeteksi oleh papa dan kita ya ma.." Claudia melanjutkan, dan dengan sikap penasaran gadis itu mencari tahu lebih lanjut.

Mendengarkan penjelasan putrinya, nyonya Sarah malah beralih melihat ke arah gadis itu. Ada kecurigaan dalam tatapan itu..

"Ada apa ma... kenapa mama menatap Claudia seperti itu.." gadis itu menjadi bingung.

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya dengan jelas Claudia.. Apakah kamu sudah pernah melakukannya..?" mendapatkan pertanyaan dari mamanya, gadis itu malah menjadi gugup.

Tapi dengan cepat Claudia menyembunyikan kegugupannya..

"Wah .., mama ini membuatku takut. Aku pikir mama akan melakukan apa pada Claudia.  Jika hanya tentang reaksi pertama kali seorang gadis kesakitan setelah pengalaman pertamanya, kita bisa mengetahui banyak dari internet ma.. Juga, waktu SMA di pelajaran IPA terutama Biologi, guru juga menjelaskannya dengan rinci.." dengan alasan ilmiah, Claudia menjelaskan.

Nyonya Sarah tampak bernafas lega, dan mengusap dadanya ke atas dan ke bawah. Dari sebelahnya, Claudia melirik mamanya sambil ketar ketir.

*************

Chapter 3 Bingung

Suites Room..

Matahari sudah bersinar terang, dan laki-laki yang semalam menghabiskan malam dengan Arine baru membuka mata. Sudah beberapa kali panggilan masuk ke ponsel tidak ada yang dijawab, karena laki-laki itu merasakan kelelahan. Tiba-tiba satu tangan laki-laki itu meraba tempat di sebelahnya, namun apa yang dicari, sudah tidak ada. Sontak, laki-laki itu terduduk dan melihat ke sebelahnya.

"Mmmpphh... kemana perempuan itu.." laki-laki itu segera beranjak dari posisi tidurnya.

Sebelum laki-laki itu berdiri, tatapan matanya beredar ke seluruh ruangan. Namun perempuan yang dicarinya sudah tidak terlihat di dalam ruangan itu. Tiba-tiba senyuman muncul di bibirnya ketika teringat apa yang terjadi tadi malam. Apalagi ketika melihat ke atas ranjang, ada bercak noda darah berwarna merah samar yang masih tertera di atasnya.

"Aku harus mencari perempuan itu, tanpa aku sadari, kami sudah memberikan pengalaman pertama kita.. Gadis itu sangat cantik dengan tubuh indahnya, aku tertarik padanya." laki-laki itu bergumam kemudian tersenyum mengingat kejadian tadi malam.

Dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun, laki-laki itu segera beranjak turun dari atas ranjang. Tanpa mempedulikan apapun lagi, laki-laki itu segera masuk ke kamar mandi, dan terdengar suara air yang menandakan jika laki-laki itu sedang mandi.

"Kelembutan tangan gadis tadi malam, masih terasa membelai dan mencumbu setiap inchi kulitku. Aku menginginkannya lagi..." tanpa sadar, sambil menyabuni tubuhnya pikiran laki-laki itu menerawang, dan membayangkan kejadian tadi malam.

"Meskipun aku tahu, gadis itu dalam pengaruh obat perangsang dan bukan murni keinginannya sendiri, tapi malam tadi betul-betul menerbangkan kita ke awan-awan.. Aku harus bertanggung jawab atas apa yang kami lakukan tadi malam." lanjut laki-laki itu lagi.

Tangan laki-laki itu seperti mengulang kembali, mengusap setiap sudut bagian tubuhnya yang sudah bersentuhan dan berpadu dengan gadis misterius itu. Tapi tiba-tiba laki-laki itu seperti tersadarkan kembali, kemudian mempercepat proses mandinya.

"Aku tidak boleh larut dalam khayalanku, aku harus mencari tahu siapa gadis itu sebenarnya. Dengan kekuatanku, akan mudah bagiku untuk menemukannya.." sambil menyeka butiran air yang masih membasahi tubuh dengan menggunakan handuk, laki-laki itu segera keluar dari dalam kamar mandi.

Keberadaannya di dalam kamar hotel ini, sebenarnya di luar kemauannya. Pekaknya telinga mendengarkan ocehan mamanya untuk segera memiliki istri, dan memaksanya untuk dikenalkan dengan gadis pilihan mamanya, membuat laki-laki itu melarikan diri sementara dari rumah. Untung saja, laki-laki itu memiliki saham kepemilikan di hotel ini, sehingga akses ke Suites room merupakan hak privielege yang dimilikinya.

"Aku harus memerintahkan security hotel untuk mencarikan rekaman kamera pengawas. Rekaman itu akan aku jadikan bukti, agar aku bisa menemukan gadis itu.." memiliki keinginan untuk segera diselesaikan, membuat laki-laki itu untuk segera bersiap.

Beberapa saat, waktu dihabiskan olehnya untuk mengenakan pakaian. Dan ketika akan berjalan ke arah meja rias untuk mengambil sisir, tatapan mata laki-laki itu melihat ke atas meja.

"Kenapa ada lembaran ratusan ribu rupiah di atas meja itu. Perasaan dari kemarin aku tidak mengeluarkan uang..." laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju ke meja yang ada di dalam ruangan itu,.

