Tampak seorang anak laki-laki memperingati Zero dengan apa yang dilakukannya.
“Tenang saja… Aku hanya mengetes kekuatanku saja… Lagipula serangan yang kulancarkan barusan tidak seberapa untuk merusak satu pun tanaman di tempat ini,” balas Zero.
“Walaupun kau hanya mengetes kemampuanmu itu, tapi tetap itu namanya latihan…” Ucap anak laki-laki tersebut.
Zero pun langsung memasang ekspresi wajah yang kesal, karena tidak menyukai apa yang diucapkan oleh anak laki-laki tersebut.
“Hei bodoh… Kau mau mencari masalah denganku?” Tanpa pikir panjang, Zero datang menghampiri anak laki-laki itu, kemudian menarik rambutnya.
“Urgh… Lepaskan aku…” Anak laki-laki itu lantas meronta, merasa kesakitan saat rambutnya ditarik oleh Zero.
Ketika anak laki-laki itu hendak membalas, melakukan hal yang sama, Zero dengan sigap langsung mencengkram tangannya.
“Aah…! Tolong aku!” Masih belum puas, Zero kemudian melingkari tangannya pada leher anak laki-laki itu, hingga membuatnya berteriak meminta tolong.
“Zero!” Tiba-tiba Jannette, ibu dari muncul, dan langsung melepaskan anak laki-laki itu dari cengkraman Zero.
“Apa yang kau lakukan pada Vingto?” Tanya Jannette.
“Ibu… Dia duluan yang mencari gara-gara padaku…” Jawab Zero.
“Tidak bibi… Aku hanya memperingatinya untuk tidak latihan di taman ini… Karena itu kemungkinan akan merusak tanaman yang berada disini,” balas anak laki-laki bernama Vingto tersebut, menjelaskan maksudnya yang sebenarnya hanya memperingatkan Zero saja.
“Zero… Kau seharusnya tidak bersikap kasar pada saudaramu…” Ucap Jannette, memperingati anaknya tersebut untuk tidak bersikap kasar.
Zero pun hanya bisa terdiam sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak mau menatap ibunya yang telah memberikan peringatan kepadanya.
“Vingto… Kau tidak apa-apa?” Tanya Jannette mengenai keadaan dari anak laki-laki bernama Vingto tersebut.
“Iya bibi… Aku baik baik saja…” Jawab anak laki-laki itu.
“Ayo kita masuk saja…”
Jannette kemudian membawa anak laki-laki tersebut pergi dari tempat itu meninggalkan Zero sendirian. Nampak Zero pun langsung menunjukkan ekspresi wajah yang kesal karena ibunya memihak anak laki-laki tersebut, namun dari pandangan ibunya sebenarnya melihat bahwa Zero-lah yang bertindak kasar akibat terprovokasi dari ucapan anak laki-laki bernama Vingto tersebut.
Anak laki-laki bernama Vingto tersebut merupakan adik sepupu dari Zero yang berasal dari clan Lancheur. Walaupun merupakan saudara, namun Zero dan Vingto sering tidak akur sejak mereka saling mengetahui satu sama lain.
Kadang kala ketika perseteruhan mereka terjadi baik Zero maupun Vingto secara bergantian memulai masalah tersebut, dan harus dipisahkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing.
***
Waktu berlalu, ketika telah larut malam, Zero pun akhirnya masuk dalam kamarnya untuk beristirahat tidur.
Sambil berbabaring di atas tempat tidur, anak laki-laki itu memikirkan kembali mengenai ucapan dari makhluk suci yang ditemuinya di dalam mimpi, dimana hal tersebut masih mengenai kekuatan yang diberikan kepadanya untuk menyelematkan hidupnya.
“Entahlah apa pun itu yang pasti aku masih baik-baik saja…” Gumam Zero, tidak mau memikirkan hal itu, walaupun pada akhirnya akan tetap membuatnya kembali merasa penasaran.
Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu kamarnya, yang membuat Zero pun lantas terkejut.
Tak berapa lama, pintu kamarnya terbuka dan ternyata yang memasuki kamarnya tersebut adalah Jannette ibunya.
“Ibu…” Ucap Zero.
“Kau belum tidur?” Tanya Jannette.
Ketika hendak menjawab pertanyaan Jannette, Zero pun lantas mengingat kejadian sebelumnya ketika ibunya memarahi dirinya yang tengah berkelahi dengan Vingto.
Anak laki-laki itu lantas memalingkan wajahnya ke arah lain sambil menunjukkan ekspresi kesal.
“Zero… Apa kau masih marah pada ibu?” Tanya Jennette lagi sambil duduk disamping Zero yang tengah berbaring.
“Tidak…” Jawab Zero.
“Maafkan ibu karena memarahimu sebelumnya, tapi ibu melihat bahwa kau mencekik Vingto… Itu sangat berbahaya, bagaimana jika terjadi apa-apa kepada saudaramu itu,” Ucap Jannette, menasehati putranya.
“Iya-iya aku mengerti…” Respon Zero, mengindahkan nasehat dari ibunya tersebut, walaupun sebenarnya tidak mau rela jika dirinya bersalah sebelumnya.
Mendengar hal tersebut Jannette pun tersenyum, kemudian berdiri dan pergi menuju ke pintu keluar dari ruangan tersebut.
“Baiklah Zero… Waktunya kau untuk tidur sekarang.” Ucap Jannette, kemudian menutup pintu ruangan tersebut untuk membiarkan Zero tidur.
Setelah Jannette pergi meninggalkannya, Zero pun perlahan menutup matanya, mencoba untuk tidur.
****
“Haah… Haah…”
Tiba-tiba, tanpa anak laki-laki itu sadari dia kini telah berada di suatu tempat, dimana bangunan disekitarnya terlihat hancur porak-poranda layaknya berada di tengah sebuah medan pertempuran.
Sambil kebingungan, Zero pun berlari ketika mendengar suara ledakan hampir di segala arah yang dilewati olehnya.
“Ayah…! Ibu…!” Teriak Zero berlari tanpa arah, mencari kedua orang tuanya yang tidak diketahui berada dimana.
Ketika hendak merasa sangat ketakutan, tiba-tiba anak laki-laki itu menyadari bahwa tempat dimana dirinya berada kini tidak lain merupakan kota Dren tempat tinggalnya.
Saking terkejutnya Zero pun terhenti sambil mencari arah menuju ke kediaman clan Lancheur, tempat tinggalnya untuk melihat keadaan dari tempat itu.
***
Setelah beberapa lama berlari sambil menerka-nerka arah dari kediaman clan Lancheur, Zero pun akhirnya bisa sampai ke tempat tersebut.
Akan tetapi, saat dia berada di depan kediamannya, kediaman tersebut telah hancur, sama seperti bangunan-bangunan di kota Dren yang sebelumnya dilewati olehnya.
“Apa yang terjadi sebenarnya?” Ucap Zero, bertanya-tanya mengenai apa yang dilihatnya.
“Ibu… Ayah… Kalian berada dimana?” Karena merasa sangat ketakutan, Zero pun hanya bisa menangis sambil jatuh berlutut, tidak menemukan kedua orang tuanya.
“Hei anak muda…”
Ketika mendengar suara memanggil dirinya, Zero pun lantas menoleh, dan sontak terkejut bahwa burng raksasa yang merupakan makhluk suci, yang tinggal di pegunungan salju tersebut telah berada disampingnya.
“Kau…”
“Jangan salah sangka dulu… Semua ini bukanlah perbuatanku…” ucap makhluk suci itu.
“Namun apa yang kau lihat ini adalah kemungkinan akan terjadi dimasa depan nanti… Salah satu kekuatan yang kumiliki adalah melihat kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan nantinya melalui sebuah mimpi,” lanjut makhluk suci itu berkata, menyatakan bahwa apa yang dilihat oleh anak laki-laki itu adalah sebuah mimpi, namun merupakan sesuatu yang kemungkinan bisa terjadi.
“Ini adalah mimpi… Kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan?” Tanya Zero, masih kurang paham dengan penjelasan makhluk suci itu.
“Mungkin kau masih kurang paham, tapi penglihatan ini selalu dilihatku pada ketika aku bermimpi,” jawab makhluk suci itu.
Burung raksasa tersebut kemudian menjelaskan bahwa dirinya selalu melihat penglihatan, dimana negeri Calferland pada suatu hari akan terjadi sebuah perang internal akibat perbedaan pendapat dari para clan-clan yang berada di dalamnya.
“Anak muda… Ini hanya kemungkinan saja… Jika kau tidak mau hal ini terjadi, maka aku sarankan kau harus berjuang untuk menytuhkan kembali pendapat yang sering bertentangan di negerimu ini…”
“Kekuatan yang aku berikan padamu itu bukan hanya cuma-cuma diberikan kepadamu…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments