Soekarno Hatta Airport...
Dengan menahan rasa sesak di dada, dan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya, Arine antri di barisan untuk memberikan barang bagasi ke tempat check in. Tidak lama kemudian...
"Miss Arine Aalisha Abony... tujuan Sapporo dan akan transit di bandara Nagoya Jepang. Perjalanan diperkirakan ditempuh dalam waktu satu hari, lebih dari setengah hari.." petugas check in menyampaikan rencana perjalanan.
"Yap.. ini passport dan visa. Untuk bagasi saya hanya membawa satu trolly bag saja.." setelah melakukan verifikasi data, akhirnya Arine diperbolehkan untuk masuk ke ruang tunggu.
Gadis itu hanya membawa tas selempang berisi identitas dan semua perlengkapan pribadi. Scarf, dan jaket sudah disiapkan untuk berjaga jika mengalami kedinginan di dalam pesawat. Melihat ada satu tempat duduk kosong, Arine segera menuju ke tempat tersebut kemudian segera duduk di atasnya.
"Aku tidak mengira akan sekejam ini perpisahanku dengan papa.. Perempuan itu sudah terlalu meracuni papa, sehingga sedikitpun tidak ada pikiran positif papa untukku.." perlahan Arine memejamkan matanya. Dan di tempat ini, tanpa bisa air mata yang sudah ditahannya sejak pagi, mengalir deras.
Punggung Arine sampai terguncang karena hebatnya tangisannya, dan tidak sadar jika dirinya saat ini sedang berada di tempat umum. Beberapa orang yang duduk di sekitarnya tampak trenyuh dan prihatin melihat keadaan itu. Namun tidak ada yang bisa dilakukan oleh mereka.. Tiba-tiba...
"Excuce Miss... apakah ada yang bisa saya bantu...?" tiba-tiba terdengar suara laki-laki muda bertanya pada Arine.
Gadis itu membuka mata, dan melihat ke depannya. Seorang laki-laki tampan tampak memberikan perhatian, dengan mengulurkan tissue kepadanya. Perlahan Arine mengusap air mata, dengan tissue yang diberikan oleh laki-laki itu.
"Terima kasih.." dengan terbata, Arine mengucapkan terima kasih.
"Your welcome... apakah anda sedang ada masalah. Ijinkan aku membantumu, karena aku tidak tega ada gadis cantik menjadi tontonan di ruang tunggu.." sambil tersenyum, laki-laki itu mengajaknya bicara.
"Tidak ada tuan..., hanya belum siap saja berpisah dengan papa, karena saya harus melanjutkan hidup di Sapporo.. " Arine mencoba menutupi masalahnya.
Tiba-tiba laki-laki itu tersenyum, dan mengulurkan tangan pada gadis itu.
"Bram... lebih lengkapnya Bramantya.. Kebetulan aku juga memiliki tujuan yang sama denganmu, kita bisa menjadi teman di Sapporo." laki-laki itu mengenalkan dirinya.
"Mmmppph .. Arine, tolong bantu saya untuk beradaptasi di negara tersebut. Aku akan menjadi penduduk baru disana, untuk berapa lama, aku belum bisa mengatakannya kepadamu Bram.." tidak tahu mengapa, tiba-tiba Arine merasa akrab dengan laki-laki yang duduk di depannya itu.
Bersama dengan laki-laki itu, tiba-tiba saja Arine merasa aman, dan seperti mendapatkan perlindungan.
"Sebuah nama yang bagus, sebagus yang memilikinya.." Bramantya menggoda Arine.
"Anda bisa saja, dan sangat pintar membuatku menghilangkan kesedihanku. Ke depan, aku mungkin akan terlalu sering untuk merepotkan anda Bram..." Arine terus terang pada laki-laki itu.
"He.. he.. he.., dengan senang hati, dan aku akan menunggu untuk selalu kamu repotkan Arine.." ternyata Bramantya menyenangkan untuk dijadikan sebagai teman bicara.
Dua orang itu terlibat dalam pembicaraan panjang dan serius. Sampai tanpa sadar, pengumuman untuk segera melakukan boarding sudah terdengar. Mereka baru tersadar ketika ada last call.. yang memanggil manggil nama keduanya..
"Arine... rupanya pesawat kita sudah boarding. Kita terlalu asyik bicara, sampai tidak mendengarkan pengumuman.." Bramantya tiba-tiba mengajak Arine untuk bersiap.
Kedua orang itu segera bergegas menuju ke ruang pemeriksaan terakhir tiket mereka.
*********
Hummingbird House
Seorang laki-laki tampan berdiri di depan pintu tempat tinggal Arine. Laki-laki itu adalah Raffi, mantan pacar Arine ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Di tangan laki-laki itu, ada buket berisi bunga mawar pink dan putih, yang terlihat sangat indah, Beberapa kali Raffi sudah menekan bel pintu, tapi belum ada yang membukanya. Tapi ketika laki-laki itu akan membalikkan badan, tiba-tiba pintu dibuka dari dalam..
"Bi Minah..." Raffi yang mengenal ART lama di tempat Arine menyapa perempuan paruh baya itu.
"Tuan Raffi... silakan masuk tuan.." dengan sikap ramah, ART tua itu mempersilakan Raffi untuk duduk.
"Aku duduk di luar saja Bi... Jika Arine ada di rumah, sampaikan padanya jika aku datang, dan menunggu di teras Bi.." laki-laki itu segera menyampaikan maksud kedatangannya.
Mendengar perkataan laki-laki itu, Bibi Minah tiba-tiba terdiam. Perempuan paruh baya itu teringat, telah terjadi keributan tadi pagi, dan berakhir dengan perginya non Arine. Tetapi tadi malam, ketika semua penghuni rumah semuanya sudah tertidur, Arine menemukan dan menyampaikan maksud untuk pergi meninggalkan Jakarta.
"Ada apa Bi..., kenapa bibi terdiam. Apakah Arine belum pulang Bi, jika begitu aku akan menunggunya. Sebenarnya kemarin siang, saya sempat bertemu Arine Bi.. di depan apotik. Tapi sepertinya Arine memiliki aktivitas penting yang lain, jadi gadis itu meninggalkanku.." Raffi mengejar ART keluarga itu.
"Non Arine sudah pergi tuan..., dan kapan kembalinya tidak ada yang tahu.." akhirnya mengetahui hubungan nona muda dengan laki-laki muda di depannya itu, Bibi Minah mengatakan kepergian Arine,
"Maksud Bibi... kemana Arine pergi Bi.." tampak Raffi terkejut, dan kembali mengejar pertanyaan pada perempuan itu,
"Untuk jelasnya apa yang menjadi penyebab Non Arine pergi, Bibi tidak tahu Tuan.. Hanya saja, tadi malam non Arine menemui saya, dan mengatakan jika akan pergi ke negara Jepang, untuk menetap di negara tersebut. Dan ternyata keributan besar tadi pagi, telah membawa kepergian non Arine tuan. " tampak kesedihan terlihat di wajah perempuan itu.
Mendengar ucapan perempuan itu, Raffi terkejut. Laki-laki itu ingin terus mendapatkan informasi tentang Arine, namun tiba-tiba saja bibi Minah menjauh darinya. Belum sempat Raffi mengejar perempuan paruh baya itu, tiba-tiba..
"Wow ada tamu nih... mau ketemu siapa nih.." Claudia yang baru saja datang, tampak terpesona melihat ketampanan wajah Raffi. Dengan penuh minat, gadis itu mendekati laki-laki itu. Namun Raffi tampak menjaga jarak, dan memundurkan diri ke belakang.. Kening laki-laki itu berkerut, mencari tahu siapa perempuan itu.
"Jangan takut kak... aku nona di keluarga ini. Siapa yang akan kamu cari, papa.., mama ataukah diriku.." dengan tidak tahu malu, Claudia berusaha kembali mendekati Raffi.
"Mohon maaf, aku mencari keberadaan Arine. Tapi tadi sudah mendengar dari Bi Minah, jika Arine sudah pergi dari rumah ini.." mendengar pengakuan gadis itu, dengan cepat Raffi membuat kesimpulan apa yang terjadi di negara ini. Laki-laki itu segera membalikkan badan, dan melempar buket bunga dari tangannya ke tempat sampah.
"Oh... jadi kakak mencari perempuan bunting tak ada suaminya itu... Perempuan itu sudah pergi..." dengan judes, Claudia memberikan tanggapan.
Raffi menghentikan langkah kakinya sebentar, tapi segera berlalu dari tempat itu. Laki-laki itu tidak menoleh lagi ke belakang, tapi langsung masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah Arine.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lutfie Wachad
kacian loh Claudia deket-deket Raffi tapi dicuekin 🤣🤣
2023-11-10
0