Aku menghela napas lega saat melihat Jeriem sudah berdiri di depan pintu kamarku seraya menatap interaksi antara Lyli dan Reiyandt dengan tatapan heran.
Lalu dia menatapku seakan meminta penjelasan, aku hanya mengedikkan bahu acuh.
"Ekhm..." seketika perhatian dua sejoli itu langsung teralihkan dengan suara dehaman Jeriem.
"Apa aku mengganggu? " tanya Jeriem yang kini tengah berjalan kearah Reiyandt.
"Oh tentu saja tidak"
Jeriem menatap kearahku lalu seketika dia tersenyum kearahku.
Dan apa ini???
Kenapa dengan jantungku?
Ck... Lagi-lagi jantungku ini berulah.
"Apa kau sudah merasa baikan, Reta?"
"Y....ya" ada apa ini? Kenapa aku harus segugup ini menghadapi Jeriem.
"Untuk yang kemarin... Aku benar-benar minta maaf, ini semua ka.... "
"Ah sudahlah, itu semua karena adikku yang terlalu bodoh, jadi jangan terlalu difikirkan, labih baik kita berbincang diluar dan memberikan waktu kedua gadis ini untuk berbincang" dengan seenak kepalanya saja, Reiyandt menyeret Jeriem keluar dari kamar ku.
Reiyandt, dia....!!!
Ck... Kenapa aku jadi begitu kesal saat Reiyandt membawa Jeriem keluar kamarku.
Apa itu normal?
"Kak Reta, kau kenapa?"
"Hm?"
"Kau tadi melamun" ujar Lyli
Ada apa sebenarnya denganku
"Apa kakak tau?"
"Ya jelas aku belum tau Lyli, karena kau belum memberi tau ku" Lyli hanya menanggapi ku dengan cengiran khasnya yang menurutku sangat manis.
"Ibu Suri ingin mencarikan pangeran calon istri karena umur pangeran yang sudah mendekati umur menikah" ujar Lyli antusias.
"Dan apa juga urusannya denganku, mau pangeran itu menikah, jungkir balik, salto atau mungkin ngedugem, itu sama sekali bukan urusanku"
"Tapi itu akan jadi urusan kakak, karena kakak adalah kandidat tertingginya"
"Hah?"
Aku benar-benar bingung dengan perkataan Lyli.
"Maksudnya?"
"Kalau pangeran tidak mau mengadakan sayembara untuk menentukan calon istrinya, maka kakak lah yang akan menjadi calon istrinya"
"Uhuk... Uhuk... " aku dibuat tersedak oleh air lirku sendri saat mendengar perkataan Lyli.
Ini gila.
Kenapa harus aku?!!?!
"Kenapa aku???"
"Karena diantara para bangsawan manusia, keluarga kakak lah yang paling berkuasa pada saat ini"
Kenapa???
Kenapa harus aku??
Hm... Tapi aku yakin pangeran menyebalkan itu pasti akan mengadakan sayembara
Iya, dia tidak mungkinkan mau menikah denganku.
🌸
Malam ini Reiyandt mengajak aku dan Regan untuk pergi ke karnival yang tidak jauh dari istana.
Ya dia mengajak kami karena besok dia harus kembali ke istana untuk meneruskan pekerjaannya yang sama sekali tidak ku ketahui.
Aku dibuat terpanah dengan apa yang kini ada di hadapanku, Aku benar-benar merasa berada didunia dongeng.
Aku... Aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana lagi cara menjelaskannya.
Aku tidak tau permainan apa saja yang ada disini tapi aku bisa melihat betapa meriahnya tempat ini.
Mataku tertarik kearah salah satu stan yang bertuliskan "Ваше будущее в ваших руках" aku pernah melihat jenis tulisan seperti itu pada sebuah kartun anak- anak yang menayangkan seorang anak kecil perempuan dan seekor beruang pintar.
Iya, aku rasa itu bahasa Rusia.
Tapi yang membuatku tertarik bukan tulisan itu, tapi seorang gadis pucat yang berada di stan itu seraya berhadapan dengan seorang wanita tua yang duduk diatas kursi didalam stan itu.
Aku mencoel-coel bahu Regan yang kini sedang berjalan di sampingku, Dia menatap kearahku seakan menuntut penjelasan.
"Tempat apa itu?" aku menunjuk kearah stan yang terdapat wanita tua dan seorang gadis pucat yang dari wajahnya bisa aku tebak bahwa dia terlihat sangat kesal.
"Itu tempat peramal, kau mau kesana?"
Aku sungguh tidak percaya , Gadis anti sosial seperti Vearly percaya dengan hal seperti itu.
Aku berlari kearah tempat itu tanpa memperdulikan teriakan Regan yang memanggil namaku.
"Hey" sapaku pada Vearly.
Dia menatapku dengan wajah dinginnya berbeda dengan wanita tua di hadapan kami yang kini tengah tersenyum kearahku.
Tapi entah mengapa aku merasa agak aneh dengan senyuman yang di berikan wanita tua itu.
"Apa kau bisa tidak berlari, jika kau jatuh nanti bagaimana?!" aku menoleh ke sampingku dan mendapati Regan yang kini tengah mengatur napasnya.
"Biarkan dia berlari, hingga dia sadar kemana kakinya akan membawanya pergi, karena pada dasarnya kita hidup hanya untuk itu. Berlari, lalu berhenti dan tersadar bahwa tempat itu bukan tempat yang cocok, lalu kembali berlari hingga menemukan tempat yang benar-benar akan menjadi tempat kita. Bukan begitu, Reta? "
Aku benar-benar ternganga dibuatnya.
Bukan karena kata-katanya yang tidak kumengerti itu, tapi karena dia tau namaku.
"Wowww dari mana kau tau namaku?" tanyaku antusias dan itu membuat Regan dan Vearly menghela napas jengah.
Tapi aku tidak peduli.
Sama sekali tidak peduli.
Wanita tua itu kembali tersenyum kearahku tapi kini dengan senyum yang berbeda, senyum yang lebih hangat.
"Namamu itu... "
"Berhentilah berbicara omong kosong!" bentak Vearly yang menghentikan perkataan wanita tua itu.
"Jika kau menganggap ini semua omong kosong kenapa kau datang kesini" aku terkejut, sangat terkejut.
Kukira Regan akan selalu lembut kepada perempuan seperti halnya dia memperlakukanku, tapi ini....
Dia bicara dengan nada yang sangat sinis dan juga tatapan yang tajam.
Vearly membalas Regan dengan kekehan sinis.
"Hhh... Mungkin yang dikatakan semua orang itu benar, bahwa kau adalah pria yang buta sangat buta.... Dan juga terlalu naif" setalah mengatakan perkataan tajam itu, Vearly berlalu meninggalkan kami.
Dan....
Apa dia baru saja mengatakan Regan buta dan naif?
Oh... Apa lagi ini.
Kenapa semakin lama aku tinggal didunia ini bukannya jawaban yang kudapatkan melainkan pertanyaan yang semakin banyak menggunung.
🌸
Pagi ini aku benar-benar tidak tau harus melakukan apa, Saking bosannya aku sampai kabur dari rumah agar pengawal-pengawal ayahku tidak mengikuti ku.
Saat aku bangun dari tidurku aku sudah tidak menemukan Reiyandt lagi, dia sudah pergi saat langit masih gelap, kata ayahku, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Aku berjalan sendiri ke pemukiman.
Semua mata memandangku.
Mungkin karena pakainku yng terlalu mencolok dan juga biasanya seorang gadis bangsawan sepertiku tidak mungkin berjalan-jalan sendiri tanpa diikuti oleh antek-anteknya.
Aku mulai menghitung hari yang kulalui didunia aneh ini. Sudah satu minggu, tapi tidak ada dari satupun pertanyaanku yang terjawab.
"Hey" aku menoleh ke sampingku dan mendapati Jeriem yang kini sedang tersenyum kearahku.
Dia berjalan mendekatiku dan masih dengan senyumannya.
"Kau sendiri?" tanya Jeriem tampan tidak percaya.
"Iya, aku sengaja kabur agar orang-orang ayahku tidak mengikuti ku" dia terkekeh mendengar perkataanku.
Oh ya Tuhan kenapa dia terlihat sangat tampan.
"Aku bosan dirumah" ujarku lagi.
"Yasudah kau ikut aku saja" ujar nya sambil menarik tanganku entah kemana.
"Kemana?"
"Kesuatu tempat"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments