Giralmus memperlihatkan sebuah batu kristal yang memancarkan cahaya cukup menyilaukan pada putranya tersebut.
“Benda apa ini ayah?” Hal itu lantas membuat pemuda bernama Ragenald tersebut langsung bertanya-tanya mengenai benda yang diperlihatkan oleh ayahnya tersebut.
“Ini cuma sebuah batu kristal biasa… Hal utama yang ingin kukatakan padamu adalah kekuatan yang terkandung atau tersegel di dalamnya…”
“Dimana benda ini merupakan senjata suci kuno yang sudah lama disimpan oleh para clan penyihir Marieux selama turun-temurun…” ucap Giralmus, menjelaskan mengenai batu kristal yang dipegangnya tersebut.
Giralmus kemudian menjelaskan sebelum era peperangan besar, dan sebelum para Venerate memiliki senjata suci dengan kekuatan yang dari inti para makhluk suci, mereka sering memanfaatkan kekuatan besar yang disegel ke dalam senjata mereka dari benda seperti batu kristal tersebut.
Konon batu kristal yang diperlihatkan oleh Giralmus tersebut merupakan wadah yang sengaja dibuat para Venerate untuk mengumpulkan energi dalam waktu yang lama. Giralmus juga menjelaskan bahwa kekuatan dari batu kristal tersebut dapat disalurkan kepada salah satu Venerate yang akan membuat kekuatan tersebut menyatu dengan kekuatan Venerate itu sendiri. Hal tersebut lantas akan membuat kekuatan serta kemampuan dari Venerate meningkat dengan seketika.
“Karena itu, ini adalah jalan satu-satunya agar kita mampu mengatasi jika para World Venerate datang menyerang kita,” ucap Giralmus.
“Bagus sekali… Kalau begitu tunggu apa lagi ayah? Kau harus segera menggunakan kekuatan dari batu itu untuk agar mampu menembus tingkat World Venerate.”
“Kurasa bukan aku yang akan menggunakan kekuatan ini…”
“Eh… Kenapa ayah? Apakah menyalurkan kekuatan dari benda itu memiliki sebuah syarat?” Tanya Ragenald, penasaran ayahnya menolak untuk melakukan hal itu kepada dirinya sendiri.
“Syaratnya adalah kau… Kau yang akan menggunakan kekuatan ini untuk menembus ke tingkata tertnggi, sementara aku akan tetap menjadi Continent Venerate,” jawab Giralmus.
“Kenapa ayah? Seharusnya kau yang menggunakan kekuatan ini, dan bukanlah…” Ragenald lantas kebingungan mendengar penjelasan dari ayahnya, yang memutuskan bahwa dirinyalah yang akan menggunakan kekuatan dari bat kristal tersebut.
“Karena aku ingin kau akan menjadi masa depan clan Euriant dan menundukkan semua clan yang ada di negeri ini Ragenald…”
“Apa kau siap dengan hal itu?” Tanya Giralmus.
Ragenald pun sejenak berpikir mengenai keputusan yang akan diambilnya, dimana pemuda tersebut sempat berpikir bahwa jika dirinya menerima kekuatan dari batu kristal tersebut, dia tetap masih merasa ragu akan mampu bertarung melawan para World Venerate dari negeri Calferland, karena dibandingkan dengan dirinya, World Venerate lain masih kemungkinan lebih kuat serta lebih berpengalaman dari dirinya sendiri.
“Baiklah ayah… Aku siap menerima kekuatan itu, dan berjanji akan membuat clan Euriant menguasai negeri ini…” Akan tetapi, Ragenald pun langsung menyetujuinya karena memang memiliki pemikiran yang sama seperti ayahnya.
“Selain itu, aku juga akan menunjukkan kepada para bangsa Seremoschan yang berada di benua ini bahwa kita sebagai bangsa Friedenic jauh lebih unggul dibandingkan dengan mereka.”
Ragenald pun kemudian menjelaskan mengenai hal lain yang membuat Giralmus lantas tersenyum karena tidak menyangka bahwa putranya tersebut memiliki ambisi seperti itu.
