Raffi memijit mijit samping kepalanya, karena tiba-tiba saja laki-laki itu bingung apa yang akan dilakukan, Dengan ramah dan sopan, laki-laki yang menerimanya mempersilakan masuk ke dalam, dan menyuguhkan green tea kepadanya. Dan yang lebih membuatnya bingung, dengan santai laki-laki itu malah memintanya untuk menunggu sampai Arine kembali ke rumah.
"Kenapa laki-laki ini baik sekali padaku.. Aku tidak mungkin, akan bisa menghancurkan pernikahannya dengan Arine.. Oh my God..." Raffi mengusap muka dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
Tampak laki-laki yang duduk di depannya itu, mengamati setiap perilakunya.
"Oh ya mas..., by the way bagaimana anda bisa mengenal Arine..?" tiba-tiba laki-laki itu malah bertanya tentang hubungan mereka.
"Kami teman SMA mas.., dan bisa dikatakanlah, pernah menjalin cinta monyet juga dengannya." Raffi tidak bisa berbohong. Laki-laki itu berbicara jujur, menjelaskan hubungannya dengan Arine.
"Wow... sangat keren ya. Masih duduk di bangku SMA, ternyata sudah mulai mengenal cinta. Wah kalian bisa diapresiasi nih... Aku tidak menyangka saja, Arine yang kalem, ternyata menyembunyikan masa lalu yang so sweet.." tidak ada kemarahan dalam ucapan laki-laki itu. Raffi malah tambah merasa serba salah.
Raffi ikut tersenyum pias.. Kata-kata yang sudah dihafalnya sejak tadi malam, ketika nanti bertemu dengan Arine lenyap sudah tidak berbekas.
"Halah itu hanya cerita anak SMA saja, tidak ada artinya. Buktinya, di jaman sekarang, sudah banyak yang satu pihak melupakan hubungan di masa lalu, padahal pihak satunya masih menginginkan untuk berlanjut." tanpa sadar, Raffi memposisikan hubungannya dengan Arine.
"Tidak juga sebenarnya mas.. Tergantung, bagaimana kita bisa memupuk rasa itu, tidak saling menyakiti, dan juga saling mengecewakan.." Raffi merasa tersindir dengan ucapan laki-laki di depannya itu.
"Oh ya.. sejak tadi kita belum berkenalan ya.. Namaku Bramantya mas, panggil saja dengan sebutan Bram.." tiba-tiba laki-laki itu mengulurkan tangan ke arah Raffi.
"Raffi.." dengan terpaksa Raffi ikut mengenalkan dirinya.
Dua laki-laki itu kemudian saling berbincang tentang banyak hal, bahkan sampai pekerjaan mereka, dan tempat tinggal Raffi saat ini ikut disinggungnya.
"Okay... kapan-kapan aku akan mengajak Arine ke Tokyo... Kasihan sekali, seharusnya ibu hamil itu. lebih banyak healing dan refreshing, sehingga menghadapi persalinan nanti bisa lebih rileks. Aku yakin, mas Raffi akan menerima kami bukan.." laki-laki bernama Bram itu menyampaikan pertanyaan.
"Tentu saja mas Bram.., apalagi kita sama sama berasal dari negara yang sama. Oh ya.. kalian berdua mungkin bisa bergabung, dengan komunitas penduduk Indonesia yang ada di negara Jepang.. Sangat mengasyikkan, karena sering ada festival kuliner Nusantara, dan berbagai barang kebutuhan dari Indonesia juga tersedia disana,.." akhirnya Raffi terpancing untuk bicara banyak.
"Baiklah Mas.. kebetulan aku juga sering menghindari acara acara seperti itu. Tetapi kalau sudah ada teman, aku akan mengagendakan di lain waktu... By the way.. ini sudah satu jam lebih, tapi kenapa Arine belum juga datang ya.." tiba-tiba Bramantya kembali menyinggung tentang Arine.
Raffi yang tadi sempat melupakan apa yang dicarinya, karena terlalu seru mengobrol jadi mengingat lagi apa yang dicarinya. Laki-laki itu langsung terdiam..., tapi kemudian menimbulkan ide untuk kembali pulang.
"Iya mas Bram.., kebetulan saya juga ada janji untuk bertemu dengan kolega di kota ini juga pada pukul 10 a,m. Kalau begitu, saya balik dulu ya, dan nitip salam untuk Arine. Sampaikan saja jika saya berada di kota ini, dan menginap di Nikko hotel.." tiba-tiba Raffi langsung berdiri.
Bramantya terlihat terkejut dengan pamitnya Raffi secara tiba-tiba. Dan ketika laki-laki itu menitipkan bunga untuk diberikan pada Arine, barulah Bramantya tersadar.
