episode 3

Cresscom.....

Adalah sebuah kota yang berada di......udara, iya udara. Tempat itu terapung tanpa ada penyangga dibawahnya, dan aku harus berjuang dengan menaiki seeokor naga agar bisa sampai ketempat ini.

Menurut penjelasan yang kudengar dari Regan, kalau kota ini adalah kota para penyihir, dari penyihir yang terhebat hingga yang amatir tinggal ditempat ini, kadang aku berfikir, apa mereka tidak takut jika tiba-tiba kota mereka ini jatuh.

Aku berjalan melewati orang-orang yang kini memandangku karna memang aku mengundang perhatian banyak orang. Ketika semua orang berpakain sederhana dengan gaun yang polos, aku malah memakai gaun yang ditaburi berbagai macam berlian, belum lagi berbagai macam perhiasan yang menghiasi leher dan pergelangan tanganku.

Aku tidak peduli.

Dulu bahkan aku tidak punya cukup uang untuk membeli bedak bayi, dan sekarang aku harus melampiaskan semuanya.

Aku kini sudah berada tepat didepan sebuah gedung megah yang terkesan sangat menyeramkan.

Aku mulai melangkahkan kaki untuk memasuki gedung sampai langkahku terhenti karna seseorang yang menabrak bahuku.

Aku menoleh dan mendapati seorang pria tampan bahkan sangat tampan, dari pakaiannya aku bisa menilai kalau dia adalah seorang bangsawan yang mungkin juga akan belajar ditempat ini. Dia menatapku dengan wajah datar yang membuat ku seketika kesal, bagaimana tidak, dia menabrakku tapi sama sekali tidak merasa bersalah.

"Lo punya mata gak sih!"

Dia masih tidak bergeming, dia mengamatiku dari ujung rambut samapai ujung kaki, entah apa tujuannya, sampai detik berikutnya dia mulai bersuara.

"Dari cara bicaramu aku bisa menyimpulkan jika kau itu hanya seorang rakyat jelata yang meminjam pakaian seorang bangsawan" ujarnya lalu pergi meninggalkanku yang kini benar-benar kesal dengannya.

Memangnya siapa dia hingga dapat berfikiran seperti itu tentangku. Aku melanjutkan perjalananku dengan perasaan yang sangat kesal, hingga kesialan selanjutnya menghampiriku.

Karna kesal aku jadi tidak melihat langkahku hingga menambrak punggung kokoh milik seorang pria. Pria itu berbalik dan mematap kearahku yang kini juga menatapnya.

Mata itu......

Sungguh tidak asing bagiku, tapi lagi-lagi aku tidak ingat kapan aku pernah melihat mata seprti itu.

Mata hitam gelap yang memiliki inti berwarna merah, mata itu sangat terlihat aneh, tapi..... aku bener-benar pernah melihat mata seprti itu, tapi tidak tau kapan dan dimana.

"Apa aku menghalangi jalan mu?" Ujarnya yang memecahkan lamunanku.

"Enggak kok"

Seketika dia tersenyum, dan jujur saja semyumannya itu menular padaku.

Dia mengulurkan tangannya kehadapanku.

"Jeriem Vilvoit Alarick" ujranya lagi masih dengan senyum yang sangat manis.

Aku menerima uluran tangannya dan menjabatnya.

"Retta Adelwis...." untuk beberapa detik aku terdiam, apakah perlu aku menyebut nama belakang yang bahkan bahkan tidak akau tau sejak kapan memiliki nama itu.

Jeriem terlihat masih menungguku menyelesaikan perkataan.

".....Cerias" ujarku akhirnya.

"Oh... bangsawan Cerias. Dulu aku pernah beretemu dengan putra sulung Cerias di Adhulpus" ujarnya lagi masih dengan senyum.

Dia benar-benar ramah, aku suka melihat senyumnya yang selalu menular kepadaku, dan tutur katanya yang sangat lembut itu.

"Apa kau baru?" Tanya Jeriem lagi.

Aku mengangguk untuk membenarkan perkataan Jeriem.

"Ah kalau begitu apa kau tidak keberatan untuk berteman denganku?, aku sudah tiga tahun belajar disini"

"Oh... tentu, hm...."

"Kenapa?"

"Enggak, sebernya gu....ck" aku benar-benar kesal dengan diriku sendiri, padahal Regan selalu mengingatkanku untuk selalu bicara sopan dengan siapapun, karna itu mencerminkan jiwa bangsawan, tapi apa.... dari tadi sudah berapa kali aku mengumpat.

"Apa kau mengalami masalah?" Tanya Jeriem dengan wajah khawatir.

Aku membuang nafas kasar, Iya aku mengalamu masalah, dan masalahnya adalah diriku sendiri, Apa aku katakan saja pada Jeriam kalau aku Amnesia, agar dia tidak menggapku rakyat jelata yang meminjam pakaian bangsawan seperti pria didepan tadi.

"Sebenarnya aku mengalami kecelakaan, dan setelah kecelakaan itu aku melupakan semuanya termasuk keluargaku, jadi....." aku bingung apakah aku harus mengatakannya, tapi apa tidak terliaht aneh, memberitahu hal pribadi pada orang yang bahkan baru dikenal.

Jeriem masih terlihat menungguku menyelesaikan perkataanku.

"Aku harap kau bisa memaklumi kelakuanku yang mungkin agak sedikit aneh" oke, tidak apa. Aku tau Jeriem seprtinya orang baik, dan aku harus meminta bantuannya, agar aku tidak terlalu menjadi orang yang tabu disini.

Dia tersenyum, dan senyumnya itu benar-benar indah.

"Tidak apa Reta, aku akan membantumu untuk mengembalikan ingatanmu" ujarnya yang membuatku melebarkan senyumku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!