–17 Maret 3014–
Di sebuah pegunungan salju, terlihat seorang anak berada pada salah satu puncak dari pegunungan tersebut.
Belum diketahui mengapa seorang anak laki-laki dengan memiliki warna rambut cokelat, mengenakan pakaian tebal sesuai dengan keadaan suhu, berjalan sendirian di tempat itu.
Akan tetapi, melihat ekspresi serta pergerakan dari anak laki-laki tersebut yang nampak lincah berjalan pada medan naik turun pada pegunungan mengindikasikan bahwa dirinya sebenarnya sudah terbiasa berada di tempat seperti itu.
“Haah… mereka cepat sekali hilangnya,” gumam anak laki-laki itu, mengeluh karena seperti dirinya ditinggal oleh orang-orang yang datang bersamanya di pegunungan tersebut.
Tanpa putus asa, anak laki-laki yang berusia sekitar sepuluh tahunan itu terus berjalan ke depan menyusuri daratan pegunungan yang sebagaimana pun keadaan disekitarnya hanya terlihat sebuah barisan gunung-gunung salju di depannya.
“Zero…!” Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil dari kejauhan.
“Aku disini…!” Jawab anak laki-laki itu, yang ternyata seseorang sedang memanggil namanya.
Dengan bersemangat setelah mendengar seseorang memanggilnya, anak laki-laki yang bernama Zero itu pun berlari serta melompati medan yang curam di pegunungan tersebut.
“Uwaah…!” Karena tidak berhati-hati, anak itu lantas tidak mengira bahwa pijakan yang diinjak olehnya tidak terlalu kuat, hingga membuatnya jatuh terjun ke sebuah jurang yang dalam.
Beruntungnya, tiba-tiba seseorang dengan memiliki kemampuan melayang di udara langsung menangkapnya hingga anak laki-laki bernama Zero itu pun tidak sampai jatuh dengan bebas ke dalam jurang.
“Haah… Haah…” Anak laki-laki itu lantas merasa legah dengan nafas terengah-engah tiba-tiba seorang dengan tepat waktu menyelamatkannya.
Pria itu melayang sambil membawa anak laki-laki itu kembali ke salah satu puncak gunung, lalu menurunkannya.
“Kalau seperti ini, lebih baik aku tidak perlu membawamu,” ucap pria itu.
“Apa? Ayah, kau juga tahu kan kalau aku tidak bisa berjalan cepat seperti kalian… Apalagi terbang sepertimu,” balas anak laki-laki itu pada pria tersebut, yang ternyata merupakan ayahnya.
“Baiklah, kalau begitu ayo ke punggungku sekarang… Semuanya sudah sampai,” ucap ayah anak itu.
Dia pun kemudian naik ke atas punggung ayahnya. Setelahnya ayah dari anak itu terbang ke udara untuk pergi ke suatu tempat.
***
Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah perkemahan yang didirikan di sebuah lembah yang berada pada pegunungan salju tersebut.
Terlihat dua orang prajurit lantas menemui anak laki-laki itu bersama dengan ayahnya.
“Tuan muda, untung saja kau tidak apa-apa,” ucap salah satu dari prajurit tersebut, menyebut anak laki-laki itu sebagai tuan muda, nampak legah melihat anak tersebut bisa sampai ke tempat itu dengan selamat.
“Yah, untung saja aku masih bisa selamat, jika tidak aku pasti sudah jatuh ke jurang sebelumnya,” ucap Zero.
Mendengar hal tersebut penjelasan dari Zero, ayahnya langsung menepuk kepala anaknya sendiri.
“Akh…”
“Kalau begitu, jangan diam-diam mengikuti kami lagi… Kau pikir karena telah terbiasa mendaki pegunungan salju, bisa mengikuti langkah kami yang begitu cepat,” ucap ayah Zero, sedikit membentaknya.
“Tapi ayah, kenapa kau bisa mengetahui bahwa aku diam-diam mengikuti kalian?” Tanya Zero, penasaran.
“Kau mau tahu…” Ayahnya sontak mengambil sebuah alat komunikasi dari dalam sakunya.
“Itu karena ibumu menghubungiku saat kami sampai ke tempat ini bahwa kau menghilang… Ayah pun lantas berpikir sebenarnya kau mengikuti kami, karena itu ayah kembali melihat tempat kami lewati,” ucap ayahnya, menjelaskan hal tersebut kepada Zero.