–25 Maret 3014–
Waktu pun berlalu, keesokan harinya berpindah ke kota Dren, dimana Zero lantas terbangun di pagi hari dengan ekspresi kebingungan. Anak laki-laki itu nampak sedikit terkejut ketika semalam saat tertidur, dirinya tidak lagi memimpikan tentang penglihatan masa depan yang pada hari-hari atau malam-malam sebelumnya sering dimimpikannya.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Gumam Zero masih tetap memperlihatkan ekspresi kebingungan, dimana sebenarnya dirinya ingin untuk melihat penglihatan masa depan yang selanjutnya agar setidaknya mengantisipasi kemungkinan yang ada, walaupun hal tersebut masih sangat lama akan terjadi.
Masih dalam keadaan sedang kebingungan akibat tidak mengalami mimpi yang sama, anak laki-laki itu kemudian berdiri dari tempat tidurnya, berjalan perlahan-lahan ke depan, lalu membuka jendela yang berada di ruangan kamarnya tersebut.
“Regenza… Apa kau bisa mendengarku? Mengapa aku tidak melihat mimpi tentang kehancuran itu lagi? Apakah mungkin aku harus berusaha untuk meningkatkan kekuatan yang kau berikan?”
Sambil bergumam dengan beberapa pertanyaan, anak laki-laki itu menatap ke arah pegunungan salju, berharap agar makhluk suci yang menghuni tempat tersebut dapat memberikan sebuah jawaban baginya.
“Sudahlah… Yang pasti aku tetap akan bertekad untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik… Itu adalah janjiku kepada Claireze, bahkan kepada semuanya,” ucap Zero.
Karena hal yang dia gumamkan nampak percuma, Zero kumudian beranjak dari depan jendela tersebut, kemudian keluar dari ruangan kamarnya.
***
Jauh di atas pegunungan salju, tampak Regenza, sang burung raksasa yang menyelamatkan nyawa Zero kini menampakkan dirinya di dunia nyata setelah sebelumnya hanya bisa dilihat oleh Zero dalam bentuk bayangan hitam, serta wujud yang berada di dalam alam bawah sadar anak laki-laki tersebut.
“Aku yakin kau pasti bisa mengubah negeri Calferland menjadi lebih baik lagi dibandingkan sekarang wahai anak manusia, Zero Lancheur…” Gumam makhluk suci itu, ternyata mampu mendengar Zero yang sebelumnya bergumam dari jarak yang sangat jauh.
***
Beberapa saat kemudian, kembali di kediaman clan Lancheur, nampak Zero datang memasuki sebuah bangunan yang berada di kediaman tersebut, dimana merupakan tempat tinggal sementara dari para keluarga kepangeranan termasuk Claireze.
Sambil mengendap-ngendap layaknya seorang pencuri atau sebagainya, anak laki-laki satu per satu menengok ke sebuah ruangan yang dilewatinya dengan tujuan untuk melihat tunangannya, yang tidak lain merupakan putri muda Claireze.
Akan tetapi, setelah beberapa lama anak laki-laki itu melihat hampir ke semua rungan yang ada, dirinya tidak dapat menemui Claireze, bahkan satu keluarga yang datang bersama putri muda tersebut.
“Dimana dia?” Gumam Zero sambil mengaruk-garuk kepalanya, nampak kebingungan ketika di pagi hari, dimana orang-orang masih sempat untuk beristirahat, dirinya tidak dapat menemukan tunangannya itu.
“Jangan-jangan mereka sudah berangkat dari tadi…” Ucap Zero, lantas merasa terkejut jika hal tersebut benar-benar terjadi.
Dengan cepat anak laki-laki itu pun berlari keluar dari bangunan tempatnya berada. Ketika berada di luar, Zero pun melihat ke segala arah untuk memastikan keberadaan dari Claireze, dimana saat bersamaan, dirinya berharap agar dia bisa bertemu dengan tunangannya tersebut jika saja mereka baru beranjak meninggalkan kota tersebut.
“Akh…” Tiba-tiba karena terlalu bersemangat serta merasa khawatir, Zero pun kehilangan keseimbangan kemudian jatuh tersungkur.
“Apakah kau sering terjatuh seperti ini?”
Ketika mendengar suara yang dikenalnya, Zero lantas menoleh ke depan, dan langsung terkejut melihat Claireze ternyata masih berada di kediaman tersebut.
“Ayo berdiri lagi…” Sambil memberikan salah satu tangannya, Claireze pun memperlihatkan ekspresi tersenyum, yang membuat Zero pun menjadi terkesima melihat senyuman manis tersebut.
“Zero…” Claireze lantas bingung melihat anak laki-laki itu terdiam menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments