Hummingbird House
Di dalam kamar, Arine merasa sepi dan sendiri. Bayangan kejadian beberapa minggu yang lalu di Suites room hotel, kembali teringat jelas dalam benaknya. Beberapa waktu terakhir, gadis itu lebih sering menghabiskan waktu di dalam rumah, atau sesekali nongkrong di cafe. Hal itu dilakukan, karena merasa takut dan khawatir jika tanpa sadar bertemu dengan orang yang telah melakukan one night stand dengannya. Apalagi Arine juga tidak mengenali laki-laki itu, dan juga tidak teringat wajahnya meski hanya siluet.
"Aku bisa gila sendiri, jika terus berada di kota ini. Dengan pekerjaan freelance sebagai data analyst, aku bisa mengerjakan pekerjaanku dimanapun." gadis itu mulai berpikir sendiri.
"Mmmpphh... mungkin negara Jepang sangat cocok untukku. Apalagi di negara itu, meskipun warga negaranya workholic, namun sangat tinggi sifat individu dan sok tahunya. Perlahan-lahan aku akan menyesuaikan diri dengan keadaan di negara itu, dan melupakan masa laluku yang kelam." kembali pikiran Arine melayang.
Kejadian malam di hotel itu, menjadi motivasi utama yang menggerakkan niat untuk pergi meninggalkan nagara ini. Negara Jepang, menjadi negara yang menarik, dan akan dikunjunginya. Perlahan Arine membuka gadget, dan melihat masa berlaku passport nya. Senyuman terbit dari bibir gadis itu..
"Untunglah baru beberapa bulan lalu aku memperpanjang passport elektronik. Aku tinggal mengurus visa tinggal, Sebenarnya jika hanya untuk tinggal satu bulan saja, negara itu tidak membutuhkan visa, cukup hanya passport saja, tapi aku harus berjaga-jaga.."
Setelah memastikan diri dan menetapkan negara Jepang akan menjadi tujuan kedatangan, Arine segera masuk ke website https://visa-online.imigrasi.go.id/, untuk mengajukan persetujuan pembuatan visa online. Beberapa data segera diisikan oleh gadis itu. Dan setelah membuat tanggal kapan akan melakukan wawancara, beserta tempatnya, akhirnya Arine mengakhiri proses loginnya.
"Dengan pengalaman beberapa kali berkunjung ke negara-negara Eropa, aku yakin negara Jepang akan meloloskan permohonan visaku. Sekarang aku harus menyiapkan tempat tinggal, karena tidak mungkin aku hanya akan menjadi back packer di negara tersebut."
Beberapa saat kemudian, Arine sudah difokuskan dengan memasuki website Urban Renaissance Agency, untuk mendapatkan property yang akan ditempatinya. Untung saja, uang saku yang dikumpulkan sejak mamanya masih hidup, ditambah dengan penghasilan dari kerja secara freelance, gadis itu memiliki tabungan yang tidak sedikit. Arine tidak terbiasa hidup boros, dan hanya membeli sesuatu yang memang dia butuhkan.
"Akhirnya aku bisa mendapatkan property di kota Sapporo yang ada di pulau Hokaido. Kota itu sangat tenang, dan memiliki spot wisata terbaik di negara Jepang. Selain hal tersebut, kota itu masih relatif lebih sepi, jika dibandingkan dengan Tokyo ataupun kota-kota besar lainnya." akhirnya Arine berhasil mendapatkan property terbaik.
Beberapa saat, akhirnya Arine membayar down payment untuk property tersebut, dan akan melunasi setelah visa tinggal di negara tersebut didapatkannya. Merasa kelelahan, Arine kemudian merebahkan tubuhnya kembali ke atas ranjang. Tapi baru merebahkan tubuh beberapa saat, tiba-tiba gadis itu merasa mual.. Secepat kilat, Arine beranjak bangun dan berlari ke arah wastafel di dekat bath room.
"Hoek.. hoek.." beberapa kali Arine memuntahkan cairan dari dalam perut. Air mata sampai mengalir keluar dari pelupuk matanya.
"Mungkin aku masuk angin karena kurang tidur tadi malam.." gadis itu bergumam sendiri, kemudian dengan berpegangan pada dinding kamar mandi, Arine mencoba kembali ke atas ranjang,.
Melihat ada aroma theraphy peppermint Young living, gadis itu mengusapkan di pusar, dan meneteskan ke atas masker kemudian mengenakannya. Aliran uap hangat menghangatkan areal sekitar perut, dan juga hidungnya. Beberapa saat merasakan kesegaran dan ketenangan itu, tiba-tiba mata Arine terbuka lebar.
"Mmmmppphh... jangan jangan.." tanpa sengaja, pikiran Arine kembali melayang kejadian di Suites room beberapa minggu yang lalu,
"Mungkinkan aku... aku hamil.." tenggorokan gadis itu seperti tercekat, karena tiba-tiba saja Arine teringat jika bulan ini belum mendapatkan menstruasi.
Keringat dingin langsung keluar di sekujur tubuh gadis itu, dan tiba-tiba rasa mual kembali menyerangnya. Sontak, Arine kembali bangkit dan berjalan cepat menuju kamar mandi lagi..
***********
Beberapa saat kemudian...
Dengan sembunyi-sembunyi, karena khawatir jika ada yang melihatnya, Arine keluar dari apotik dengan membawa test pack di tangannya. Gadis itu segera memasukkan test pack tersebut ke dalam tas, dan akan menguji urinnya setelah sampai di rumah. Tapi baru beberapa langkah keluar dari apotik...
"Arine.. is that you..?" suara laki-laki muda mengejutkan gadis itu.
Perlahan Arine berhenti dan menoleh ke belakang. Tampak laki-laki yang pernah menjalin kedekatan dengannya ketika masih duduk di bangku SMA itu tersenyum, dan berjalan mendekatinya. Gadis itu terlihat sangat terkejut.
"Raffi... kenapa kamu disini. Bukankah kamu berada di Tokyo.." sekilas Arine teringat dengan keberadaan Raffi. Karena harus mengikuti keluarganya pindah ke negara Jepang kala itu, membuat hubungan mereka harus terpisah. Arine tidak mau menjalin Long distance relationship, meskipun kala itu Raffi tidak mau menyetujuinya.
"Aku kembali ke Jakarta Arine, itu semua karenamu.." sambil mengulum senyum, Raffi menatap balik mata Arine yang tengah menatapnya.
Jantung Arine berdegup kencang, dan seakan komitmen mereka empat tahun yang lalu itu muncul kembali dalam ingatannya. Namun ketika mengingat juga bagaimana keadaannya saat ini, Arine menjadi mengalihkan pandangan.
"Kenapa kamu tidak mau menatap mataku Arine.. Tapi baiklah... tidak akan bijak jika kita berbincang sambil berdiri di depan apotik. Ikutlah denganku.." tanpa mampu menolak, Arine mengikuti langkah Raffi, karena laki-laki itu menarik pergelangan tangannya.
Ternyata laki-laki itu mengajak Arine untuk masuk ke cafe, yang kebetulan ada di samping apotik tersebut. Kedua orang itu kemudian saling duduk berhadapan. Ketika ada waiters datang menghampiri mereka,..
"Coklat panas satu, Americano brown sugar satu.. Dua sandwich tuna dengan tambahan mayonaise.." seperti mengingat minuman kesukaan Arine, Raffi langsung memesan dua minuman sekaligus.
Arine hanya terdiam, tidak ikut bersuara. Gadis itu mencoba mengendalikan diri dari degup jantungnya yang tidak kunjung reda.
"Arine... kamu semakin cantik dan semakin dewasa.. Aku masih menyukaimu.." tanpa malu, Raffi menggenggam tangan Arine, dan menyatakan perasaannya.
Arine kaget dengan keterus terangan mantan pacarnya itu. Dengan kikuk Arine berusaha menarik tangannya, namun laki-laki itu malah memeganginya dengan erat, dan tidak mau melepaskannya. Akhirnya..
"Maafkan aku Raffi..., masa itu sudah lewat. Keadaan saat ini sudah berubah Raff... kamu harus tahu itu. Kisah kita di masa lalu, anggap saja itu sebuah kenangan cinta monyet, yang tidak akan pas lagi untuk kita lanjutkan saat ini.." Arine cukup tahu diri,
Keadaannya yang sudah berbeda, dimana dia sudah kehilangan pengalaman pertama dengan laki-laki asing yang tidak dikenalnya, membuat gadis itu harus berhati-hati. Akan menjadi tidak fair, jika Arine menutup statusnya dari laki-laki itu.
"Tidak Arine... kamu tidak bisa berbohong kepadaku. Sirat dan tatapan matamu ketika bertemu kembali denganku sangat hidup dan bersinar, kamu masih merindukanku Arine.." tapi Raffi juga tidak mau mengalah. Anak muda itu masih mengotot untuk menyambung kembali ikatan mereka yang sudah terputus.
"Aku tidak bisa Raffi... semuanya sudah berubah.." dengan suara serak, Arine mengulang lagi kata-katanya.
Kedua anak muda itu terdiam, dan Arine hanya menundukkan kepala, tidak berani untuk beradu pandang dengan Raffi. Tapi laki-laki itu terus memandanginya, dan ingin memeluk tubuh gadis di depannya itu,.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments