Laboratorium
Bramantya tampak serius memeriksa eksperimennya dengan menggunakan mikroskop. Beberapa saat waktunya dihabiskan untuk membuat eksperimen itu, bahkan juga semua sumber dayanya. Tidak hanya kali ini, beberapa eksperimen yang dilakukan gagal, tapi tidak menghentikan semangat laki-laki muda itu. Banyak mengabdikan diri pada masyarakat sipil, yang terabaikan karena keterbatasan sumber daya, membuat laki-laki itu bersemangat menghasilkan karya.
"Bram... lihatlah, ada reaksi dari zat yang kita campurkan pada spesimen ini.." dari sebelah, partner kerja laki-laki itu memberi tahunya.
"Bentar Aiko.. aku selesaikan dulu pengamatanku, sebentar lagi aku akan melihatnya sendiri." laki-laki itu terus mengamati bahan penelitiannya, kemudian membuat coretan coretan pada secarik kertas.
Tidak lama kemudian terlihat laki-laki itu menghembuskan nafas lega. Setelah melepaskan diri dari mikroskop, Bramantya berjalan mendatangi spesimen yang disampaikan Aiko. Gadis tomboy itu memundurkan diri beberapa langkah ke belakang, memberi ruang laki-laki itu untuk melakukan pengamatan. Tidak sampai sepuluh menit, akhirnya Bramantya sudah merasa cukup.
"Aiko... sepertinya dana yang aku keluarkan, juga dari donatur beberapa perusahaan besar kali ini akan mendatangkan hasil. Pengolahan kembali limbah, dan polusi pabrik akan dapat diolah kembali oleh cairan ini. Tapi kita juga tidak boleh gegabah, sementara kita tunggu sampai cairan ini mengendap dan ada proses fermentasi di dalamnya.." setelah melepaskan semua peralatan laboratorium lainnya, Bramantya berdiskusi dengan gadis itu.
"Siap Bram.. aku akan selalu menemanimu. Apapun eksperimen dan penelitian yang kamu lakukan, aku akan selalu di belakangmu.." tampak Aiko menyemangati Bramantya. Gadis itu memang sudah sangat lama menaruh hati pada partner kerjanya itu, namun laki-laki itu tetap mengacuhkan dan mengabaikan. Sampai beberapa kali Aiko patah semangat, namun melihat Bramantya tetap bersamanya akhirnya Aiko menyabarkan dirinya.
"Oh ya Aiko... aku akan food court dulu untuk mencari kopi panas dan sandwich. Sejak pagi, aku terlupa belum mengisi perutku..." tiba-tiba Bramantya menuju ke arah pintu keluar.
"Bram... tidak perlu repot, aku bisa memesan minuman dan makanan itu untuk delivery. Kamu sudah terlalu lelah Bram.." Aiko tampak mengkhawatirkan laki-laki itu.
"Hadeh... kamu terlalu berlebihan Aiko.. Aku ini laki-laki yang pasti lebih kuat staminanya daripada kamu. Aku juga ingin mencari udara segar, sambil melihat pepohonan di luar laboratorium." tanpa menghiraukan Aiko, Bramantya tetap keluar dari dalam ruangan itu.
Laki-laki itu berjalan lurus menyusuri koridor laboratorium, dan mengarah ke bangunan klinik yang ada di tempat tersebut. Tetapi pandangan mata Bramantya tertuju pada gadis yang sangat dikenalnya, karena akhir-akhir ini mereka sangat dekat.
"Arine... apa yang dilakukannya di klinik ini. Apakah gadis itu sakit, tapi kenapa tidak mengatakannya kepadaku.." Bramantya mempercepat langkahnya untuk mengejar Arine.
Tetapi lagi lagi laki-laki itu harus mengurungkan niat, melihat dari arah mana Arine keluar.
"Klinik ibu dan anak... apakah Arine dalam keadaan hamil." pikiran Bramantya berkembang kemana mana.
"Jika memang itu yang benar terjadi, aku harus merahasiakan hal ini dari Arine. Bisa jadi gadis itu malu dengan statusnya saat ini, dan hal itulah alasan ketika aku melihatnya menangis di bandara Soekarno Hatta dua bulan yang lalu." Bramantya mengambil keputusan bijak.
Laki-laki itu membatalkan niatnya untuk ke food court, tapi ingin mampir ke klinik yang saat ini sedang dijaga oleh Dr. Keiko spesialis Obygin. Kebetulan dokter muda itu juga rekan dari laki-laki itu, sehingga Bramantya tidak merasa ada masalah, jika bertanya padanya.
"Tok.. tok.. tok.." Bramantya mengetuk tiga kali pintu ruang praktik Dr. Keiko.,
"Masuk.." terdengar suara Dokter tersebut, dan perawat yang membantu dokter itu membukakan pintu untuk Bramantya.
"Dokter.. apakah aku sedang mengganggumu.." Bramantya tersenyum dan menyapa dokter muda dan cantik yang duduk di belakang meja kerjanya itu.
"Hi Bram... lama nian kita tidak bertemu. Ayo.. duduk, kita bicara.. Suster... keluarlah, tinggalkan kami.." Dr. Keiko menyuruh perawat untuk keluar,.
"Baik Dokter.." perawat itu segera membuka pintu, dan keluar dari dalam ruangan praktik itu. Untuk memberikan privacy pada dokter yang dilayaninya, perawat itu menempelkan tulisan Don.t Disturb di balik pintu.
**********
Tidak lama kemudian...
Dokter Keiko menatap ke wajah tampan laki-laki di depannya. Laki-laki dari Indonesia, tetapi kehadirannya penuh misteri, dan selalu tertutup dengan privacynya. Sama dengan teman-teman perempuan yang ada di klinik ini, dokter Keiko juga menaruh hati pada Bramantya, namun sikap cuek dari laki-laki itu, akhirnya memupus harapan dokter itu.
"Bram.., melihat keseriusanmu, dan pada hari serta jam kerja, pasti ada hal penting bukan, yang ingin kamu cari informasi dariku.." seakan ingin menebak pikiran laki-laki di depannya, dokter Keiko tanpa ragu bertanya.
"Hempphh... benar katamu Keiko.. Aku ingin bertanya padamu, dan mungkin akan terkait dengan sumpahmu sebagai seorang dokter. Tapi aku juga ingin kejelasan tentang adikku, apa yang dialaminya saat ini.." Bramantya mulai memberikan tanggapan.
"Adik...??? Sejak kapan kamu mulai bicara tentang keluargamu padaku Bram.. Adik siapa, karena setahuku kamu ini independent man, yang sangat tertutup tentang masalahmu. Kali ini, kamu datang datang, dan mengatakan padaku tentang adik..." dokter Keiko mengejar laki-laki itu dengan pertanyaan.
Terlihat Bramantya mengambil nafas..., kemudian...
"Adikku dari Indonesia... namanya Arine Aalisha Abony... Barusan adikku kesini bukan, konsultasi denganmu. Apa indikasinya.." tanpa ragu, untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut, Bramantya menyebut nama lengkap Arine.
Dokter Keiko terkejut, bahkan sempat memundurkan punggungnya ke belakang. Setelah menguasai perasaannya, kemudian...
"Aku tidak tahu jika pasien barusan adalah adikmu Bram.. Aku harus mengatakan padamu kebenarannya. Saat ini miss Arine sedang hamil dengan usia kehamilan sekitar 14 minggu. Gadis ini bisa mengalami masa masa sulit, jadi jika kamu menemui suaminya, katakan untuk lebih banyak memberikan perhatian padanya. Meskipun kondisi saat ini, janin Miss Arine baik-baik saja, tetapi aku amati gadis itu seperti menyimpan masalah.." Bramantya tidak kalah terkejutnya. Kata-kata yang diucapkan dokter Keiko, seperti tancapan nyeri di ulu hatinya.
Bramantya menjadi terdiam dan tidak bisa untuk meneruskan kata-katanya. Meskipun beberapa kali laki-laki itu berusaha meyakinkan dirinya, apakah dirinya menyukai Arine, tetapi kesukaan padanya bukan kesukaan seorang laki-laki terhadap perempuan. Bramantya lebih mengasihi gadis itu sebagai seorang adik, sehingga mendengar perkataan dokter Keiko, tiba-tiba membuatnya menjadi ikut merasa sedih.
"How about you... Bram..?" melihat reaksi laki-laki itu, dokter Keiko menjadi khawatir.
"Jangan terlalu banyak berpikir dokter, karena mungkin pikiranmu tidak akan sama dengan keadaan yang terjadi sebenarnya.." melihat kekhawatiran dokter itu, Bramantya dengan cepat menetralisir keadaan.
"Okay... terserah padamu Bram.., aku juga tidak akan ikut campur.." lanjut dokter itu.
"Baiklah dokter... terima kasih untuk waktu dan juga informasimu. Aku akan memberikan perhatian khusus pada adikku, dan akan mengisi setiap kekosongan dalam hatinya.." setelah merasa cukup, akhirnya Bramantya berpamitan.
Dokter Keiko hanya memandang punggung laki-laki yang keluar dari ruang kerjanya. Banyak pikiran tentang laki-laki itu, yang akhirnya hanya menjadi harapan semu untuknya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
ada aiko,keiko.....blm ada kenko...si tip ex....hehhe...babang bram jdi bramantio
2023-08-12
0