"Oh baiklah mas Raffi... jika Arine sudah sampai kembali ke rumah, pasti akan aku sampaikan. Hati-hati di jalan, semoga merasa nyaman menikmati udara kota Sapporo." Bramantya menerima buket bunga dari tangan Raffi, dan ikut mengantarkan sampai di depan pintu rumah.
**********
Begitu sampai kembali di hotel, Raffi membanting tubuhnya di atas ranjang. Gambaran kebaikan laki-laki yang tinggal satu rumah dengan Arine, sangat mempengaruhi psikisnya. Melihat bagaimana laki-laki bernama Bramantya dengan begitu baiknya merawat Arine, laki-laki itu menjadi malu sendiri.
"Apa inilah isyarat yang disampaikan Arine, ketika terakhir kali gadis itu bertemu denganku di depan apotik. Dan sampai gadis itu meninggalkan Indonesia, melupakan papanya untuk bertemu dengan laki-laki yang telah membuatnya hamil.." berbagai tuduhan pada Arine, tercetak rapi dalam pikiran Raffi.
Niat untuk membawa kembali Arine menjadi miliknya, seakan luluh lantak ketika teringat dengan sikap dan perlakuan laki-laki yang berada di rumah mantan kekasihnya itu,.
"Arine.. aku akan memupus asaku padamu... Aku ikhlas melepaskanmu, dan kamu memang pantas mendapat yang lebih baik dariku. Selamat Arine.., congatulation... kamu telah menemukan laki-laki yang tepat." kembali Raffi bergumam sendiri.
Laki-laki itu tampak lemah dan putus asa, ketika bayangan pikirannya kembali memikirkan Arine. Gadis ceria, mandiri yang pernah menjalin cerita dengannya, kini sudah tidak mungkin lagi untuk diharapkan. Tidak terasa, akhirnya Raffi tertidur..
**********
Nikko Blok...
Bramantya tersenyum melihat Arine datang dari berjalan pagi, dengan membawa paper bag di tangan kanannya, Berkali-kali Bramantya berpesan untuk tidak membawa barang belanjaan sendiri, namun gadis itu selalu mengulanginya. Laki-laki itu turun ke halaman, dan membantu membawa paper bag di tangan Arine.
"Tumben... lumayan lama kamu sampai di rumah Arine, apakah kamu mampir ke suatu tempat.." sambil berjalan masuk, Bramantya bertanya pada gadis itu.
"Biasalah Bram... perempuan itu kan suka lapar mata. Ada promo pembukaan gerai perlengkapan bayi di dekat pasar malla, barangnya murah-murah. Aku sudah memesan beberapa, dan mungkin nanti siang baru akan diantarkan ke rumah ini.." sambil tetap berjalan, Arine menjawab pertanyaan Bramantya.
Laki-laki itu segera masuk ke dalam, dan ketika melihat Arine duduk di kursi, Bramantya mengambil air mineral kemudian memberikan pada gadis itu.
"Terima kasih Bram.." Arine segera meminum habis, air mineral itu.
Bramantya menunggu sampai Arine betul betul sudah memulihkan staminanya. Karena dengan kehamilan di perut, perempuan akan mudah merasa lelah. Apalagi usia kehamilan gadis itu sudah mendekati HPL, sehingga harus lebih berhati-hati. Setelah Arine terlihat rileks..
"Arine... apakah kamu kenal dengan laki-laki bernama Raffi.." mendengar pertanyaan itu, Arine merasa terkejut.
Wajahnya nampak pias.., dan Arine kembali melihat ke arah laki-laki itu. Beberapa saat, gadis itu tampak berusaha menenangkan diri, dan kemudian..
"Apakah ada yang kamu sembunyikan dariku Bram.. Jangan sebut nama itu lagi, begitu laki-laki itu pergi dan meninggalkanku tanpa pesan, semua rasa hormat dan respect ku sudah hilang. Aku sudah tidak mau berurusan lagi dengannya.." Bramantya menjadi kaget.
Dalam pikirannya, Bramantya sampai berpikir apakah Raffi adalah laki-laki yang menghamili gadis itu. Tapi melihat keadaan Arine yang tampak naik emosinya, akhirnya Bramantya menghentikan rasa ingin tahunya. Laki-laki itu akan berusaha untuk mencari tahu sendiri, ada hubungan apa sebenarnya antara gadis itu dan laki-laki bernama Raffi.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Evy
Ternyata Rafi salah paham...
2024-09-05
0
Lutfie Wachad
wkwkwkaaa...dua laki-laki yang bertemu di tempat tinggal Arien jadi saling berprasangka yang menghamilin Arien 🤣🤣
2023-11-10
0