Zero pun terdiam mendengar penjelasan dari Guillemun, ayahnya karena sementara merasa terkejut bahwa kejadian dimana dirinya bertemu dan berbicara dengan makhluk suci berwujud seekor burung raksasa sebelumnya ternyata sebuah mimpi.
Akan tetapi pertemuannya dengan makhluk suci yang sebelumnya, bisa dianggap oleh Zero sebagai sebuah kenyataan, dikarenakan anak laki-laki itu sangat mengetahui betul bahwa dirinya mengalami cidera yang parah ketika terjatuh ke dalam jurang.
*
“Rasa sakit sebelumnya memang benar-benar sudah hilang…” Ucap Zero dalam hati, nampak terkejut bahwa dirinya memang masih baik-baik saja.
Zero mengetahui perkataan dari makhluk suci sebelumnya bahwa demi untuk menolongnya yang telah berada diantara hidup dan mati, makhluk suci tersebut rela memberikan kekuatannya pada anak laki-laki tersebut, yang membuat Zero pun akhirnya percaya bahwa dia kini benar-benar telah menjadi pemegang dari kekuatan makhluk suci tersebut.
**
“Maaf ayah… Karena kemarin hari aku sebenarnya terbangun hanya karena ingin buang air…” Ucap Zero, memberikan alasan lain kepada ayahnya mengenai dirinya yang semalam keluar dari dalam tenda mereka.
“Ayah mengerti… Yang penting kau baik-baik saja… Setidaknya jika kau ingin melakukan itu, lebih baik beritahu ayah juga, karena semalam kabut yang berada diluar sangat tebal… Ayah yakin kau pasti kesulitan melihat sampai terjatuh ke dalam jurang itu…” Ucap ayahnya sambil memberikan anaknya sebuah nasehat.
“Iya ayah…” Respon Zero sambil memasang ekspresi tersenyum, walau merasa sedikit bersalah harus berbohong, tidak mengatakan hal yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya tersebut.
“Kalau begitu, kita akan kembali ke kota sekarang juga…”
“Kita akan kembali… Bagaimana dengan makhluk suci itu?” Tanya Zero sambil terkejut dengan pernyataan ayahnya.
“Kristal hitam yang ditempatkan di altar kemarin hari telah menghilang… Ayah rasa semalam saat kita semua tidur, makhluk suci yang tinggal di pegunungan ini datang mengambilnya,” jawab Guillemun.
Disamping menjawab pertanyaan dari Zero, tiba-tiba Guillemun nampak merasakan sebuah hal yang terbesit ke dalam pikirannya.
“Zero… Apakah semalam kau tidak bertemu dengan makhluk suci itu?” Tanya Ayahnya, penasaran.
“Eh… Makhluk suci… Tidak… Aku tidak melihat apapun… Selain kabut yng tebal semalam…” Jawab Zero dengan terbata-bata, kembali berbohong kepada ayahnya.
Walau sempat mersa curiga, namun Guillemun tetap mempercayai ucapan dari anaknya tersebut, dan lantas melupakan bahwa dirinya bertanya mengenai hal sebelumnya.
***
Beberapa saat kemudian, Guillemun serta para bawahannya berkemas merapikan kembali tenda-tenda yang dibangun mereka. Setelah selesai, mereka semua pun memulai perjalanan menuruni pegunungan salju tersebut untuk kembali ke kota tempat tinggal mereka.
Berbeda ketika berangkat menaiki pegunungan tersebut, dimana Guillemun serta para pengikutnya mengambil rute memutar yang memiliki jarak lebih jauh, kini saat menuruni pegunungan tersebut, mereka semua memilih rute yang lebih pendek dari sebelumnya, namun memiliki medan yang jauh lebih terjal. Hal tersebut dikarenakan agar mereka tidak akan memakan waktu lebih lama untuk ke kota tempat tinggal mereka.
–20 Maret 3014–
Setelah berhasil menuruni pegunungan salju tersebut melewati rute yang lebih terjal, Guillemen, Zero, serta para pengikut mereka akhirnya tiba di kota Dren, sebuah kota pusat pemerintahan dari daerah bernama Wieriztland di negeri Calferland.
Guillemun serta semua yang turun dari pegunungan salju sebelumnya, telah menempuh perjalanan dengan menggunakan beberapa kendaraan ketika sampai dikota tersebut. kendaraan-kendaraan yang dipakai oleh mereka kemudian menuju ke sebuah kediaman dari clan bernama Lancheur, dimana clan tersebut merupakan clan terbesar di daerah tersebut.
Saat memasuki kediaman dari clan Lancheur, kendaraan-kendaraan yang dinaiki oleh Guillemun, Zero, dan para pengikut mereka berhenti. Tak berapa lama mereka semua pun satu per satu mulai turun dari kendaraan mereka masing-masing.
Setelah mereka semua turun dari dalam kendaraan, terlihat seorang wanita datang menghampiri mereka, yang tidak lain merupakan ibu dari Zero.
“Ibu…” Ucap Zero, melihat ibunya datang menghampiri mereka.
Dengan menunjukkan ekspresi wajah yang cukup kesal, ibu dari Zero tersebut tanpa pikir panjang langsung mendekat dan menarik telinga anaknya tersebut.
“Aah… Tunggu dulu ibu?” Ucap Zero, merasa kesakitan ketika telinganya ditarik.
“Zero… Beraninya kau mengikuti ayahmu walau sudah tidak diijinkan pergi… Awas saja jika lain kali kau mengikuti ayahmu secara diam-diam lagi… Ibu pasti akan pergi menyusulmu dan menyeret kau kembali kemari,” ucap ibu Zero, membentak anak laki-laki tersebut.
“Iya… Aku mengerti ibu… Setidaknya lepaskan dulu telingaku,” balas Zero, berjanji tidak akan melakukan hal tersebut lagi sambil memohon kepada ibunya untuk melepaskan telinganya yang sedang ditarik.
“Jeannette… Kumohon lepaskan dia… Jangan seperti ini…” Melihat hal tersebut, Guillemun pun merasa kasihan dan langsung melepaskan tangan istrinya yang sedang menarik telinga Zero.
“Aduh…” Ketika ibunya Zero yang bernama Jeannette tersebut melepaskan telinga Zero, tiba-tiba wanita itu langsung menendang kaki Guillemun dengan keras.
“Guillemun… Ketika Zero mengikutimu, kau seharusnya membawanya kembali kemari…” Ucap Jeannette, kini memarahi suaminya tersebut karena tidak melakukan sesuai yang dikatakannya.
“Bagaimana bisa? Aku terpaksa harus membawa Zero karena tidak sempat sampai kesana,” balas Guillemun sambil memegang salah satu kakinya yang sebelumnya ditendang.
“Itu hanya alasanmu saja… Bagaimana mungkin hal itu mustahil bagi seorang World Venerate membawa seseorang kemari, kemudian kembali lagi ke pegunungan…”
“Zero anak kita satu-satunya… Seharusnya kau tidak membawa ke tempat yang berbahaya seperti itu…”
Namun, Jeanette pun tidak memperdulikan penjelasan yang diberikan oleh Guillemun, karena tidak mustahil bagi pria itu membawa kembali Zero dengan menggunakan kemampuan terbang miliknya yang memiliki kecepatan sekitar seribu kilometer per jam.
“Iya-iya… Aku mengerti… Setidaknya hentikan dulu ocehannya… Ayo kita masuk terlebih dahulu, karena aku sudah merasa lelah…” Ucap Guillemun, mendorong Jeannette masuk, karena sudah tidak tahu harus melakukan apa untuk meredakan omelan istrinya tersebut.
***
Beberapa saat kemudian, rasa kesal dari Jeannette redah, Zero pun pergi ke sebuah taman yang berada di kediamannya tersebut untuk memikirkan mengenai ucapan yang dikatakan oleh makhluk suci yang tinggal di atas pegunungan salju sebelumnya.
Karena penasaran kekuatan yang diberikan oleh makhluk suci tersebut, Zero pun seketika berkonsentrasi sambil memasang sebuah kuda-kuda.
“Breaker wind…” Zero mengakses kemampuannya, dan hanya bisa melancarkan sebuah hempasan angin berskala kecil.
“Breaker water…”
“Breaker flame…”
Anak laki-laki itu kemudian mencoba teknik yang lain, namun serangan proyeksi yang dilancarkannya baik dalam elemen air maupun elemen api, hanya dalam skala yang sangat kecil.
“Apa-apaan ini?”
“Memangnya kekuatan macam apa yang diberikan oleh makhluk suci itu?” Sambil memperhatikan ke arah pegunungan salju, Zero pun bertanya-tanya karena tidak ada yang berubah dari dirinya setelah mengalami kejadian sebelumnya.
“Hei bodoh… Jika kau latihan di tempat itu… Kau bisa menghancurkan tamannya.” Tiba-tiba terdengar suara seseorang memperingati anak laki-laki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments