“Dimana ini?”
Setelah diperhatikannya oleh Zero kembali, kota tempat dimana anak laki-laki itu berada terlihat nampak berbeda dengan kota Dren yang mengalami kehancuran pada mimpi-mimpi yang sebelumnya dialaminya.
Entah apa yang terjadi, Zero pun berpikir bahwa kota tersebut juga kemungkinan memiliki hubungan dengan kota Dren, dan yakin bahwa kota yang telah hancur tersebut masih tetap berada di negeri Calferland.
Sambil merasa sedikit ketakutan, karena mulai terbiasa dengan mimpi buruk tersebut, Zero perlahan-lahan berjalan sambil memperhatikan ke sekitaran tempat tersebut.
***
“Regenza…!” Tak berapa lama kemudian, setelah berjalan di hamparan perkotaan yang hancur tersebut, Zero pun memanggil nama dari burung raksasa, yang menyelamatkannya karena sedari tadi tidak melihat makhluk suci tersebut.
Akan tetapi, makhluk suci yang dipanggilnya tersebut tidak kunjung-kunjung menampakan diri seperti pada mimpi sebelumnya.
“Eh…” Tiba-tiba anak laki-laki itu melihat seorang perempuan berjalan diantara puing-puing bangunan kota tersebut.
Karena merasa penasaran, Zero berjalan menghampiri perempuan itu untuk melihatnya dengan jelas dari dekat.
Sambil merasa penasaran, anak laki-laki itu terus memperhatikan perempuan tersebut berjalan ke suatu tempat dengan keadaan yang nampak lemah akibat penyerangan yang terjadi di kota tersebut.
Karena tidak ada seorang pun selain perempuan itu, Zero terus berjalan mengikutinya, hingga perempuan tersebut sampai di sebuah tempat, dimana terdapat beberapa Venerate yang kemungkinan merupakan penyebab dari kehancuran kota tersebut.
“Dia kan…” Zero sontak terkejut ketika memperhatikan salah satu Venerate yang berada di tempat itu, dimana mirip seperti Venerate, yang mimpi sebelumnya sempat berhadapan dengan dirinya di masa depan.
Melihat perempuan tersebut datang menghampiri mereka semua, Venerate yang diketahui oleh Zero itu sontak memasang ekspresi senyuman menyeringai, sambil perlahan mendekati perempuan tersebut.
“Putri muda Claireze, sepertinya kau datang kemari untuk menerima tawaranku kan…”
Ketika Venerate tersebut berbicara, Zero sontak terkejut mengetahui bahwa perempuan yang diikutinya tersebut tidak lain merupakan Claireze yang sudah beranjak dewasa.
“Putri muda Claireze…” Ucap Zero, tidak menyangka bisa melihat calon tunangannya yang telah beranjak dewasa.
“Katakan dimana orangtuaku?” Ucap Claireze, bertanya mengenai kedua orangtuanya yang merupakan pangeran dan putri Calferland.
“Maaf sekali… Karena mereka sangat tidak menyetujui tawaranku, maka aku terpaksa harus melenyapkan mereka,” jawab Venerate tersebut yang sontak membuat Claireze dewasa sontak terkejut.
“Apa kau bilang?” Karena merasa kesal, Claireze tiba-tiba memunculkan sebuah belati dari tangannya.
Sambil mengakses kekuatan miliknya, yang sontak membuat belati tersebut memancarkan pancaran elemen petir, Claireze dewasa pun kemudian langsung mengayunkan belati tersebut ke arah Venerate itu.
Akan tetapi, tangan Claireze dengan sigap dicengkeram oleh Venerate tersebut. Venerate itu merebut belati yang dipegang oleh Claireze, sambil menampar putri muda tersebut hingga terjatuh di hadapannya.
“Tuan putri…” Melihat hal tersebut, Zero pun langsung datang mendekati Claireze, namun anak laki-laki itu tidak bisa berbuat apa-apa akibat dirinya layaknya hanyalah sebuah ilusi bagi visualisasi masa depan tersebut.
“Sampai kapanpun aku tidak akan menerima tawaranmu itu… Karena aku yakin dia pasti akan datang mengalahkanmu,” ucap Claireze.
“Benarkah… Sayang sekali, aku telah berhasil membunuhnya ketika pergi ke kota Dren,” balas Venerate tersebut.
“Kota Dren…”
Mendengar pernyataan dari Venerate tersebut, Zero pun lantas mengingat mimpi sebelumnya, dimana dirinya dalam bentuk dewasa sempat bertarung melawan Venerate tersebut. Zero pun langsung megambil kesimpulan bahwa kemungkinan dirinya di masa depan tersebut telah berhasil dikalahkan oleh Venerate tersebut ketika menyerang kota Dren, dan kini Venerate tersebut menyerang ibukota Calferland, dimana kemungkinan memiliki tujuan untuk mengincar Claireze seperti yang dilihatnya.
“Jika kau memang tidak mau menerimaku, maka orang lain pun tidak akan bisa…” Ucap Venerate tersebut, yang sontak mengakses kekuatannya, hingga belati yang direbutnya pada Claireze memancarkan pancaran elemen petir kembali.
Venerate tersebut kemudian mengayunkan belati tersebut ke arah Claireze yang membuat Zero pun langsung menghalanginya, walau mengerti bahwa hal tersebut percuma saja.
–24 Maret 3014–
“Tidak…!” Teriak Zero, tiba-tiba menyadari dirinya telah terbangun dari mimpi buruk tersebut.
“Haah… Haah…” Sambil membuang nafas panjang, anak laki-laki itu nampak ketakutan bahwa penglihatan dalam mimpi tersebut benar-benar akan terjadi di masa depan nantinya.
Tak berapa lama, tiba-tiba seorang pelayan datang memasuki kamarnya, karena mendengar teriakan dari anak laki-laki tersebut.
“Tuan muda… Apa yang terjadi?” Tanya pelayan tersebut sambil menunjukkan ekspresi kebingungan.
“Tidak… Jangan khawatir… Aku hanya bermimpi buruk…” Jawab Zero.
“Tapi kau benar-benar baik-baik saja?” Tanya pelayan tersebut sekali lagi untuk memastikan bahwa anak laki-laki tersebut memang dalam keadaan baik-baik saja setelah mengalami mimpi buruk.
Zero pun lantas merespon pertanyaan tersebut dengan menganggukkan kepalanya serta memperlihatkan ekspresi tersenyum, membuat pelayan tersebut akhirnya paham bahwa anak laki-laki itu sudah baik-baik saja.
***
Beberapa saat kemudian, berkeliling di dalam kediamannya, sambil merasa bingung memperhatikan bahwa kediamannya tersebut masih terlihat seperti biasa, padahal hari itu merupakan hari dimana dirinya, sebagai anak satu-satunya dari pemimpin clan Lancheur akan bertunangan dengan putri muda negeri Calferland.
“Apa acaranya akan ditunda?” Gumam Zero, bertanya-tanya mengenai acara pertunangannya yang kemungkinan akan ditunda melihat keadaan di dalam kediamannya tidak ada satupun terlihat sedang didekorasi.
Namun, disamping merasa bingung, Zero tampak masih memikirkan megenai mimpinya semalam, dimana dia tidak percaya bahwa hal yang akan terjadi dimasa depan juga berdampak sampai ke ibukota negeri Calferland, serta putri muda Claireze, calon tunangannya.
“Ekh…” Ketika berjalan tidak melihat ke arah depan, tiba-tiba anak laki-laki itu bertabrakan dengan seseorang.
Baru saja hendak meminta maaf, Zero seketika memasang ekspresi kesal ketika melihat orang yang ditabraknya.
“Hei bodoh… Setidaknya lihatlah ke depan ketika kau sedang berjalan.”
Alasan dari anak laki-laki itu nampak memasang ekspresi kesal ternyata berpapasan dengan Vingto, adik sepupunya.
“Walaupun aku tidak melihat ke depan, tapi kau yang melihat seharusnya menyingkir saja… Atau apa mungkin kau dengan sengaja menabrakku untuk mencari gara-gara?” Balas Zero.
“Oh… Kau ada disini juga Cento…” Disaat merasa kesal terhadap Vingto, Zero sontak melihat seorang anak laki-laki yang nampak lebih muda berada disamping Vingto.
“Halo kakak… Kudengar kau sudah memiliki seorang pacar,” ucap anak laki-laki bernama Cento tersebut.
“Eh… Pacar katamu…” Mendengar hal tersebut, Zero pun lantas terkejut sambil memikirkan bahwa seorang pacar yang dimaksud oleh anak laki-laki itu tidak lain merupakan Claireze.
“Tidak Cento… Kurasa belum saatnya mengatakan hal itu…” Ucap Zero sambil memperlihatkan ekspresi tersenyum kepada anak laki-laki tersebut.
“Heh… Pacar apa-apaan… Ayo Cento, lebih baik kita pergi dari sini.” Merasa risih dengan pembicaraan mereka, Vingto pun nampak merasa kesal, dan langsung menarik Cento pergi dari tempat itu meninggalkan Zero sendirian.
“Mungkin saja anak itu berkata benar…” Tia-tiba terdengar suara orang berbicara kepada Zero.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments