Aku tidak bisa menahan tawaku ketika sebuah bantal sudah melayang ke kepala Reiyand Dan asal bantal itu adalah dari seorang pria di atas sofa yang terbangun dari tidurnya. Setelah berhasil menghentikan tawa, aku kembali menyakan hal tadi pada Reiyandt.
"Kau serius tidak melihat siapapun disana tadi selain aku"
"Aku serius, tapi tadi kau benar-benar melihat anak kecil?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku guna menjawab pertanyaan Reiyandt.
"Arwah" ujar seorang pria yang berdiri dari duduknya dan menghampiri kami berdua.
"Apa itu arwah mantan kekasihku ya" ujar Reiyand yang langsung dihadiahi pukulan dikepalanya oleh Regan.
"Aw.... Dirimu sungguh durhaka wahai adikku" ujar Reiyand sambil menunjuk-nunjuk wajah Regan.
Regan sama sekali tidak memperdulikan Reiyandt, dia malah langsung duduk disampingku.
"Mungkin itu cuma ilusi mu saja, sekarang lebih baik kau tidur" ujar Regan seraya mengelus kepalaku dengan halus.
Hm...
Regan ini benar-benar sosok kakak idaman sudah baik, lemah lembut, pintar, dann tampan.
Sempurna.
sangat sempurna.
Berbeda dengan pria disampingku yang kini tengah menggosok-gosokkan kepalanya yang habis dipukul oleh Regan.
🌸
"Kak Reta, kau tau aku sangat cemas saat mendengar kabar bahwa kak pingsan" ujar Lyli yang kini sudah berada di kamarku.
Lyli memang datang kerumahku bersama Jeriem dengan alasan menjenguk ku, padahal aku sama sekali tidak sakit, Luka yang ada di leherku sudah sembuh, aku bahkan heran dengan kulitku, dia bisa sembuh dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam.
Tapi jika mengingat bagaimana Asgard mengobati naganya kemarin membuatku mengira mereka juga melakukan hal yang sama padaku.
"Aku tidak apa-apa Lyli, oh iya, kau berhutang satu cerita padaku" ujarku ketik mengingat tentang cerita yang dijanjikan oleh Lyli.
"Cerita apa?" tanya seorang pria yang baru masuk ke kamarku dengan sebuah roti ditangannya
"Bukan urusan kakak" ujarku pada Reiyandt yang bukannya pergi malah duduk di sofa di kamarku sambil memandang Lyli.
Dan apa ini!!!
Pipi Lyli memerah ketika dipandangi oleh Reiyandt
Bagaimana bisa gadis semanis Lyli bisa tersipu dengan kakakku sudah jelas-jelas buaya Dan ada apa dengan Reiyandt yang mendekati gadis yang mungkin lebih muda dari adiknya.
"Ck... Lyli berapa umurmu?" tanyaku pada Lyli
"Hm?"
"Umurmu berapa?" tanyaku lagi yang mulai jengah dengan kelakuan Lyli yang terlihat salah tingkah karena dipandangi buaya darat seperti Reiyandt.
"Oh.... Sembilan belas tahun" aku melongo mendengar jawaban Lyli.
"Berarti kau lebih tua dari ku, lalu kenapa kau memanggilku dengan sebutan kakak?" iya aku memang lebih muda dari Lyli, umurku baru tujuh belas tahun.
"Aku memang suka memanggil semua orang dengan sebutan kakak" jawab Lyli sambil tersenyum.
Aku melirik Reiyandt yang kini juga sedang tersenyum memandang Lyli
"Kak Reiyandt kanapa kau disini"
"Kenapa memangnya, tidak boleh?"
"Iya tidak boleh, kau itu mengganggu pembicaraan kami"
Reiyandt memandangku dengan salah satu alisnya yang terangkat Lalu dia memandang Lyli yang juga memandanginya dan langsung membuang mukanya ketika Reiyandt kembali menatapnya.
"Apakah aku mengganggumu, Lyli" tanya Reiyandt pada Lyli dengan senyum yang sangat lebar.
"Tidak" jawab Lyli seraya menundukkan kepalanya dan menggelengkan kepalanya.
Dari sini aku bisa melihat semburat merah dari pipi Lyli yang benar-benar membuatku jengah.
Demi apapun tolong aku dari situasi ini!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments