Di dasar jurang tersebut, Zero pun terkapar tak berdaya, tidak bisa menggerakan tubuhnya akibat mengalami cidera yang parah pada beberapa bagian tubuhnya.
Sembari masih tetap sadarkan diri, anak laki-laki itu menatap ke atas, dimana dia melihat sesosok bayangan dengan sepasang mata menyala, yang tidak lain merupakan makhluk suci, yang sedang memperhatikannya di dalam dasar jurang tersebut.
*
“Ayah, maafkan aku… Aku tidak tahu bagaimana kau akan menjelaskan kepada ibu mengenai apa yang terjadi kepadaku…” Ucap Zero dalam hati, merasa menyesal akibat secara sembarangan keluar dari tendanya, hanya karena merasa penasaran mengenai suara yang didengar olehnya tadi.
“Hei… Setidaknya jangan hanya menatapku seperti itu… Ini terlihat sangat memalukan,” lanjut anak laki-laki itu berbicara dalam benaknya, ketika melihat makhluk suci yang belum menampakkan wujud aslinya tersebut masih tetap memperhatikannya.
**
Tiba-tiba keadaan Zero mulai melemah, hingga membuat pandangannya perlahan-lahan mulai kabur. Pada akhirnya, anak laki-laki tidak sadarkan diri, akibat keadaannya yang sudah sangat parah.
****
“Eh…” Dalam sekejap, Zero kembali tersadar telah berada di atas pegunungan salju tersebut.
“Apa ini pegunungan yang sama?” Ucap Zero, bertanya-tanya mengenai tempatnya berada.
Sambil melihat ke sekitaran pegunungan tersebut, Zero tampak heran karena mengetahui bahwa sebelumnya dirinya terjatuh ke dalam jurang setelah terkejut mendengar suara gemuruh petir.
Akibat merasa heran tiba-tiba berada di tempat tersebut, Zero pun mulai berpikir liar bahwa hal yang kemungkinan terjadi adalah makhluk suci yang sempat dilihatnya, telah menyembuhkannya dan membawanya ke tempat tersebut.
Akan tetapi, Zero memikirkan hal yang lain lagi, dimana kemungkinan besar bahwa dirinya tidak selamat akibat terjatuh dari jurang tersebut, dan tempat dimana dirinya kini merupakan sebuah akhirat.
Memikirkan hal tersebut lebih lama lagi membuat anak laki-laki itu lantas merasa ketakutan, hingga tidak bisa berkata-kata lagi.
Namun, Zero pun menjauhkan pikiran tersebut, dan seketika mulai berjalan sambil percaya bahwa dirinya masih berada di atas pegunungan sebelumnya.
***
Setelah berjalan beberapa lama, Zero mulai menyadari bahwa dia tetap saja kembali ke tempat semula ketika dirinya tersadar.
Mengetahui bahwa dirinya tetap kembali ke tempat semula, anak laki-laki itu pun lantas kembali merasa takut.
“Ayah…!” Sambil berlari di atas pegunungan tersebut, sesekali Zero memanggil ayahnya, yang tidak kunjung-kunjung ditemukan olehnya.
Disaat merasa ketakutan, tiba-tiba terdengar suara kicauan. Ketika menoleh ke arah atas, Zero pun terkejut melihat seekor burung berukuran raksasa terbang mengitarinya.
Ketika burung raksasa tersebut mendarat tepat di depannya, Zero hanya bisa terdiam melotototinya, karena merasa bahwa melarikan diri merupakan hal yang percuma.
“Maafkan aku jika sebelumnya aku sempat mengganggumu… Tapi, aku sebenarnya hanya merasa penasaran dengan suara aneh yang sempat aku dengar sebelumnya,” ucap Zero dengan perasaan was-was, bermohon kepada burung tersebut.
Tiba-tiba langit yang berada di atas perlahan-lahan berubah menjadi mendung, membuat Zero pun terkejut, menerka-nerka bahwa kemungkinan hal tersebut merupakan efek dari kekuatan makhluk suci yang berada di depannya, karena kemungkinan tidak merasa senang melihat anak laki-laki tersebut.
“Maafkan aku… Kumohon jangan bunuh aku… ”
Disaat Zero bermohon pada makluk suci tersebut, sontak sebuah suara gemuruh petir yang sangat kuat terdengar, membuat anak laki-laki itu pun lantas terkejut.
“Ah… Ibu…!” Zero pun langsung berteriak memanggil ibunya, sambil menutup erat-erat kedua telinganya.
Tidak lupa juga anak laki-laki itu menutup kedua matanya, kemudian duduk membungkuk karena saking ketakutannya.
*
“Hei anak muda… Ternyata kau sepengecut ini…”
**
“Eh…” Seketika Zero mendengar sebuah suara yang cukup jelas dari dalam kepalanya, yang membuatnya dirinya lantas kebingungan, dan langsung membuka kedua mata serta telinganya.
Anak laki-laki itu kemudian menatap makhluk suci yang berada di depannya dengan menunjukkan ekspresi yang nampak heran.
“Maaf… Apa kau yang sebelumnya berbicara?” Tanya Zero pada makhluk suci di depannya tersebut.
“Tentu saja… Memangnya siapa lagi yang berada disini…” Jawab makhluk suci itu.
“Uwaah… Dia ternyata bisa bicara…” Zero pun langsung terkejut mendengar suara dari makhluk suci tersebut.
“Hei bodoh, dengar dulu… Ada yang ingin kukatakan kepadamu,” ucap makhluk suci itu.
“Baiklah… Aku akan mendengarnya…” Balas Zero, langsung mengikuti ucapan makhluk suci itu, karena ada sesuatu yang ingin disampaikan olehnya.
“Ternyata kau patuh juga…” Respon sang makhluk suci, melihat Zero yang sebelumnya nampak ketakutan, kini menjadi penasaran dengan apa yang hendak dikatakan oleh makhluk suci itu.
“Pertama-tama aku ingin memperkenalkan diriku… Namaku adalah Regenza, orang-orang dari kaummu sering menyebutku sebagai sang raja langit, walaupun aku sebenarnya tidak terlalu memperdulikan hal tersebut, karena memang banyak makhluk suci yang lebih pantas mendapatkan julukan itu,” ucap sang makhluk suci, memperkenalkan dirinya.
Zero pun hanya bisa terdiam, mengetahui bahwa makhluk suci yang berada di hadapannya tersebut tampak lebih bersahabat dari yang pikirkan olehnya.
“Dan ini hal penting yang harus kukatakan anak muda… Setelah sebelumnya kau terjatuh di dalam jurang, kau sebenarnya tidak akan bisa selamat akibat keadaanmu yang sudah sangat parah…” Lanjut makhluk suci itu berkata.
Mendengar hal tersebut, Zero pun seketika terkejut. Dirinya tidak menyangka bahwa kejadian yang sebelumnya saat dirinya terjatuh ke dalam jurang memang benar-benar terjadi. Anak laki-laki itu pun lantas merasa bingung mengapa dia tiba-tiba berada di tempat itu, menemui sang makhluk suci, sementara keadaannya masih baik-baik saja.
“Kalau begitu… Mengapa aku masih baik-baik saja?” Karena penasaran, Zero pun lantas bertanya kepada makhluk suci itu.
“Karena aku menolongmu… Aku sedikit merasa bersalah karena telah membuat kaget… Padahal aku sebenarnya tidak bermaksud untuk melakukan hal tersebut,” jawab makhluk suci itu.
“Satu hal lagi yang harus kau ketahui… Bahwa setelah menyelamatkanmu, aku terpaksa memberikan kekuatanku padamu… Dan sekarang kau telah menjadi satu-satunya pemegang dari kekuatan yang kumiliki.”
“Aku menjadi pemilik kekuatanmu…” Ucap Zero, nampak tidak paham dengan penjelasan dari makhluk suci tersebut.
“Hmph… Perlahan-lahan kau pasti akan memahaminya… Setidaknya untuk kali ini aku hanya akan mengatakan hal itu…”
Setelah makhluk suci itu, menjelaskan bahwa perlahan-lahan Zero hendak mengetahuinya, tiba-tiba pandangan dari anak laki-laki itu sontak menjadi kabur.
–19 Mei 3014–
“Haah… Haah…” Seketika, saat dia tersadar, dirinya kni telah terbaring di dalam sebuah tenda, dimana ayahnya tampak berada di dalam.
“Akhirnya kau sudah sadar…” Ucap Guillemun, merasa lega melhat anaknya tersebut telah sadarkan diri.
“Eh… Apa yang terjadi padaku ayah?” Tanya Zero.
“Kami sebelumnya mencarimu… Tiba-tiba saat kami menemukanmu kau sudah berada di dalam sebuah jurang, tidak sadarkan diri… Saat itu ayah sempat merasa sangat khawatir dengan keadaamu… Tapi ternyata kau masih baik-baik saja,” jawab Guillemun, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, serta menjelaskan bahwa anaknya tersebut tidak apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments