Aku membuka mataku perlahan, Kepalaku sedikit agak sakit saat aku mencoba untuk duduk. Aku kira aku masih akan berada di hutan yang menyeramkan itu tapi ternyata aku sudah berada dikamarku.
Aku menyentuh leherku yang kemarin digores oleh makhluk aneh yang kukira Siren itu.
Tapi apa ini?
Tidak ada apa-apa disana, bahkan bekas luka pun tidak ada disana.
Berapa lama aku pingsan? hingga luka itu sudah sembuh dan bahkan bekasnya pun tidak ada. Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan dua orang pria yang tidur sempit-sempitan diatas sofa.
Aku heran melihat tingkah mereka berdua, Apa tidak bisa mereka tidur dikamar Meraka sendiri.
Aku melihat kearah jam berwarna pastel yang berada tepat didinding diatas sofa tempat kedua pria itu tertidur.
Pukul tiga.
Aku turun dari kasur menuju jendela kamar dan menyingkap tirai yang menutupi jendela.
Gelap.
Berarti sekarang pukul tiga pagi.
Aku berjalan keluar kamar, Lagi-lagi gelap karena memang semua lampu sudah dimatikan, Aku terus melangkahkan kakiku hingga aku sudah berada diluar rumah, memandang halaman rumahku yang sangat luas, mungkin lebih luas dari lapangan sepak bola yang ada di sekolahku.
"Hay, Reta" seketika aku dibuat merinding dengan suara seseorang yang memanggilku.
Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan seorang anak perempuan yang mungkin usianya sekitar delapan atau tujuh tahun sedang berdiri dibawah pohon maple yang ada di samping garasi rumahku.
Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena pencahayaan yang buruk dan jarak kami yang cukup jauh.
Aku berjalan menghampiri anak itu, semakin dekat aku padanya maka semakin jelas juga wajahnya.
Dan....
Degh.....
Anak itu.....
Sangat mirip denganku ketika aku seusianya
Siapa dia?
Kenapa dia sangat mirip denganku?
Kenapa aku merasa kalau anak itu memang diriku?
Anak itu memandangku dengan senyum yang lebar.
"Kau senang?" Tanyanya dengan wajah girang
"Bukannya ini adalah impianmu?" Lagi-lagi ujarnya dengan girang.
Aku sama sekali tidak mau menanggapi pertanyaannya.
"Ka...kau siapa?"
"Aku?" Ujarnya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Aku adalah kau, dan kau adalah aku"
"Reta!!!" Aku berbalik dan menemukan Reiyandt yang tengah berlari ke arahku
Aku kembali mentap kedepanku tapi apa yang kutemukan, Aku tidak menemukan apa-apa.
Anak itu hilang.
Tidak ada jejak.
"Apa yang kau lakukan disini hah, kau baru saja terbangun dari pingsan dan kau malah pergi keluar kamarmu" aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan Reiyandt.
Kini yang ada dipikiranku hanya ada anak itu.
Siapa anak itu?
Apa hubunganku dengan anak itu hingga dia bisa sangat mirip denganku sewaktu kecil Dan apa maksud perkataannya.
'kau senang?'
'bukannya ini adalah impianmu?'
'aku adalah kau, dan kau adalah aku'
Aku sungguh dibuat pusing dengan perkataan anak itu. Saking pusingnya aku memikirkan anak itu aku sampai tidak sadar kalau Reiyand sudah menyeretku kedalam kamarku lagi.
"Tadi.... Apa kakak melihat anak perempuan yang berdiri dibawah pohon maple tadi?" tanyaku pada Reiyand ketika aku sudah duduk dikasurku dan Reiyand duduk di sebelahku.
"Anak perempuan? Iya aku melihatnya, kau kan anak perempuan" aku menggehala napas lelah.
Kadang aku berpikir bagaimana bisa orang bodoh seperti Reiyandt bisa jadi salah satu orang kepercayaan kerajaan.
"Maksudku anak kecil perempuan"
"Iya, kau kan anak kecil perempuan"
Rasanya aku iangin sekali menendangnya hingga ke Pluto, agar dunia tidak tercemari oleh orang bodoh seperti dia.
Reiyand tertawa sambil menyubit pipiku
Demi Upin Ipin yang botak aku sungguh kesal dengan kelakuannya.
"Berisik!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments