Alvin Merindukan Papanya

Setelah makan malam, Mbok Lia tampak mencuci piring lalu dia memutuskan untuk menonton acara di TV. Ketika dia selesai menonton beberapa saat, Mbok Lia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Alvin yang masih bermain di sofa. Mbok Lia menepuk punggung Alvin dan berkata kepadanya,

"Alvin, sekarang sudah jam 09.30 malam. Kau harus segera tidur." Ucapnya.

Si kecil Alvin melirik ke arah dinding di mana sebuah benda bulat menggantung. Dia tampak mengerucutkan bibirnya. Dia enggan berpisah dengan sebuah benda pipih di tangannya dan dengan lembut dia berkata kepada Mbok Lia.

"Mbok Lia, aku ingin bermain sedikit lebih lama lagi sebelum tidur."

Mbok Lia tampak melirik ke benda pipih yang ada di tangan si kecil Alvin dan menghela nafas. Dia lalu mengelus kepala Alvin.

"Alvin, sekarang sudah jam 09.30 malam. Papa mu tidak akan melakukan video call. Dia harus menjalankan misinya. Dia akan menelpon mu saat dia mempunyai waktu luang. Jadi tidurlah sekarang, oke." Ucap Mbok Lia.

Alvin diam-diam menundukkan kepalanya. Dia menyentuh benda pipih itu lalu mengangkat kepalanya dan menjawab ucapan Mbok Lia.

"Biarkan aku menunggu sedikit lebih lama lagi. Papa bisa menelpon kapan saja. Bisa jadi sebentar lagi Papa menelepon ku." Ucap Alvin lagi.

Mbok Lia hanya bisa mengangguk tak berdaya.

"Baiklah. Tapi hanya 30 menit lagi. Jika Papa mu tidak menelepon, maka kau harus tidur." Ucapnya.

Alvin mengangguk lalu dia terus menatap benda pipih itu lagi. Aku hanya bisa duduk diam di sofa di seberang tempat duduk Alvin. Aku juga menatap ke arah benda pipih itu karena aku tidak mengerti kenapa si kecil Alvin terus menatapnya. Aku juga tidak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan dengan apa arti panggilan video call itu.

Setelah beberapa saat berlalu, Mbok Lia tidak mengizinkan Alvin untuk terus menunggu. Dia memutuskan untuk mengambil benda pipih itu dan berkata kepada Alvin.

"Sudah cukup Den Alvin, ini sudah jam 10.00 malam. Papa mu tidak akan menelpon malam ini. Sekarang ikut Mbok, waktunya untuk tidur."

Alvin menunduk dan tetap diam. Setelah beberapa saat, dia turun dari sofa dan mengikuti Mbok Lia ke sebuah ruangan. Aku memiliki penglihatan yang bagus. Jadi aku bisa melihat dengan jelas bahwa mata si kecil Alvin tampak merah. Dia tampak seperti ingin menangis.

Si kecil Alvin tampak sangat kesal.

'Apakah dia menunggu kabar dari Papa nya? Apakah dia kesal karena dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi?'

Tapi seperti yang aku baca dibuku, bukankah aturan militer sangat ketat dan mereka bahkan tidak bisa mengunjungi keluarga mereka kapanpun mereka mau. Si kecil kemungkinan besar merindukan Papanya.

Aku kembali ke kamar. Aku mengetahui bahwa ruangan kecil yang ada di kamar ini merupakan tempat untuk mandi. Tapi aku benar-benar harus berpikir keras saat untuk mencoba mandi. Aku biasanya mandi di sungai. Tapi disini semuanya berbeda.

Setelah berpikir sangat keras dan melakukan banyak usaha, aku akhirnya bisa menemukan cara kerja di ruangan yang disebut kamar mandi itu. Setelah selesai membersihkan tubuhku, aku merasa begitu kelelahan. Baik mental maupun fisikku, semuanya begitu kelelahan. Aku ingin istirahat.

Namun meski aku berada di tempat tidur yang sangat nyaman, aku tidak bisa dengan mudah tertidur. Aku terus memikirkan segala macam hal. Pada akhirnya aku terus mengingat mata merah si kecil Alvin dan aku tidak bisa tidur.

Beberapa saat kemudian aku bangkit dan diam-diam membuka pintu kamar sebelum tertatih-tatih menuju ke kamar si kecil Alvin. Aku dengan hati-hati membuka pintu kamarnya.

Aku melihat Alvin sedang tertidur nyenyak di tempat tidurnya. Dia hanya mengenakan pakaian dalam dengan mulutnya yang tampak sedikit terbuka dan kaki serta lengannya yang gemuk direntangkan dengan lebar. Perutnya bergerak saat dia bernafas dan jika seseorang mendengarkan dengan serius, mereka akan dapat mendengarkan dengkuran dari Alvin.

Aku tanpa sadar tersenyum. Aku lalu menjulurkan tanganku ke lengan si kecil Alvin dan mencubitnya sedikit. Aku begitu gemas padanya.

Meskipun aku bukan ibu kandungnya, tapi aku sekarang telah menjadi ibunya dalam wujud tubuh ini. Aku juga bersedia menjadi ibunya dan aku akan menjaganya dengan baik di masa depan. Kalau tidak, untuk apa aku datang ke dunia ini dan bertransmigrasi ke tubuh wanita ini.

Aku selalu bermimpi tentang memiliki keluarga dan sekarang aku akhirnya mendapatkannya. Keluarga ini sekarang adalah segalanya bagiku. Jika aku tidak memiliki keluarga, aku tidak akan tahu apa yang harus aku lakukan atau jalan mana yang harus aku ambil.

Aku terus memandangi si kecil Alvin sampai aku merasa lelah. Kemudian aku mencium kening pria kecil itu dan menutupi tubuhnya dengan selimut, sebelum aku diam-diam kembali ke kamarku.

...----------------...

Keesokan harinya, aku bangun tidur dan setelah selesai mandi, aku mendapati Mbok Lia sedang membuat sarapan di dapur. Sementara si kecil Alvin sedang duduk di meja makan sambil mengayunkan kakinya yang pendek menunggu makanan disajikan. Aku tersenyum saat aku mengambil inisiatif untuk melambai pada Alvin.

"Selamat pagi Alvin sayang." Ucapku.

Alvin tanpa sadar menatapku kemudian dia cemberut sebelum dia mengalihkan matanya melihat ke bawah saat dia berhenti menatapku.

Aku tidak kecewa sama sekali. Aku hanya tersenyum lalu pergi ke dapur dan membantu mengambil mangkuk dan peralatan lainnya. Saat mbok Lia melihat aku berada di dapur, dia tampak terkejut. Dia sepertinya tidak terbiasa dengan aku yang memasuki dapur untuk membantunya. Karena seperti yang dia ceritakan kepadaku tadi malam, dia tidak pernah melihat pemilik asli dari tubuh ini melangkahkan kakinya ke dapur sebelumnya.

Mbok Lia lalu menuangkan secangkir susu untuk Alvin. Setelah itu dia memberi Alvin 2 potong roti. Setelah itu Alvin mulai makan. Sementara Mbok Lia menuangkan semangkuk bubur untuk dirinya sendiri dan mulai makan juga. Dia sama sekali tidak peduli dengan diriku.

Aku hanya bisa menuangkan semangkuk bubur untuk diriku sendiri sebelum aku duduk untuk makan bersama mereka. Tapi sebelum aku bisa makan apapun, aku merasa tatapan mereka tertuju padaku. Jadi aku mendongak dan menyadari bahwa Alvin dan Mbok Lia menatapku dengan rasa ingin tahu dan juga terkejut. Ketika Alvin melihat bahwa aku juga menatapnya, dia segera berbalik dan berpura-pura tidak pernah melihatku lagi.

Aku lalu beralih menatap Mbok Lia. Aku memperhatikan bahwa Mbok Lia juga menatapku dengan heran. Aku menjadi bingung lalu bertanya kepadanya.

"Mbok Lia, kenapa kalian berdua menatapku seperti itu? Apakah ada yang salah denganku?" Tanyaku kepada mereka berdua.

Mbok Lia mengerutkan kening dan melirik bubur yang ada di depanku sebelum menjawab pertanyaanku.

"Nyonya, anda tidak pernah sarapan sebelumnya. Kenapa hari ini anda tiba-tiba sarapan? Anda biasanya tidak makan dan hanya minum alkohol sepanjang hari." Ucap Mbok Lia.

Jadi itulah alasan kenapa pemilik asli tubuh ini sangat kurus seperti kerangka.

"Ah..." Ucapku seraya menggaruk kepalaku yang tak gatal ini.

Aku tidak tahu bagaimana menanggapi ucapan Mbok Lia. Jadi aku hanya berkata kepadanya,

"Aku lupa. Tapi tidak sarapan itu buruk bagi kesehatan. Jadi aku akan makan dengan si kecil Alvin mulai sekarang. Bagaimana menurutmu Alvin, apakah itu bagus?" Ucapku dengan canggung.

"Huh!" Balas Alvin.

Alis si kecil Alvin bergerak cepat. Tapi sepertinya dia tidak mau melihat ke arahku. Dia hanya diam-diam mengungkapkan ketidaksenangannya padaku.

Aku hanya terkekeh. Mengapa aku merasa bahwa si kecil Alvin sebenarnya suka padaku? Tapi aku sudah memutuskan untuk memperlakukannya dengan baik. Aku tahu bahwa semua ini akan terus berlanjut. Jadi aku harus memikirkan cara untuk membuat jarak di antara kami menghilang.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Agus Tina

Agus Tina

seru ...

2024-03-17

0

Siti Mujimah

Siti Mujimah

usaha yg bagus....menanam kebaikan maka kebaikan pula yg akan kita dapatkan

2024-01-09

3

lihat semua
Episodes
1 Dimana Aku?
2 Siapa Aku?
3 Memikirkan Alasan Yang Tepat
4 Mendekati Alvin
5 Alvin Merindukan Papanya
6 Sarapan
7 Menjemput Alvin
8 Memeluk Alvin
9 Note Author
10 Belajar Menggunakan Ponsel
11 Bertanya
12 Memasak Untuk Alvin
13 Berdua Dengan Alvin
14 Mengantar Alvin Sekolah
15 Menjemput Alvin
16 Tentang Papa Alvin
17 Amnesia
18 Menyukai Tiara
19 Pusat Perbelanjaan
20 Kakek Buyut
21 Dimaafkan
22 Kedatangan Julian
23 Sikap Julian
24 Merasa Jelek
25 Malu
26 Canggung
27 Alvin Bahagia
28 Bertemu Sekelompok Orang
29 Tidur Bersama
30 Note Author
31 Pentas Sekolah
32 Ikut Atau Tidak?
33 Bertemu Teman-teman Julian
34 Pakaian Renang
35 Pantai
36 Bisa Memasak?
37 Masakan Tiara
38 Pergi Atau Tidak?
39 Pulang
40 Belanja
41 Kembali Ke Markas
42 GGS (Gara-gara Sambal)
43 Ingin Cantik
44 Usaha Menjadi Cantik
45 Camilan
46 Pesan Julian
47 Bantuan Jenny
48 Membalas Kebaikan Jenny
49 Tentang Pemilik Tubuh
50 Memberikan Hadiah Untuk Jenny
51 Mama?
52 Akan Pindah
53 Berkemas
54 Perjalanan
55 Pindah Rumah
56 Apartemen Baru
57 Memasak
58 Makan Malam
59 Mabuk
60 Kaki Bau
61 Membeli Furniture
62 Pakaian Baru
63 Rumah Kita
64 Keluarga Kecil
65 Merendam Kaki
66 Mengundang Semua Orang
67 Makan Malam Bersama
68 Belanja Online
69 Gaun Baru
70 Mama Cantik Bukan?
71 Lima Miliar
72 Alvin Cemburu
73 Sentuhan Julian
74 Memasak
75 Julian Kesal
76 Kedatangan Marina
77 Rencana Mengunjungi Oma Sarah
78 Lari Pagi
79 Bertemu Oma Sarah
80 Alvin Mirip Tiara
81 Tangisan Alvin
82 Tania
83 Perasaan Marina
84 Perubahan Sikap Tiara
85 Perasaan Julian
86 Mengejar Cinta Mama
87 Hadiah Untuk Tiara
88 Hadiah Lagi
89 Hari Pertama Alvin Sekolah
90 Membaik Sementara Waktu
91 Tiara Kesal
92 Kebingungan Julian
93 Penjelasan Jenny
94 Kembali Baik
95 Situasi Marina
96 Gara-gara Jenny
97 Note
98 Tiara Sakit
99 Perasaan Julian
100 Perasaan Julian
101 Akhir Bahagia
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Dimana Aku?
2
Siapa Aku?
3
Memikirkan Alasan Yang Tepat
4
Mendekati Alvin
5
Alvin Merindukan Papanya
6
Sarapan
7
Menjemput Alvin
8
Memeluk Alvin
9
Note Author
10
Belajar Menggunakan Ponsel
11
Bertanya
12
Memasak Untuk Alvin
13
Berdua Dengan Alvin
14
Mengantar Alvin Sekolah
15
Menjemput Alvin
16
Tentang Papa Alvin
17
Amnesia
18
Menyukai Tiara
19
Pusat Perbelanjaan
20
Kakek Buyut
21
Dimaafkan
22
Kedatangan Julian
23
Sikap Julian
24
Merasa Jelek
25
Malu
26
Canggung
27
Alvin Bahagia
28
Bertemu Sekelompok Orang
29
Tidur Bersama
30
Note Author
31
Pentas Sekolah
32
Ikut Atau Tidak?
33
Bertemu Teman-teman Julian
34
Pakaian Renang
35
Pantai
36
Bisa Memasak?
37
Masakan Tiara
38
Pergi Atau Tidak?
39
Pulang
40
Belanja
41
Kembali Ke Markas
42
GGS (Gara-gara Sambal)
43
Ingin Cantik
44
Usaha Menjadi Cantik
45
Camilan
46
Pesan Julian
47
Bantuan Jenny
48
Membalas Kebaikan Jenny
49
Tentang Pemilik Tubuh
50
Memberikan Hadiah Untuk Jenny
51
Mama?
52
Akan Pindah
53
Berkemas
54
Perjalanan
55
Pindah Rumah
56
Apartemen Baru
57
Memasak
58
Makan Malam
59
Mabuk
60
Kaki Bau
61
Membeli Furniture
62
Pakaian Baru
63
Rumah Kita
64
Keluarga Kecil
65
Merendam Kaki
66
Mengundang Semua Orang
67
Makan Malam Bersama
68
Belanja Online
69
Gaun Baru
70
Mama Cantik Bukan?
71
Lima Miliar
72
Alvin Cemburu
73
Sentuhan Julian
74
Memasak
75
Julian Kesal
76
Kedatangan Marina
77
Rencana Mengunjungi Oma Sarah
78
Lari Pagi
79
Bertemu Oma Sarah
80
Alvin Mirip Tiara
81
Tangisan Alvin
82
Tania
83
Perasaan Marina
84
Perubahan Sikap Tiara
85
Perasaan Julian
86
Mengejar Cinta Mama
87
Hadiah Untuk Tiara
88
Hadiah Lagi
89
Hari Pertama Alvin Sekolah
90
Membaik Sementara Waktu
91
Tiara Kesal
92
Kebingungan Julian
93
Penjelasan Jenny
94
Kembali Baik
95
Situasi Marina
96
Gara-gara Jenny
97
Note
98
Tiara Sakit
99
Perasaan Julian
100
Perasaan Julian
101
Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!