Senyum lebar muncul dari bibir laki-laki itu, ketika ada 10 lembar ratusan ribu ada di atas selembar kertas. Perlahan laki-laki itu menyibakkan uang ratusan ribu itu, dan mengambil kertas tersebut kemudian membacanya. Beberapa saat kemudian..

"Damn it..., gadis itu menganggapku sebagai seorang gigolo.. Memang ada gadis di kota ini yang mampu untuk membayar gigolo sekelas aku.."  tanpa sadar laki-laki itu mengumpat ketika selesai membaca tulisan yang ditinggalkan oleh Arine.

"Menarik... sungguh sungguh menarik. Aku harus menemukannya, dan meminta pertanggung jawaban atas tulisan ini." dengan senyum smirk laki-laki itu kemudian menyimpan 10 lembar uang itu, dan juga kertas yang ada tulisannya.

Laki-laki itu adalah CEO terkenal di kota Jakarta, dan juga sebagai pewaris tunggal dari sebuah perusahaan konglomerasi yang memiliki kantor pusat di negara Singapura. Sebagai seorang pengusaha muda, wajah tegap proporsional, dan wajah yang sangat tampan, menjadi impian banyak para gadis untuk menjadikan pasangan hidup. Namun sampai usianya 29 tahun, laki-laki bernama Elmar itu belum tertarik untuk memiliki pendamping.

***********

Javanica Ltd.

Di belakang meja dalam ruang kerjanya, mata Elmar tidak mau beralih dari rekaman video yang berhasil didapatkannya dari security jaga. Untuk mengamankan privacy gadis yang tidur bersamanya, Elmar mencari sendiri rekaman video  dan membawanya tanpa membuat salinan.

"Hempphh... betul-betul kriteria gadis semalam, sesuai dengan gadis yang aku impikan untuk menjadi pendampingku.. Aku harus mendapatkannya.." laki-laki itu tersenyum penuh makna.

Perlahan dengan menggunakan keahlian dalam melakukan proses editing video, laki-laki itu melakukan pemotongan beberapa video, kemudian dengan Adobe Ilustrator berhasil membuat ilustrasi wajah Arine, dan memberikan pakaian yang sangat sopan.

"Aku akan menggunakan orang-orangku untuk mendapatkan informasi tentang gadis ini... Hanya gadis ini, yang akan menjadi istriku di masa depan, bukan perempuan yang lain.." tanpa sadar laki-laki itu bergumam. Sebuah tekad sudah keluar dari bibirnya sendiri.

Rupanya one night stand dengan Arine, menimbulkan kenangan indah yang masih terus terbayang dalam ingatan laki-laki itu. Bahkan tanpa disadarinya, waktu berjam jam di belakang meja kerja, dihabiskan olehnya.

"Tok.. tok.. tok.." tiba-tiba pintu ruang kerja laki-laki itu diketuk dari luar.

Laki-laki itu kemudian menutup video, dan mengganti tampilan layarnya dengan siluet wajah Arine.

"Masuk.." dengan tegas suara laki-laki itu mempersilakan masuk.

Tidak lama kemudian, masuklah Abizar asisten pribadi laki-laki itu. Di tangan Abizar, ada berkas yang dibawanya.

"Apa yang akan kamu laporkan Bizar.." dengan suara tegas, Elmar bertanya pada asistennya.

"Begini tuan.., perusahaan di kantor pusat Singapura membutuhkan kehadiran tuan Elmar segera. Ada rencana ekspansi yang akan dilakukan perusahaan di negara Jepang, namun beberapa pemegang saham tidak sependapat. Tuan besar meminta tuan muda untuk segera datang, dengan keperluan untuk menghadiri rapat pemegang saham terbatas." asisten itu segera melaporkan apa yang akan disampaikan. Berkas yang dibawanya, diletakkan laki-laki itu di depan atasannya.

"Hempphhh... kapan itu. Apakah bisa ditunda penyelenggaraan rapatnya, aku masih ada urusan penting yang harus aku selesaikan." karena ingin secepatnya mendapatkan informasi tentang Arine, laki-laki itu bermaksud untuk mengulur pekerjaan.

"Tidak bisa tuan Elmar.. tuan besar sendiri yang mengirimkan pesan penting ini pada saya. Kata tuan besar, ponsel tuan Elmar tidak bisa dihubungi sejak kemarin sore. Bahkan nyonya besar juga tidak henti melakukan panggilan pada saya.." dengan takut-takut, Abizar melaporkan.

Elmar terdiam. Sejak kemarin sore ketika meninggalkan perusahaan, Elmar tidak pulang ke rumah, karena paksaan mamanya yang tidak bisa untuk diabaikan. Agar kepergiannya tidak terganggu, Elmar memang mematikan ponsel, dan sampai saat ini terlupa untuk menyalakan kembali. Pantas saja, laki-laki itu tidak merasa terganggu dari dering chat maupun panggilan masuk.

"Ada saatnya aku juga butuh privacy Abizar.. Kapan aku akan bisa menemukan gadis yang aku inginkan, jika aku terus berada di bawah ketiak mama. Ternyata sesekali aku perlu untuk mematikan ponsel, sehingga keberuntungan akan berpihak padaku.." tanpa sadar, Elmar masih senyum-senyum sendiri teringat kejadian tadi malam.

Abizar yang tidak mengetahui apa yang terjadi dengan tuannya, hanya bengong menatap perubahan besar pada laki-laki yang duduk di depannya itu.

***********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!