Ternyata alasan sebenarnya mengapa anak laki-laki itu berjalan sendirian di atas pegunungan salju adalah karena dia diam-diam mengikuti ayah serta para pengikutnya dan akhirnya tertinggal karena tidak bisa mengikuti langkah yang cepat dari mereka.
Sebelum ayah dan para pengikutnya pergi untuk berangkat, anak laki-laki itu sebenarnya sempat bermohon untuk ikut, namun tidak diijinkan oleh ayahnya tersebut. Ketika ibu dari anak itu menghubungi bahwa Zero telah menghilang, ayahnya terpikir tentang perkataan anaknya yang sebelumnya bersikeras ingin mengikuti mereka, lantas ayahnya pun kembali ke tempat dimana mereka lewati sebelumnya untuk memastikan kembali bahwa Zero berada di jalur tersebut.
Zero merupakan anak laki-laki yang berasal dari Lancheur, salah satu clan dan merupakan clan terbesar di daerah pegunungan bagian timur dari negeri Calferland.
Walaupun merupakan anak yang sedikit manja karena terlahir sebagai anak tunggal di keluarganya, Zero sebenarnya merupakan anak yang berbakat, dimana dia kini berada pada tingkatan District Venerate, tingkatan ketiga dari tingkatan para Venerate yang ada.
***
Beberapa saat kemudian, setelah malam hari tiba, Zero pun duduk bersama dengan ayahnya di depan sebuah api unggun yang telah disiapkan untuk menghangatkan tubuh di tengah pegunungan salju yang memiliki suhu rendah tersebut.
“Ayah… Sedari dulu aku selalu penasaran melihat kalian sering bepergian ke tempat ini… Memangnya apa yang kalian lakukan?” Disamping duduk disamping ayahnya, anak laki-laki itu lantas bertanya mengenai tujuan dari ayahnya serta para Venerate lain datang pegunungan salju tersebut.
“Karena kau baru kali ini sampai kemari, maka ayah akan menceritakan apa yang sebenarnya kami lakukan sampai harus datang kemari…”
“Itu karena kami kemari untuk memberikan sebuah persembahan bagi seekor makhluk suci yang tinggal di sekitar pegunungan ini…”
Mendengar hal tersebut, Zero pun lantas terkejut karena mengetahui dengan pasti bahwa makhluk suci yang dibicarakan oleh ayahnya tersebut sosok makhluk yang memiliki kekuatan besar setara dengan tingkatan paling tinggi dalam Venerate.
Ayah dari Zero menjelaskan bahwa tepat di atas pegunungan salju tersebut, tinggallah makhluk suci yang merupakan seekor burung raksasa, dijuluki sebagai badai raja langit, memiliki kekuatan megendalikan cuaca serta musim, sama seperti kaum mereka para bangsa Seremoschan.
Hampir setiap dua tahun sekali, para Venerate yang berada di daerah tempat Zero tinggal berkewajiban untuk memberikan sebuah persembahan bagi makhluk suci tersebut agar nantinya tidak akan menganggu pemukimam manusia yang memang tept berada di bawah pegunungan yang sangat luas tersebut.
Bahkan hal tersebut sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh para Venerate dari negeri Calferland saja, karena wilayah pegunungan salju tersebut mencakup wilayah dari beberapa negeri yang berbatasan dengan Calferland, maka para Venerate yang berada disana juga harus memberikan persembahan agar pemukiman mereka tidak akan diserang oleh makhluk suci tersebut.
“Tentu saja walaupun para Venerate dari negeri lain harus memberikan persambahan, mereka hanya bertugas memberikannya di wilayah negeri mereka sendiri,” ucap ayah dari anak laki-laki tersebut.
“Kalau begitu ayah… Memangnya persembahan macam apa yang harus diberikan oleh kita pada makhluk suci itu?” Tanya Zero, penasaran.
“Kita harus memberikan sebuah batu khusus yang mampu menyerap energi masuk ke dalamnya… Makhluk suci itu suka sekali memakan batu tersebut, kemungkinan untuk memulihkan keadaannya…” Jawab ayah Zero.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments