Chapter 2 - Sosok misterius

“Tunggu dulu ayah… Apa mungkin, batu yang kau bilang itu adalah kristal berwarna hitam yang berasal dari daerah kita?” Tanya Zero, menduga mengenai hal yang dikatakan oleh ayahnya tersebut.

“Tentu saja yang ayah maksud memang kristal tersebut…”

Ayah dari anak laki-laki itu kemudian berdiri, masuk ke dalam sebuah tenda. Tak berapa lama kemudian, pria itu kembali menghampiri Zero, dan menunjukan sebongkah batu kristal berwarna hitam.

Dia lalu menjelaskan kepada putranya bahwa warna dari batu kristal itu diakibatkan karena di dalamnya kini telah tersimpan sejumlah besar energi alam, yang dengan sendirinya diserap oleh kristal tersebut ketika berada di dalam tanah. Awalnya batu kristal tersebut tidak memiliki warna, namun karena telah dipenuhi oleh sebuah energi, membuat batu kristal tersebut berubah menjadi menghitam, dan hal tersebutlah yang membuat ciri khas batu tersebut dinamakan sebagai kristal hitam.

Ayahnya Zero juga menjelaskan bahwa pada jaman dahulu, sang makhluk suci yang mendiami pegunungan salju tersebut selalu turun ke pertambangan yang berada hampir lereng rentang pegunungan tersebut untuk mengambil batu kristal hitam tersebut.

Hal itu dikarenakan kemampuan spesial dari batu tersebut yang mampu menggandakan jumlah energi yang diserapnya, hingga sang makhluk suci bisa mendapatkan energi alam dua kali lipat lebih banyak dari umumnya.

Karena tidak mau diganggu oleh makhluk suci tersebut, para Venerate yang berada di sekitar rentang pegunungan salju tersebut, sejak dulu selalu dan secara rutin membawakan batu tersebut kepada makhluk suci itu.

“Jadi hal itu sudah dilakukan oleh para pendahulu kita sejak dulu…” Respon Zero, merasa terkesima dengan penjelasan yang diberikan oleh ayahnya.

“Setidaknya itu sedikit sejarah yang belum kau ketahui mengenai negeri kita… Masih banyak yang bisa kau ketahui, setelah tumbuh menjadi besar nak,” ucap ayah Zero.

“Mendengar penjelasan ayah, aku jadi lebih bersemangat ingin mengetahui hal yang lain…“

“Apa kau ingin tahu apa yang akan kita lakukan setelah ini?” Tanya Ayahnya.

“Iya-iya… Apa itu ayah?” Jawab Zero, merasa antusias sambil bertanya balik.

“Yang harus kita lakukan sekarang adalah beristirahat… Karena ini sudah larut malam…”

“Haah…? Kupikir kita akan menemui makhluk suci itu?” Zero pun menjadi heran setelah mendengar jawaban dari ayahnya tersebut.

“Ayah tidak seru… Padahal aku sudah sangat bersemangat ingin mengetahui hal yang lain,” ucap Zero.

“Akan ayah beritahu lain kali… Sekarang ayo kita beristirahat dulu… Kita akan melanjutkan perjalanan besok hari.” Ayah Zero kemudian mengangkat mengajak anak laki-laki itu masuk ke dalam tenda untuk beristirahat, sembari besok hari mereka akan melanjutkan perjalanan menemui sang makhluk suci yang tinggal di pegunungan itu.

–18 Maret 3014–

Waktu pun berlalu, keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan menyusuri pegunungan salju tersebut, dimana Zero yang masih berumur sekitar sepuluh tahun itu, di naik ke atas punggung ayahnya, melewati medan yang cukup ekstrim.

“Ayah… Apakah perjalanannya masih jauh?” Tanya Zero, nampak penasaran karena sudah beberapa jam mereka berjalan, namun tempat yang sebenarnya mereka tuju masih belum sampai juga.

“Sedikit lagi nak… Kita akan menuju ke sebuah altar yang tepat berada di atas pegunungan ini,” jawab ayah anak laki-laki tersebut.

***

Akan tetapi, setelah beberapa jam kemudian menyusuri pegunungan tersebut hingga matahari telah terbenam, mereka tetap saja belum menemukan altar yang dibilang oleh ayahnya Zero, membuat anak laki-laki itu sontak merasa bosan dengan perjalanan mereka, walaupun sebenarnya dia tidak merasakan lelah akibat naik ke atas punggung ayahnya tersebut.

“Ayah… Kalau seperti ini, bukankah kau lebih baik terbang saja…” Ucap Zero.

“Tidak bisa semudah itu nak… Diantara semua orang yang ikut, hanya ayah yang memiliki kemampuan terbang… Ayah juga sebenarnya akan merasa kesusahan jika harus membawa kalian semua…” Balas ayahnya, menjelaskan kepada anak laki-laki tersebut.

***

Hingga beberapa saat kemudian, Zero, ayahnya, serta para pengikut mereka akhirnya sampai di sebuah altar pada pegunungan tersebut yang sebelumnya dibicarakan oleh ayahnya.

Mereka kemudian membuka beberapa kotak yang dibawah oleh mereka, mengeluarkan bongkahan-bongkahan kristal hitam, kemudian meletakkannya di atas altar tersebut.

Masih merasa bahwa kristal-kristal tersebut belum cukup, ayahnya Zero kemudian mengakses kemampuan spasial miliknya, memunculkan kristal-kristal hitam yang lain, dengan harapan agar makhluk suci yang akan mengambil benda-benda tersebut akan menerimanya.

“Kurasa ini sudah cukup…” Ucap ayah dari Zero.

“Tuan Guillemun… Apakah lebih baik kita kembali besok hari saja?” Tanya salah satu prajurit pada ayahnya Zero yang bernama Guillemun.

“Kurasa kau benar… Lagipula ini sudah larut malam… Kita akan bermalam di tempat ini dan kembali besok hari,” jawab Guillemun.

Setelah mendapatkan perintah tersebut, mereka kemudian pergi beberapa kilometer dari altar tersebut, kemudian membangun kembali tenda-tenda untuk digunakan oleh mereka bermalam.

***

Ketika malam sudah sangat larut, dan semua orang yang datang ke pegunungan tersebut telah terlelap, tiba-tiba Zero dengan sendirinya terbangun karena mendengar sebuah suara dari luar.

Karena merasa penasaran, anak laki-laki itu pun keluar dari tendanya untuk melihat suara apakah yang barusan di dengar olehnya.

Akan tetapi, karena di sekitar perkemahan mereka ditutupi oleh kabut yang tebal, Zero pun tidak bisa melihat apapun di sekitarnya.

Namun, suara tersebut tetap terdengar berada tidak jauh dari perkemahan mereka. Tanpa rasa takut, anak laki-laki itu pun perlahan-lahan berjalan ke sumber suara yang di dengar olehnya tersebut.

Ketika berjalan ke sumber suara, Zero pun menyadari bahwa arah suara tersebut berada pada altar tempat ayahnya serta para pengikutnya meletakan bongkahan-bongkahan kristal hitam untuk diberikan pada makhluk suci yang tinggal di atas pegunungan tersebut.

Hal terebut membuat Zero pun mengambil kesimpulan bahwa suara yang di dengar olehnya, tidak lain merupakan makhluk suci yang dibicarakan oleh mereka sebelumnya.

Karena masih merasa penasaran dengan makhluk suci yang dikatakan oleh ayahnya, Zero tetap saja berjalan menuju ke arah altar, sembari jalan di depannya tertutup oleh kabut yang sangat tebal.

Saat hampir sampai di depan altar tersebut, Zero tiba-tiba terkejut melihat sepasang mata menyala berada di balik kabut yang tebal.

“Maaf… Apa kau makhluk suci yang tinggal di pegunungan ini?” Walau merasa sedikit takut menatap sepasang mata yang menyala tersebut, namun Zero tetap memberanikan diri untuk bertanya pada makhluk yang berada di depannya tersebut.

Disaat yang bersamaan, sebuah suara gemuruh yang sangat keras berbunyi, membuat Zero pun lantas kaget.

“Uwaah…” Karena tidak sadar berada di pinggir jurang, anak laki-laki itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan jatuh terperosok ke dalam jurang.

Sialnya, sebelum jatuh ke dasar jurang tersebut, kepala anak laki-laki itu terbentur sebuah batu dengan kerasnya.

Episodes
1 Chapter 0 - Prolog
2 Chapter 1 - Zero
3 Chapter 2 - Sosok misterius
4 Chapter 3 - Pemegang kekuatan sang makhluk suci
5 Chapter 4 - Kota Dren
6 Chapter 5 - Kemungkinan masa depan
7 Chapter 6 - Mimpi yang sama
8 Chapter 7 - Pangeran Calferland
9 Chapter 8 - Konflik di negeri Calferland
10 Chapter 9 - Permintaan yang tidak terduga
11 Chapter 10 - Menjadi cukup akrab
12 Chapter 11 - Rencana pertunangan
13 Chapter 12 - Mimpi itu kembali lagi
14 Chapter 13 - Seseorang dalam mimpi tersebut
15 Chapter 14 - Bertugas sebagai pengawal
16 Chapter 15 - Senang dan khawatir disaat bersamaan
17 Chapter 16 - Sebuah keinginan yang sama
18 Chapter 17 - Meningkatkan kekuatan
19 Chapter 18 - Penyerangan di ibukota Calferland
20 Chapter 19 - Tujuan menyerang ibukota Calferland
21 Chapter 20 - Ancaman terhadap perdana menteri
22 Chapter 21 - Pengkhianatan Venerate yang paling dipercaya
23 Chapter 22 - Ancaman yang membuat Guillemun terdiam
24 Chapter 23 - Pengaktifan kekuatan pelepasan kedua
25 Chapter 24 - Venerate penyihir bangsa Friedenic
26 Chapter 25 - Tongkat raja bangsa Seremoschan
27 Chapter 26 - Telah berjanji
28 Chapter 27 - Bentuk pelepasan kedua senjata suci legendaris
29 Chapter 28 - Enggan untuk menyerah
30 Chapter 29 - Kematian pangeran Calferland
31 Chapter 31 - Terpaksa melarikan diri
32 Chapter 31 - Gejala yang tidak diketahui
33 Chapter 32 - Kota Faricile berhasil dikuasai penyerang
34 Chapter 33 - Terpaksa harus menerima takdir
35 Chapter 34 - Kehadiran Regenza
36 Chapter 35 - Ancaman sang makhluk suci
37 Chapter 36 - Pernyataan sang makhluk suci
38 Chapter 37 - Memecah kekuatan dari senjata suci
39 Chapter 38 - Kapak berkarat
40 Chapter 39 - Cara lain sesuai dengan pengalaman
41 Chapter 40 - Tongkat perwujudan dari kekuatan itu sendiri
42 Chapter 41 - Berita yang menggoncangkan seluruh negeri Calferland
43 Chapter 42 - Penobatan Ragenald menjadi pangeran agung
44 Chapter 43 - Berharap akan bisa bertemu dengan mereka
45 Chapter 44 - Mengubah negeri Calferland menjadi lebih baik
46 Chapter 45 - Negeri Calferland masih tetap sama seperti dulu
47 Chapter 46 - Kabur dari akademi
48 Chapter 47 - Mendapatkan hukuman
49 Chapter 48 - Rencana melarikan diri
50 Chapter 49 - Perjalanan tanpa persiapan
51 Chapter 50 - Tersesat di pegunungan
52 Chapter 51 - Meminta pertolongan Regenza
53 Chapter 52 - Tersesat di negeri seberang
54 Chapter 53 - Bertemu dengan orang yang dikenal
55 Chapter 54 - Kedatangan para Venerate Gimoscha
56 Chapter 55 - Dua kubu benua
57 Chapter 56 - Rencana penculikan
58 Chapter 57 - Teknik pemecah musim
59 Chapter 58 - Mimpi penglihatan masa depan kembali terjadi
60 Chapter 59 - Zero dan Claireze tertangkap
61 Chapter 60 - Wali kapten Gimoscha
62 Chapter 61 - Kemunculan Quilus
63 Chapter 62 - Rencana membentuk aliansi dengan clan Lancheur
64 Chapter 63 - Seseorang yang mengenali Claireze
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Chapter 0 - Prolog
2
Chapter 1 - Zero
3
Chapter 2 - Sosok misterius
4
Chapter 3 - Pemegang kekuatan sang makhluk suci
5
Chapter 4 - Kota Dren
6
Chapter 5 - Kemungkinan masa depan
7
Chapter 6 - Mimpi yang sama
8
Chapter 7 - Pangeran Calferland
9
Chapter 8 - Konflik di negeri Calferland
10
Chapter 9 - Permintaan yang tidak terduga
11
Chapter 10 - Menjadi cukup akrab
12
Chapter 11 - Rencana pertunangan
13
Chapter 12 - Mimpi itu kembali lagi
14
Chapter 13 - Seseorang dalam mimpi tersebut
15
Chapter 14 - Bertugas sebagai pengawal
16
Chapter 15 - Senang dan khawatir disaat bersamaan
17
Chapter 16 - Sebuah keinginan yang sama
18
Chapter 17 - Meningkatkan kekuatan
19
Chapter 18 - Penyerangan di ibukota Calferland
20
Chapter 19 - Tujuan menyerang ibukota Calferland
21
Chapter 20 - Ancaman terhadap perdana menteri
22
Chapter 21 - Pengkhianatan Venerate yang paling dipercaya
23
Chapter 22 - Ancaman yang membuat Guillemun terdiam
24
Chapter 23 - Pengaktifan kekuatan pelepasan kedua
25
Chapter 24 - Venerate penyihir bangsa Friedenic
26
Chapter 25 - Tongkat raja bangsa Seremoschan
27
Chapter 26 - Telah berjanji
28
Chapter 27 - Bentuk pelepasan kedua senjata suci legendaris
29
Chapter 28 - Enggan untuk menyerah
30
Chapter 29 - Kematian pangeran Calferland
31
Chapter 31 - Terpaksa melarikan diri
32
Chapter 31 - Gejala yang tidak diketahui
33
Chapter 32 - Kota Faricile berhasil dikuasai penyerang
34
Chapter 33 - Terpaksa harus menerima takdir
35
Chapter 34 - Kehadiran Regenza
36
Chapter 35 - Ancaman sang makhluk suci
37
Chapter 36 - Pernyataan sang makhluk suci
38
Chapter 37 - Memecah kekuatan dari senjata suci
39
Chapter 38 - Kapak berkarat
40
Chapter 39 - Cara lain sesuai dengan pengalaman
41
Chapter 40 - Tongkat perwujudan dari kekuatan itu sendiri
42
Chapter 41 - Berita yang menggoncangkan seluruh negeri Calferland
43
Chapter 42 - Penobatan Ragenald menjadi pangeran agung
44
Chapter 43 - Berharap akan bisa bertemu dengan mereka
45
Chapter 44 - Mengubah negeri Calferland menjadi lebih baik
46
Chapter 45 - Negeri Calferland masih tetap sama seperti dulu
47
Chapter 46 - Kabur dari akademi
48
Chapter 47 - Mendapatkan hukuman
49
Chapter 48 - Rencana melarikan diri
50
Chapter 49 - Perjalanan tanpa persiapan
51
Chapter 50 - Tersesat di pegunungan
52
Chapter 51 - Meminta pertolongan Regenza
53
Chapter 52 - Tersesat di negeri seberang
54
Chapter 53 - Bertemu dengan orang yang dikenal
55
Chapter 54 - Kedatangan para Venerate Gimoscha
56
Chapter 55 - Dua kubu benua
57
Chapter 56 - Rencana penculikan
58
Chapter 57 - Teknik pemecah musim
59
Chapter 58 - Mimpi penglihatan masa depan kembali terjadi
60
Chapter 59 - Zero dan Claireze tertangkap
61
Chapter 60 - Wali kapten Gimoscha
62
Chapter 61 - Kemunculan Quilus
63
Chapter 62 - Rencana membentuk aliansi dengan clan Lancheur
64
Chapter 63 - Seseorang yang mengenali Claireze

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!